170 antar individu dalam masyarakat. Distribusi pendapatan yang optimal merupakan
isu yang utama dalam funsgi distribusi. Oleh karena itu, kebijakannya mengarah kepada
mempercepat pertambahan
pendapatan masyarakat
kelompok berpenghasilan rendah kelompok masyarakat miskin. Penurunan pengurangan
jumlah penduduk miskin ini merupakan implementasi dari pelaksanaan fungsi distribusi. Selain itu, Hirawan 2007, menyebutkan bahwa kebijakan
desentralisasi fiskal juga diharapkan bisa mengurangi kemiskinan lewat peningkatan transfer dana spesifik untuk sektor-sektor tertentu yang jadi prioritas
karena bersinggungan dengan orang miskin. Dari pembahasan tersebut di atas, dapat disimpulkan bahwa kebijakan
desentralisasi fiskal memberi peluang kepada daerah untuk meningkatkan pendapatan dari berbagai sumber penerimaan. Pendapatan yang dialokasikan
untuk membiayai kebutuhan masyarakat terhadap pendidikan, kesehatan, infrastruktur dan pembiayaan yang diarahkan untuk meningkatkan akses dan
aksesibilitas masyarakat terhadap aktivitas sosial ekonomi berpengaruh terhadap peningkatan kesejahteraan masyarakat dan mengurangi jumlah penduduk miskin.
Selain itu, perlu ditingkatkan kreativitas dan sinergitas program dan kegiatan yang berpihak kepada kebutuhan dasar masyarakat dan meminimalisasi terjadinya
peningkatan ketimpangan pendapatan yang dapat menimbulkan semakin meningkatnya jumlah penduduk miskin.
5.6.7. Pengaruh Krisis Moneter terhadap Kemiskinan
Sama halnya dengan inflasi GDP_Deflator, krisis moneter juga menunjukkan dampak terhadap peningkatan jumlah penduduk miskin. Hasil
pendugaan parameter krisis moneter dummy menunjukkan bahwa krisis ekonomi yang terjadi pada tahun 19971998 berdampak pada peningkatan rumah tangga
miskin sebesar 5,24 persen. Krisis moneter yang berkembang menjadi krisis ekonomi serta pelbagai
krisis lainnya berpengaruh pada berbagai aspek kehidupan masyarakat. Krisis ekonomi yang terjadi pada tahun 19971998 berdampak bukan hanya pada
peningkatan inflasi yang sangat besar yaitu 61,38 persen, akan tetapi juga berdampak pada kontraksi pertumbuhan ekonomi yaitu -5,97 persen. Hal ini
berakibat terjadinya stagflasi yang berdampak pada menurunnya output
171 perekonomian dan daya beli masyarakat yang pada akhirnya berpengaruh pada
menurunnya pemenuhan kebutuhan dasar, terutama yang terkait dengan pendidikan dan kesehatan. Kondisi ini menyebabkan pengaruh yang buruk bagi
pemenuhan kebutuhan dasar masyarakat, bukan hanya terkait dengan pemenuhan kebutuhan akan makanan, akan tetapi juga terhadap pemenuhan kebutuhan bukan
makanan berupa kesehatan dan pendidikan. Di sisi lain dengan terjadinya kontraksi pertumbuhan ekonomi berdampak
pada menurunnya sisi permintaan yang secara langsung berpengaruh pada meningkatnya pemutusan hubungan kerja dan kemiskinan. Hal ini diindikasikan
oleh terjadinya penutupan beberapa perusahaan yang bergerak dibidang pengolahan ikan seperti PT. PHILIPS Amerika. Dampak langsung dari penutupan
perusahaan tersebut adalah pemutusan hubungan kerja sehingga menyebabkan banyak orang yang hilang pekerjaan. Dampak lain yang ditimbulkan adalah
kepada nelayan tangkap sebagai pensuplai bahan baku ikan, dimana hasil tangkapan tidak memiliki pasar yang tetap, sehingga menyebabkan nilai tukar
yang diterima semakin menurun akibat tidak adanya pasar yang menampung hasil tangkapannya secara tetap.
Hasil temuan ini sejalan dengan yang ditemukan oleh Siregar dan Wahyuniarti 2007 yang menyatakan bahwa krisis ekonomi berdampak pada
peningkatan jumlah rumah tangga miskin. Terjadinya krisis moneter memperlihatkan pengaruh yang besar terhadap peningkatan jumlah orang miskin,
yang terjadi karena banyak orang yang kehilangan pekerjaan serta tingginya inflasi saat krisis sehingga menurunkan daya beli masyarakat. Di samping itu,
World Bank 2006, menunjukkan bahwa krisis ekonomi yang terjadi pada tahun 19971998 menyebabkan peningkatan kemiskinan lebih dari sepertiga kali.
Oleh karena itu, untuk mengantisipasi terjadinya dampak buruk akibat krisis moneter, maka perlu desain kebijakan moneter yang bersifat hati-hati
“prudent policy” menjaga kestabilan harga dan kondisi ekonomi makro, karena hal ini
memiliki efek yang permanen dalam menurunkan tingkat kemiskinan dan
meratakan distribusi pendapatan Santoso et al. 2007. Lebih lanjut disebutkan bahwa kebijakan moneter yang ekspansif hanya dapat menurunkan tingkat
kemiskinan dalam jangka pendek.
172
5.7. Simulasi Kebijakan Penanggulangan Kemiskinan