Akses ke Pelayanan Publik.

124 pegunungan 1 terhadap akses ke lembaga keuangan formal berbeda antara kedua wilayah lainnya, dimana wilayah pesisir -0.138, lebih besar dibandingkan dengan wilayah dataran rendah -0.084.

5.2.7. Akses ke Pelayanan Publik.

Akses masyarakat ke pelayaan publik yang diamati dalam disertasi ini adalah yang terkait langsung dengan masyarakat, seperti pelayanan kesehatan, pemerintahan, dan pasar. Dalam uraian ini, dapat di gambarkan akses masyarakat ke pelayanan publik yang dilihat dari waktu tempuh ke pusat pelayanan. Akses masyarakat ke pusat pelayanan berbeda antar wilayah, hal ini diakibatkan ketersediaan pelayanan publik yang tidak merata, juga disebabkan oleh kondisi wilayah dengan karakteristik yang berbeda pula. Untuk melihat perbedaan aksesibilitas penduduk miskin terhadap pelayanan publik tersebut, secara ringkas digambarkan pada Tabel 15 berikut. Tabel 15. Tingkat aksesibilitas penduduk ke pelayanan publik berdasarkan wilayah, Tahun 2009. Akses Pegunungan Dataran Rendah Pesisir 1. Puskesmas pembantu Waktu tempuhmenit 5.40 4.80 8.60 2. Puskesmas Waktu Tempuhmenit 25.00 7.00 12.00 3. Kantor Desa Waktu Tempuhmenit 4.90 3.70 6.80 4. Kantor Camat Waktu Tempuhmenit 25.00 7.00 12.00 5. Ibu Kota Kabupaten Waktu Tempuhmenit 57.00 23.00 33.00 6. Pasar Waktu Tempuhmenit 25.00 10.08 8.25 Sumber : Diolah dari data primer survei rumah tangga Kabupaten Barru, Tahun 2009 Berdasarkan data di atas, dapat diuraikan bahwa akses ke pelayanan kesehatan puskesmas pembantu relatif sama antar wilayah yang diukur dari waktu tempuh ke pusat pelayanan, yaitu antara 4.80 menit sampai 8.60 menit. Demikian halnya ke pelayanan kantor desa waktu tempuh yang digunakan juga relatif sama yaitu antara 3.70 menit sampai 6.80 menit. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa tingkat aksesibilitas masyarakat ke pelayanan kesehatan 125 puskesmas pembantu dan kantor desa pelayanan pemerintahan desa kalau diukur dari waktu tempuh relatif tinggi. Berbeda dengan pelayanan pemerintah kecamatan yang diukur dari waktu tempuh ke kantor camat, menunjukkan variasi yang berbeda antar wilayah, dimana pada wilayah pegunungan menggunakan waktu tempuh yang tertinggi yaitu rata-rata 25 menit, kemudian disusul wilayah pesisir 12 menit dan terendah pada wilayah dataran rendah yaitu dengan waktu tempuh rata-rata 7 menit. Hal ini sama dengan pelayanan puskesmas, dimana pada setiap ibukota kecamatan terdapat pelayanan puskesmas dan terdapat puskesmas pembantu pada wilayah- wilayah strategis terutama pada wilayah pegunungan. Sedangkan untuk pelayanan pemerintahan Kabupaten, menunjukkan bahwa wilayah pegunungan memiliki akses terendah, apabila dikaitkan dengan waktu tempuh ke pusat pelayanan pemerintahan. Wilayah pegunungan dengan waktu tempuh rata-rata 57 menit, kemudian disusul oleh wilayah dataran rendah dengan waktu tempuh sekitar 10.08 menit dan tertinggi aksesnya adalah pada wilayah pesisir dengan rata-rata waktu tempuh 8.25 menit. Dengan kondisi demikian, maka perlu dilakukan penyederhanaan dan distribusi pelayanan publik yang terkait dengan pelayanan perizinan dan pelayanan administrasi ke wilayah kecamatan, terutama pada wilayah pegunungan. Selanjutnya, tingkat aksesibilitas ke pelayanan pasar terlihat adanya perbedaan waktu tempuh, dimana pada wilayah pegunungan menggunakan waktu terlama yaitu rata-rata 25 menit, kemudian disusul oleh wilayah dataran rendah yaitu 10,08 menit, dan terendah pada wilayah pesisir yaitu 8,25 menit. Rendahnya aksesibilitas masyarakat pegunungan terhadap pasar berdampak pada rendahnya interaksi dengan pelaku-pelaku ekonomi yang terpusat pada wilayah perkotaan, serta menyebabkan tingginya biaya transportasi dalam memasarkan produk- produk yang dihasilkan.

5.2.8. Tingkat Partisipasi dalam Proses Pembangunan