Kesimpulan Analisis kerentanan dan determinan kemiskinan berdasarkan karakteristik wilayah di Kabupaten Barru Provinsi Sulawesi Selatan

177 BAB VI. KESIMPULAN DAN SARAN

6.1. Kesimpulan

Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan yang dijelaskan pada bab sebelumnya, maka secara khusus dapat disimpulkan bahwa penanggulangan kemiskinan harus dilakukan secara spesifik dan selektif baik yang terkait dengan aspek mikro, aspek makro dan aspek wilayah. Secara umum diperoleh beberapa kesimpulan sebagai berikut: 1. Karakteristik rumah tangga miskin di Kabupaten Barru berbeda secara nyata berdasarkan wilayah. Karakteristik rumah tangga pada wilayah pegunungan dicirikan oleh rendahnya tingkat pendidikan, kesehatan, jaminan kesehatan, akses ke lembaga keuangan formal, akses ke PLN, akses pelayanan pendidikan menengah ke atas, dan telekomunikasi dibanding dengan rumah tangga pada wilayah pesisir dan dataran rendah. Sedangkan tingkat partisipasi masyarakat dalam proses pembangunan tertinggi pada wilayah dataran rendah, kemudian disusul pada wilayah pegunungan dan terendah pada wilayah pesisir. 2. Kerentanan rumah tangga terhadap kemiskinan dari perspektif mikro dipengaruhi oleh kepala rumah tangga perempuan, jumlah tanggungan rumah tangga yang besar, rendahnya tingkat pendidikan kepala rumah tangga, tingkat kesehatan kepala rumah tangga, kurangnya akses ke lembaga keuangan formal, kurangnya akses ke energi listrik, rendahnya tingkat partisipasi dalam proses pembangunan, dan rendahnya nilai asset yang dimiliki. 3. Kemiskinan di Kabupaten Barru berasosiasi dengan karakteristik wilayah, dimana rumah tangga yang berdomisili pada wilayah pegunungan memiliki kerentanan atau peluang untuk menjadi miskin lebih kecil dibanding dengan rumah tangga yang berdomisili pada wilayah pesisir dan dataran rendah. 4. Pertumbuhan ekonomi PDRB per kapita berpengaruh secara nyata dan signifikan secara statistik dalam penurunan jumlah penduduk miskin di Kabupaten Barru, namun magnitude pengaruh tersebut relatif tidak besar. 5. Belanja publik yang diarahkan pada bidang pendidikan, kesehatan, infrastruktur, dan pertanian signifikan secara statistik dalam mereduksi kemiskinan. Namun, belanja langsung yang diarahkan untuk penanggulangan 178 kemiskinan berkorelasi negatif terhadap kemiskinan akan tetapi tidak signifikan secara statistik. 6. Kebijakan desentralisasi fiskal berpengaruh signifikan dalam mereduksi kemiskinan. 7. Peningkatan share sektor pertanian dan share sektor industri terhadap PDRB berpengaruh signifikan dalam mereduksi kemiskinan di Kabupaten Barru, akan tetapi besar pengaruhnya berbeda. 8. Peningkatan harga barang dan jasa GDP_Deflator, peningkatan PAD dan krisis moneter, berdampak pada menurunnya daya beli masyarakat yang pada akhirnya berpengaruh terhadap peningkatan jumlah penduduk miskin.

6.2. Saran Kebijakan