110 Artinya karakteristik kelompok umur pada semua wilayah dianggap homogen atau
tidak berbeda nyata secara statistik lampiran 1.
5.2.2. Kondisi Perumahan
Kondisi perumahan rumah tangga miskin menggambarkan beberapa aspek yang terkait, seperti status kepemilikan rumah, status tanah perumahan, sumber air
bersih, jenis penerangan rumah, dan jenis jamban keluarga. Kelima hal ini diindikasikan dapat menggambarkan kondisi fisik rumah tangga berdasarkan
karakteristik wilayah. Kondisi perumahan rumah tangga miskin berdasarkan karakteristik wilayah di Kabupaten Barru dapat dijelaskan secara ringkas pada
Tabel 14 berikut. Tabel 14. Kondisi perumahan rumah tangga miskin berdasarkan karakteristik
wilayah di Kabupaten Barru Tahun 2009.
Karakteristik Pesisir
Dataran Rendah Pegunungan
1. Kepemilikan Rumah - Milik
- Bukan Milik - Total
82.47 17.53
100.00 79.44
20.56 100.00
89.41 10.59
100.00 2. Status Tanah Perumahan
- Milik - Bukan Milik
- Total 50.52
49.48 100.00
61.68 38.32
100.00 84.71
15.29 100.00
3. Sumber Air Bersih - Leding
- Sumur - Lainnya
- Total 8.76
86.09 5.15
100.00 7.47
71.03 21.50
100.00 56.47
15.29 28.24
100.00 4. Jenis Penerangan Rumah
- Listrik - Non Listrik
- Total 84.54
15.46 100.00
78.50 21.50
100.00 60.00
40.00 100.00
5. Jenis Jamban Keluarga - Sendiri
- Bersama - Lainnya
- Total 29.16
22.50 48.34
100.00 31.67
42.50 25.83
100.00 50.00
4.17 45.83
100.00 Sumber :
Diolah dari data primer survei rumah tangga di Kabupaten Barru Tahun 2009
Status Kepemilikan Rumah. Perumahan dengan segala pencirinya
merupakan hak azasi manusia, namun seringkali tidak dapat dipenuhi secara optimal. Dalam hal pemenuhan hak azasi terhadap perumahan, pemerintah dalam
satu sisi harus mengambil kebijakan yang dapat memberi peluang kepada
111 masyarakat untuk mendapatkan perumahan yang layak. Di satu sisi, masyarakat
harus bekerja keras untuk mencapai cita-cita yang diharapkan terutama dalam pemenuhan kebutuhan perumahan itu sendiri. Keduanya harus menjalin sinergitas
untuk mewujudkan pemenuhan kebutuhan perumahan masyarakat yang secara baik dan berkeadilan.
Secara umum kepemilikan rumah bagi penduduk miskin di Kabupaten Barru adalah 83,76 persen, artinya masih terdapat 16,24 persen penduduk miskin
yang belum memiliki rumah menyewa dan menumpang. Status kepemilikan rumah menunjukkan bahwa, proporsi kepemilikan rumah yang tertinggi adalah
pada wilayah pegunungan 89.41 persen kemudian disusul oleh wilayah pesisir 82.47 persen dan terendah pada wilayah dataran rendah 79.4 persen. Hal ini
mengindikasikan bahwa pemenuhan perumahan bagi penduduk di Kabupaten Barru khususnya kelompok penduduk miskin belum bisa dipenuhi secara optimal
sebagaimana di gambarkan pada Grafik 6 berikut. Grafik 6. Status Kepemilikan Rumah dan Tanah Perumahan Rumah Tangga
Miskin berdasrkan wilayah di Kabupaten Barru, Tahun 2009.
Sumber: Diolah dari data primer survei rumah tangga Kabupaten Barru, Tahun 2009.
Status Kepemilikan Tanah Perumahan. Kepemilikan rumah saja tidak cukup
untuk membuat merasa aman, apalagi kalau tanah perumahan yang ditempati hanya menumpang atau sewa. Berbagai fenomena yang sering dipublikasi baik
media cetak maupun elektornik dimana terjadi penggusuran rumah, karena tidak
82.47 79.44
89.41
50.52 61.68
84.71
10 20
30 40
50 60
70 80
90 100
Pesisir Dt. Rendah
Pegunungan Rumah Milik
Tanah Perumahan Milik
112 ada jaminan kepemilikan lahan perumahan. Keinginan masyarakat untuk memiliki
perumahan dan lahan perumahan dengan status hak miliki property right belum dapat dipenuhi secara optimal sesuai yang diamanatkan dalam UUD 1945. Di
Kabupaten Barru dapat ditunjukkan bahwa kepemilikan tanah perumahan juga belum dapat dioptimalkan dan secara proporsional berbeda antar wilayah.
Status kepemilikan tanah perumahan rumah tangga miskin berbeda berdasarkan wilayah. Rumah tangga miskin dengan status kepemilikan tanah
perumahan yang tertinggi berada pada wilayah pegunungan yaitu 84.71 persen, kemudian pada wilayah dataran rendah 61.68 persen dan terendah pada wilayah
pesisir hanya 50.52 persen. Ketersediaan lahan yang masih luas pada wilayah pegunungan memungkinkan masyarakat mengakses lahan perumahan dengan
harga yang relatif lebih murah dibandingkan pada wilayah pesisir. Indikasi dari temuan ini, perlu dilakukan kebijakan yang memberi akses atau ruang bagi
masyarakat terutama penduduk miskin untuk memiliki tanah perumahan terutama pada wilayah pesisir, dimana konsentrasi dan kepadatan penduduk di Kabupaten
Barru yang tertinggi berada pada wilayah tersebut. Sumber Air Bersih
. Pemenuhan kebutuhan akan air bersih di Kabupaten Barru belum terdistribusi secara merata terutama untuk penyediaan air leding
yang dianggap sebagai sumber air bersih dan layak untuk dikonsumsi. Dari Tabel 14 tersebut di atas, menunjukkan bahwa untuk wilayah pesisir rumah tangga
miskin yang menggunakan air leding hanya sekitar 8.76 persen dan yang menggunakan sumur sebanyak 86.09 persen. Demikian halnya pada wilayah
dataran rendah pemenuhan air bersih lebih rendah dibanding dengan wilayah pesisir yaitu hanya 7.47 persen yang menggunakan air leding, 71.03 persen
menggunakan air sumur dan sekitar 21.50 persen menggunakan sumber air lainnya, sebagaimana dapat dilihat pada Grafik 7 berikut.
Berbeda dengan wilayah pegunungan, rumah tangga miskin yang menggunakan sumber air bersih dari leding relatif lebih besar dibanding dengan
wilayah pesisir dan wilayah dataran rendah yaitu 56.47 persen yang bersumber dari mata air yang dilindungi, dan sekitar 15.29 persen menggunakan sumber air
bersih dari sumur dan sekitar 28.24 persen menggunakan sumber air lainnya.
113 Tingginya penggunaan air leding di wilayah pegunungan disebabkan oleh
penggunaan mata air pegunungan, yang difasilitasi oleh beberapa program pemerintah seperti penyehatan lingkungan permukiman, bantuan dari lembaga
donor seperti JICA, CARE, bantuan pemerintah daerah dan swadaya masyarakat. Sedangkan secara keseluruhan pelayanan air bersih di Kabupaten Barru dengan
menggunakan air leding baru mencapai 24.33 persen Bappeda, 2009. Grafik 7. Kondisi Pemenuhan Kebutuhan Sumber Air Bersih Rumah Tangga
Miskin di Kabupaten Barru, Tahun 2009.
Sumber: Diolah dari data primer survei rumah tangga Kabupaten Barru, Tahun 2009.
Jenis Penerangan Rumah Tangga. Jenis penerangan rumah tangga juga
menjadi penciri kemampuan suatu rumah tangga, namun tidak bisa dipungkiri bahwa seringkali ketersediaan sumberdaya listrik tidak tersedia secara baik dan
merata, terutama pada daerah-daerah terpencil. Di Kabupaten Barru akses masyarakat terhadap sumberdaya listrik bervariasi antar wilayah. Wilayah pesisir
menempati urutan tertinggi dalam penggunaan listrik sebagai sumber penerangan rumah tangga yaitu sekitar 87.08 persen, kemudian disusul oleh wilayah dataran
rendah dengan proporsi sebesar 84.17 persen dan terkecil pada wilayah pegunungan dengan persentase 58.33 persen Grafik 8.
Hasil analisis Anova menunjukkan bahwa karakteristik rumah tangga miskin terhadap akses ke PLN berbeda secara nyata antara wilayah dataran rendah
0 dengan wilayah pegunungan 1, namun sama karakteristiknya dengan wilayah
8.76 7.47
56.47 68.09
71.03
15.29 5.15
21.5 28.24
10 20
30 40
50 60
70 80
Pesisir Dt. Rendah
Pegunungan Leding
Sumur Lainnya
114 pesisir 2. Sedangkan wilayah pegunungan memiliki karakteristik yang berbeda
dengan semua wilayah lampiran 1. Grafik 8. Kondisi Sumber Penerangan Rumah Tangga Miskin di Kabupaten
Barru, Tahun 2009.
Sumber: Diolah dari data primer survei rumah tangga Kabupaten Barru, Tahun 2009.
Rendahnya akses masyarakat di daerah pegunungan terhadap listrik, bukan hanya disebabkan oleh rendahnya kemampuan masyarakat, akan tetapi juga
disebabkan oleh tidak tersedianya jaringan listrik dari PLN. Sumber energi listrik yang tersedia di Kabupaten Barru adalah PLTD berjumlah lima unit dengan
kapasitas 208 KVAKWH. Adapun desa yang terjangkau jaringan listrik PLN sebanyak 52 Desakelurahan 96,30 persen dengan jumlah pelanggan sebanyak
27.246 rumah tangga 64,50 persen. Dari 52 desakelurahan yang terjangkau jaringan listrik hanya sekitar 70 persen yang tersedia jaringan listrik secara penuh
atau dapat menjangkau wilayah secara keseluruhan. Sedangkan yang belum terjangkau ada 2 desa dan sekitar 60 dusun dari 228 dusun terutama pada wilayah
pegunungan dan dataran rendah Bappeda Kabupaten Barru, 2009. Jamban Keluarga.
Ketersediaan jamban keluarga menjadi salah satu fasilitas rumah sehat yang sangat penting dalam mendukung pola hidup sehat. Di
samping ada atau tidak adanya jamban, indikator penggunaan fasilitas jamban juga penting yang dibedakan atas jamban sendiri, jamban bersama, dan jamban
umum. Kondisi jamban keluarga rumah tangga miskin juga berbeda antara satu wilayah dengan wilayah lainnya. Rumah tangga miskin yang memiliki jamban
20 40
60 80
100
Pesisir Dt. Rendah
Pegunungan 84.54
78.50 60.00
15.46 21.50
40.00
Listrik Non PLN
115 keluarga permanen secara proporsional yang tertinggi adalah pada wilayah
pegunungan dengan persentase 38,82 persen, kemudian disusul dengan wilayah pesisir sebesar 28,35 persen dan terendah pada wilayah dataran rendah dengan
persentase 25,35 persen. Sedangkan yang menggunakan jamban bersama tertinggi pada wilayah pesisir yaitu sebesar 24,23 persen, kemudian disusul pada wilayah
dataran rendah sebesar 13,10 persen dan terendah pada wilayah pegunungan yaitu 4,71 persen Grafik 9.
Indikasi dari temuan ini, perlu dilakukan upaya mendorong atau memfasilitasi rumah tangga untuk menyediakan jamban keluarga. Dengan
perkataan lain, bahwa pemerintah daerah seyogyanya mengembangkan kembali program penyehatan lingkungan pemukiman yang menyediakan sarana dan
prasarana jamban keluarga sebagai salah satu program atau kegiatan yang dapat mendukung terciptanya keluarga dan rumah sehat dengan baik. Sebagaimana
diketahui bahwa, salah satu prasyarat utama rumah sehat adalah ketersediaan jamban keluarga, sehingga perlu difasilitasi terutama bagi rumah tangga yang
tidak mampu. Grafik 9. Kondisi Jamban keluarga Rumah Tangga Miskin di Kabupaten Barru,
Tahun 2009.
Sumber : Diolah dari data primer survei rumah tangga Kabupaten Barru, Tahun
2009.
10 20
30 40
50 60
70
Pesisir Dt. Rendah
Gunung 28.35
25.23 38.82
24.23 13.1
4.71 47.42
61.67 56.47
Sendiri Bersama
Lainnya
116
5.2.3. Tingkat Pendidikan.