Profil Umum Rumah Tangga Miskin.

106 dilakukan terkait dengan karakteristik rumah tangga miskin dalam disertasi ini dapat diringkaskan beberapa penciri yang membedakan rumah tangga miskin berdasarkan wilayah di Kabupaten Barru pada bagian berikut.

5.2.1. Profil Umum Rumah Tangga Miskin.

Profil umum rumah tangga miskin dilihat dari beberapa aspek yaitu jenis kelamin kepala rumah tangga miskin, umur kepala rumah tangga miskin, dan jumlah tanggungan rumah tangga miskin. Di samping ketiga aspek tersebut, juga dianalisis tentang kondisi perumahan rumah tangga miskin yang dapat memberikan gambaran tentang kondisi aktual perumahan rumah tangga miskin berdasarkan wilayah di Kabupaten Barru. Karakteritik tersebut diindikasikan dapat menggambarkan kondisi fisik rumah tangga miskin di Kabupaten Barru. Jenis Kelamin Kepala Rumah Tangga. Jenis kelamin kepala rumah tangga miskin dihitung berdasarkan persentase rumah tangga miskin yang berjenis kelamin laki-laki dan perempuan. Pada wilayah pegunungan kepala rumah tangga miskin yang berjenis kelamin laki-laki memiliki proporsi terbesar yaitu 75,29 , kemudian pada wilayah pesisir 72,16 dan terendah pada wilayah dataran rendah yaitu 60,75 . Dengan perkataan lain, bahwa kepala rumah tangga miskin yang berjenis kelamin perempuan terbesar pada wilayah dataran rendah yaitu 39,25 , kemudian disusul oleh wilayah pesisir yaitu 27,84 dan terkecil pada wilayah pegunungan sebesar 24,71 Grafik 3. Grafik 3. Klasifikasi Jenis Kelamin Kepala Rumah Tangga Miskin Berdasarkan Wilayah di Kabupaten Barru. Sumber : Diolah dari data primer survei rumah tangga di Kabupaten Barru Tahun 2009 72.16 60.75 75.29 27.84 39.25 24.71 10 20 30 40 50 60 70 80 Pesisir Dt. Rendah Pegunungan Laki-laki Perempuan 107 Berdasarkan hasil uji Anova, ditemukan bahwa jenis kelamin kepala rumah tangga miskin pada semua wilayah berbeda secara nyata. Jenis kelamin kepala rumah tangga pada wilayah dataran rendah 0 memiliki perbedaan dengan wilayah pegunungan 1 dengan nilai mean difference sebesar -0.162, demikian juga dengan wilayah pesisir 2 perbedaannya adalah -0.104. Sedangkan jenis kelamin kepala rumah tangga miskin pada wilayah pegunungan 1 tidak berbeda secara nyata dengan wilayah pesisir 2 tapi berbeda dengan wilayah dataran rendah, lihat lampiran 1. Besarnya jumlah rumah tangga miskin yang dikepalai oleh perempuan pada wilayah dataran rendah diindikasikan oleh tingginya mobilitas penduduk pada wilayah tersebut. Mobilitas dimaksud sebagaimana hasil wawancara dengan responden yaitu melakukan perantauan ke luar wilayah Sulawesi Selatan, yang berdampak pada tingginya perceraian pada wilayah dataran rendah dibanding dengan wilayah pegunungan dan wilayah pesisir. Jumlah Tanggungan Keluarga. Jumlah tanggungan atau anggota keluarga rumah tangga miskin berdasarkan wilayah menunjukkan perbedaan antara wilayah. Jumlah tanggungan terbesar adalah pada wilayah pegunungan yaitu 4,3 jiwarumah tangga, kemudian disusul oleh wilayah pesisir dengan jumlah 3,7 jiwa dan terkecil pada wilayah dataran rendah yaitu 3,4 jiwa. Besarnya jumlah tanggungan rumah tangga miskin pada wilayah pegunungan mengindikasikan bahwa program keluarga berencana kurang berhasil dan tidak merata pada semua wilayah. Di samping itu, juga disebabkan oleh adanya budaya masyarakat yang masih percaya pada fameo “semakin banyak anak semakin banyak rejeki”. Kondisi geografis yang terisolir dan terkebelakang berdampak pada rendahnya aksesibilitas penduduk terhadap informasi tentang keluarga yang sejahtera dan juga disebabkan rendahnya intensitas penyuluhan keluarga sejahtera dibanding wilayah lainnya, merupakan salah satu penyebab tingginya jumlah anggota keluarga pada wilayah pegunungan. Demikian halnya dengan rata-rata jumlah anggota keluarga miskin yang bekerja dapat ditunjukkan bahwa rata-rata anggota keluarga rumah tangga miskin yang berkeja lebih dari satu orang. Namun, bila diurutkan rata-rata anggota keluarga yang bekerja tertinggi pada wilayah pegunungan adalah 1,33 jiwa per 108 rumah tangga, kemudian pada wilayah pesisir 1,31 jiwa per rumah tangga, dan pada wilayah dataran rendah adalah 1,20 jiwa per rumah tangga Grafik 4. Dari hasil uji beda Anova ditemukan bahwa rata-rata anggota keluarga yang bekerja antara wilayah dataran rendah dan wilayah pesisir tidak berbeda secara nyata. Akan tetapi rata-rata anggota keluarga yang bekerja pada wilayah pegunungan 1 berbeda secara nyata antara kedua wilayah yaitu pada wilayah dataran rendah 0 dan wilayah pesisir 2. Artinya jumlah anggota keluarga yang bekerja pada wilayah pegunungan lebih besar dibanding jumlah anggota keluarga yang bekerja pada wilayah pesisir dan dataran rendah. Besarnya jumlah anggota keluarga yang bekerja pada wilayah pegunungan tidak dapat diinterpretasikan bahwa penduduk miskin yang berdomisili pada wilayah pegunungan lebih produktif dibanding dengan wilayah pesisir dan dataran rendah. Besarnya jumlah anggota keluarga yang bekerja pada wilayah pegunungan disebabkan oleh banyaknya anggota keluarga yang bekerja sebagai tenaga kerja tidak di upah bahkan sebagai tenaga kerja di bawah umur. Hal ini diindikasikan oleh besarnya jumlah anak yang putus sekolah pada wilayah pegunungan dibanding pada wilayah pesisir dan dataran rendah. Grafik 4. Jumlah Tanggungan dan Jumlah Anggota Keluarga Rumah Tangga Miskin yang Bekerja Berdasarkan wilayah di Kab. Barru, Tahun 2009. Sumber : Diolah dari data primer survei rumah tangga di Kabupaten Barru Tahun 2009 Kelompok Umur Kepala Rumah Tangga Miskin. Gambaran tentang kelompok umur kepala rumah tangga miskin dapat dijadikan sebagai ukuran 1 2 3 4 5 Pesisir Dt. Rendah Gunung 3.7 3.4 4.3 1.31 1.2 1.33 Rata-rata Jumlah Tanggungan Jiwa Rata-rata Anggota Keluaraga Bekerja Jiwa 109 untuk melihat pangsa tenaga kerja rumah tangga. Di samping itu, dengan memahami karakteristik kelompok umur kepala rumah tangga miskin dapat dijadikan sebagai dasar berpijak dalam menentukan intervensi kebijakan yang akan dilakukan. Pada wilayah pegunungan proporsi kelompok umur kepala rumah tangga miskin yang tertinggi yaitu di atas 55 tahun ke atas sebesar 41,17 persen, kemudian disusul oleh kepala rumah tangga dengan kelompok umur antara 40 – 55 tahun sebesar 30,59 persen dan terendah adalah kelompok umur di bawah 40 tahun yaitu 28,24 persen. Selanjutnya pada wilayah pesisir kelompok umur kepala rumah tangga miskin tertinggi adalah kelompok umur 41-55 tahun yaitu 49,70 persen, kemudian diikuti kelompok umur di atas 55 tahun sebesar 33,50 persen, dan terendah adalah kelompok umur di bawah 40 tahun, yaitu 26,80 persen. Sedangkan pada wilayah dataran rendah menunjukkan komposisi yang hampir sama dengan wilayah pegunungan, dimana kelompok umur di atas 55 tahun memiliki proporsi tertinggi yaitu sebesar 35,51 persen, kemudian diikuti oleh di bawah 40 tahun yaitu 32,72 persen dan terendah pada kelompok umur 40-55 tahun sebesar 31,77 persen Grafik 5. Grafik 5. Klasifikasi kelompok umur kepala rumah tangga miskin berdasarkan wilayah di Kabupaten Barru, Tahun 2009. Sumber : Diolah dari data primer survei rumah tangga di Kabupaten Barru Tahun 2009 Namun demikian, berdasarkan analisis Anova ditemukan bahwa kelompok umur kepala rumah tangga pada semua wilayah tidak berbeda secara nyata. 26.8 32.72 28.24 39.7 31.77 30.59 33.5 35.51 41.17 5 10 15 20 25 30 35 40 45 Pesisir Dt. Rendah Gunung 40 tahun 41-55 tahun 55 tahun 110 Artinya karakteristik kelompok umur pada semua wilayah dianggap homogen atau tidak berbeda nyata secara statistik lampiran 1.

5.2.2. Kondisi Perumahan