140 Penggunaan sumber energi lain seperti generator dan pembangkit listrik
tenaga surya PLTS membutuhkan biaya operasional yang mahal, sehingga tidak dijangkau oleh rumah tangga miskin. Di sisi lain ketersediaan sumberdaya energi
listrik PLN mempunyai dampak yang sangat besar dalam meningkatkan aktivitas ekonomi, terutama yang terkait dengan pengembangan usaha mikro dan
kecil. Dengan meningkatnya aktivitas ekonomi masyarakat, secara otomatis dapat meningkatkan pendapatannya dan pada akhirnya meningkatkan kesejahteraan
masyarakat. Hal ini relevan dengan LPEM-PSEKP-PSP, 2004 dalam Usman et al.
2005, yang menyebutkan bahwa listrik dapat menciptakan efisiensi, dimana peningkatan akses rumah tangga miskin ke listrik PLN akan mengurangi biaya
energi hingga 4 kali lipat yang memungkinkan keluarga miskin dapat menggunakan tabungan ini untuk belanja rumah tangga lainnya seperti untuk
memperbaiki status gizi rumah tangga atau pendidikan. Dengan meningkatnya akses kepada sumberdaya listrik, rumah tangga atau penduduk miskin dapat
meningkatkan produksinya dengan berbagai macam kegiatan produktif dalam skala rumah tangga. Di samping itu, dengan meningkatnya akses masyarakat
terhadap PLN dapat mempermudah untuk memperoleh informasi melalui media elektronik televisi yang pada akhirnya dapat memberi peluang untuk melakukan
perubahan perilaku ke arah yang lebih produktif melalui informasi yang diperoleh.
5.3.7. Partisipasi dalam Proses Pembangunan
Partisipasi dalam proses pembangunan dilihat dari 3 aspek yaitu partisipasi dalam proses perencanaan, pelaksanaan, dan pengendalian pembangunan.
Beberapa kajian dan pandangan mengatakan bahwa semakin tinggi partisipasi masyarakat dalam proses pembangunan, semakin besar peluangnya untuk
meningkatkan kesejahteraannya. Hal ini terkait dengan semakin meningkatnya peluang masyarakat untuk menentukan kebijakan yang terkait dengan
kehidupannya. Hasil pendugaan variabel ini menunjukkan bahwa penduduk yang memiliki
kesempatan untuk berpartisipasi secara aktif dalam pelaksanaan dan pengendalian pelaksanaan pembangunan 2 memiliki tingkat kerentanan terhadap kemiskinan
141 0,20 kali dibanding dengan penduduk yang tidak terlibat dalam proses
pembangunan 0 dan hanya terlibat dalam proses perencanaan pembangunan 1, ceteris paribus
. Dengan perkataan lain, penduduk yang tidak berpartisipasi aktif dalam perencanaan pembangunan, pelaksanaan pembangunan, dan pengendalian
pelaksanaan pembangunan memiliki kerentanan yang lebih tinggi dibandingkan penduduk yang terlibat aktif dalam proses pembangunan. Sejalan dengan itu,
beberapa ahli menyebutkan bahwa keterlibatan penduduk miskin secara aktif dalam proses pembangunan memberikan peluang untuk meningkatkan
kesejahteraan melalui terbukanya informasi peluang usaha dan lapangan kerja yang sesuai dengan kemampuan dan kompetensi mereka yang miskin.
Temuan ini relevan dengan Nurcholis et al. 2008 yang menjelaskan bahwa dengan meningkatnya partisipasi masyarakat dalam proses pembangunan
memberikan nilai tambah, yaitu terjadinya efisiensi dan efektifitas dalam pengelolaan pembangunan, menciptakan kemitraan dan meningkatkan kapasitas
para pelaku, meningkatkan ketepatan kelompok sasaran serta mendorong keberlanjutan berbagai aktivitas pembangunan karena masyarakat mempunyai
rasa memiliki dan ikut serta menjaga proses maupun hasil dari pembangunan itu sendiri. Dengan demikian, maka masyarakat dapat memiliki akses dan terlibat
langsung dalam pelaksanaan pembangunan yang pada akhirnya dapat meningkatkan pendapatan masyarakat, terutama masyarakat yang berpendapatan
rendah. Mengacu pada Undang-undang Nomor 25 tahun 2004 tentang Sistem
Perencanaan Pembangunan Nasional, mengisyaratkan untuk lebih meningkatkan partisipasi masyarakat dan stakeholder lainnya dalam proses pembangunan yang
dimulai pada level desa musrenbangdes. Namun demikian, secara prosedural pelaksanaan musyawarah di tingkat desa sudah berjalan dengan baik di Kabupaten
Barru, akan tetapi pelibatan secara optimal khususnya penduduk miskin dalam proses perencanaan, pelaksanaan, dan pengendalian pelaksanaan pembangunan
masih relatif rendah. Dari hasil survei dapat ditunjukkan bahwa keterlibatan penduduk miskin dalam proses perencanaan pembangunan di Kabupaten Barru
hanya mencapai 5,83 persen. Artinya, walaupun pelaksanaan proses perencanaan
142 pembangunan sudah dilakukan di tingkat desa, akan tetapi tingkat partisipasi
penduduk miskin masih rendah dan masih di dominasi oleh para elit desa padahal keterlibatan penduduk miskin dalam proses pembangunan berdampak langsung
terhadap penanggulangan kemiskinan. Partisipasi masyarakat miskin dalam proses perencanaan pembangunan
merupakan faktor kunci karena dapat memberikan kontribusi penting bagi upaya- upaya promosi kesejahteraan dimana penduduk miskin dapat memperoleh
informasi peluang ekonomi dan terlibat dalam pengambilan keputusan yang terkait dengan lapangan kerja yang dapat meningkatkan pendapatan kaum miskin
tersebut. Sejalan dengan semakin meningkatnya kepedulian terhadap masalah kemiskinan beberapa lembaga dan ahli memandang bahwa pelibatan masyarakat
dalam perencanaan harus seiring dengan pelibatan masyarakat dalam penganggaran pembangunan daerah. World Bank 2008; SNPK 2005; dan
Waidl et al. 2008 menyebutkan bahwa partisipasi masyarakat dalam perencanaan dan penganggaran menjadi cara untuk memastikan pembangunan
yang berkeadilan terhadap rakyatnya. Sebab, perencanaan dan penganggaran adalah proses yang menentukan ke arah mana anggaran publik APBD telah
memihak kepentingan rakyatnya. Bahkan dari beberapa pengalaman menunjukkan bahwa partisipasi warga telah menggeser konsep partisipasi dari sekedar
kepedulian terhadap “penerima derma” atau “kaum tersisih” menuju kepada pelbagai bentuk keikutsertaan warga dalam pembuatan kebijakan dan
pengambilan keputusan diberbagai gelanggang sebagai kunci yang memengaruhi kehidupan mereka.
Implikasi temuan penelitian ini, bahwa perlu peningkatan kuantitas dan kualitas partisipasi penduduk miskin dalam pengambilan kebijakan yang terkait
dengan kehidupan mereka. Peningkatan partisipasi bukan hanya dalam tataran perencanaan pembangunan, akan tetapi yang tak kalah pentingnya bagaimana
rumah tangga miskin dapat terlibat secara aktif dalam pelaksanaan dan pengendalian pelakasanaan pembangunan.
143
5.3.8. Nilai Asset Rumah Tangga