Pengaruh Desentralisasi Fiskal terhadap Kemiskinan

168 Hasil temuan ini sejalan dengan Banerjee dan Siregar 2000 yang menunjukkan bahwa industrialisasi yang dilaksanakan secara cepat, bersifat padat karya dan berbasis pertanian, dapat mengurangi jumlah orang miskin. Hal ini mengindikasikan bahwa transformasi sektor pertanian ke sektor industri memiliki keterkaitan yang sangat besar dalam mereduksi kemiskinan. Oleh karena itu, pengembangan sektor pertanian harus menjadi pendorong pertumbuhan dengan menjadikan sektor pertanian sebagai penyangga sektor industri. Dengan perkataan lain pembangunan pertanian harus terintegrasi dengan pembangunan sektor industri integrated industrial and agriculture development. Peningkatan keterkaitan antara sektor pertanian dan industri dalam suatu wilayah dapat mengurangi jumlah orang miskin secara signifikan Todaro dan Smith, 2006.

5.6.6. Pengaruh Desentralisasi Fiskal terhadap Kemiskinan

Berdasarkan Undang-undang Nomor 25 Tahun 1999 kemudian direvisi menjadi UU Nomor 33 Tahun 2004, tentang perimbangan keuangan antara pemerintah pusat dan daerah, mengindikasikan adanya pemberian kewenangan disertai dengan pembiayaan yang besar kepada pemerintah daerah. Desentralisasi fiskal yang dilaksanakan secara efektif pada tahun 2001 memberi ruang gerak bagi pemerintah daerah untuk menggali pendapatan dan mengalokasikan anggaran secara mandiri yang diyakini dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat dan menurunkan jumlah penduduk miskin. Desentralisasi fiskal berimplikasi pada meningkatnya sumber pendapatan daerah sebagaimana diatur dalam UU Nomor 32 Tahun 2004. Sumber penerimaan daerah dalam pelaksanaan desentralisasi fiskal meliputi Pendapatan Asli Daerah PAD, Dana Alokasi Umum DAU, Dana Alokasi Khusus DAK, dana bagi hasil, pinjaman daerah, dan lain-lain penerimaan yang sah. Besarnya sumber pembiayaan yang bisa diterima oleh Pemerintah Daerah berdampak pada besarnya anggaran pembangunan daerah yang dapat memperbaiki pelayanan publik sesuai dengan kebutuhan dan permasalahan yang dihadapi oleh daerah dan masyarakat setempat. Dengan demikian, maka desentralisasi fiskal akan meningkatkan kreativitas pemerintah daerah untuk mengalokasikan anggaran yang berpihak kepada penduduknya, khususnya kaum miskin. 169 Di Kabupaten Barru sejak diimplementasikannya desentralisasi fiskal arah kebijakan umum yang dituangkan dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah salah satu kebijakan prioritasnya adalah pengentasan kemiskinan dan pemerataan hasil-hasil pembangunan melalui percepatan pembangunan perdesaan. Percepatan pembangunan perdesaan tersebut dilakukan melalui program pembukaan keterisolasian daerah-daerah terkebelakang dan terpencil. Kegiatan yang dilakukan meliputi pemerataan sarana dan prasana pendidikan khususnya pendidikan dasar, pemerataan parasarana dan sarana kesehatan, pembangunan irigasi desa, jalan usaha tani, dan penyediaan listrik desa Bappeda Kabupaten Barru 2009. Sejalan dengan implementasi kebijakan desentralisasi fiskal yang dilaksanakan pada tahun 2001 berpengaruh pada peningkatan kesejahteraan masyarakat di Kabupaten Barru. Hasil pendugaan parameter desentralisasi fiskal menunjukkan bahwa kebijakan desentralisasi fiskal berkorelasi negatif dan nyata secara statistik dalam mereduksi kemiskinan di Kabupaten Barru dengan nilai koefisien -9.791. Namun demikian, implementasi desentralisasi fiskal pada tahun 2001, tidak secara langsung berpengaruh dalam mereduksi kemiskinan, akan tetapi pengaruhnya dapat dilihat setelah tahun ke empat t-4. Hasil penelitian ini sejalan dengan Sasana 2009 yang melakukan penelitian di Jawa Tengah yang menemukan bahwa kebijakan desentralisasi fiskal yang dilakukan pada tahun 2001 berpengaruh signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi dan dapat mereduksi kemiskinan di KabupatenKota di Jawa Tengah. Begitupula dengan Isdijoso dan Wibowo 2002 menyebutkan bahwa desentralisasi fiskal dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat, karena kebutuhan masyarakat daerah terhadap pendidikan, kesehatan, dan barang-barang publik pada umumnya akan terpenuhi dengan baik dibandingkan apabila diatur oleh pemerintah pusat. Selanjutnya, Musgrave 1973 menyebutkan bahwa salah satu funsgi pemerintah adalah fungsi ekonomi yang melekat didalamnya fungsi anggaran fiscal function. Selanjutnya, disebutkan bahwa salah satu funsgi anggaran tersebut adalah adanya funsgi distribusi. Fungsi distribusi dalam kebijakan desentralisasi fiskal bertujuan untuk mengurangi perbedaan-perbedaan pendapatan 170 antar individu dalam masyarakat. Distribusi pendapatan yang optimal merupakan isu yang utama dalam funsgi distribusi. Oleh karena itu, kebijakannya mengarah kepada mempercepat pertambahan pendapatan masyarakat kelompok berpenghasilan rendah kelompok masyarakat miskin. Penurunan pengurangan jumlah penduduk miskin ini merupakan implementasi dari pelaksanaan fungsi distribusi. Selain itu, Hirawan 2007, menyebutkan bahwa kebijakan desentralisasi fiskal juga diharapkan bisa mengurangi kemiskinan lewat peningkatan transfer dana spesifik untuk sektor-sektor tertentu yang jadi prioritas karena bersinggungan dengan orang miskin. Dari pembahasan tersebut di atas, dapat disimpulkan bahwa kebijakan desentralisasi fiskal memberi peluang kepada daerah untuk meningkatkan pendapatan dari berbagai sumber penerimaan. Pendapatan yang dialokasikan untuk membiayai kebutuhan masyarakat terhadap pendidikan, kesehatan, infrastruktur dan pembiayaan yang diarahkan untuk meningkatkan akses dan aksesibilitas masyarakat terhadap aktivitas sosial ekonomi berpengaruh terhadap peningkatan kesejahteraan masyarakat dan mengurangi jumlah penduduk miskin. Selain itu, perlu ditingkatkan kreativitas dan sinergitas program dan kegiatan yang berpihak kepada kebutuhan dasar masyarakat dan meminimalisasi terjadinya peningkatan ketimpangan pendapatan yang dapat menimbulkan semakin meningkatnya jumlah penduduk miskin.

5.6.7. Pengaruh Krisis Moneter terhadap Kemiskinan