Kesehatan Kepala Rumah Tangga dan Jaminan Kesehatan

137 ideal dengan beberapa ciri-ciri, seperti: i prosedur mendapatkan kredit yang sederhana; ii persyaratan administrasi mudah dipenuhi; iii biaya perolehan kredit murah; dan pemberian kredit tepat. Di sisi lain, Ismawan 2002 menyatakan bahwa agar LKM dapat melayani masyarakat miskin, maka LKM harus hidup dan berkembang dengan karakteristik yang khas sesuai dengan rakyat miskin. Melakukan “modernisasi“ keuangan mikro dengan mengabaikan karakteristik khas yang dimiliki dengan sendirinya akan meninggalkan konstituen keuangan mikro itu sendiri, yaitu rakyat miskin. Bahkan Muhammad Yunus dengan “Grameen Bank”, yang dianugerahi Hadiah Nobel Perdamaian 2006, menyatakan bahwa “Mikro Kredit” adalah hak azasi masyarakat.

5.3.5. Kesehatan Kepala Rumah Tangga dan Jaminan Kesehatan

Tingkat kesehatan kepala rumah tangga menunjukkan arah yang negatif dan berpengaruh secara nyata terhadap kerentanan rumah tangga terhadap kemiskinan. Hasil pendugaan parameter tingkat kesehatan menunjukkan bahwa, kepala rumah tangga yang sehat memiliki kerentanan 0,17 kali untuk menjadi miskin dibandingkan dengan kepala rumah tangga yang sakit, ceteris paribus. Dengan perkataan lain, bahwa rumah tangga yang mengalami sakit kronis sehingga tidak produktif memiliki kerentanan atau peluang yang lebih besar untuk menjadi miskin. Dari data survei dan wawancara terhadap responden terdapat 83 dari 480 kepala rumah tangga 17 persen yang menderita sakit menahun dan dari 83 kepala rumah tangga yang sakit tersebut terdapat 59 jiwa 71,08 persen berusia lanjut atau berumur di atas 55 tahun lampiran 7. Dari temuan ini mengindikasikan bahwa rumah tangga yang kepala rumah tangganya sakit sehingga tidak bekerja atau tidak produktif lagi secara otomatis memiliki kerentanan atau peluang untuk menjadi miskin sangat besar. Rumah tangga dalam kondisi eksisting sebagaimana digambarkan di atas, diindikasikan menjadi rumah tangga miskin dalam kategori miskin kronis, yang berdampak bukan hanya pada rumah tangga saat ini akan tetapi dapat berimplikasi pada pewarisan kemiskinan pada generasi yang akan datang. 138 Kesehatan merupakan hal penting dalam meningkatkan produktivitas rumah tangga. Kesehatan kepala rumah tangga yang baik memberi peluang untuk memperoleh pendapatan yang lebih baik, demikian sebaliknya pendapatan yang lebih tinggi memberi peluang kepada rumah tangga untuk memperoleh “membeli” kesehatan yang lebih baik. Namun demikian, permasalahan kesehatan merupakan polemik yang menjadi perhatian, di satu sisi pola pikir masyarakat terhadap pentingnya kesehatan sangat rendah, di sisi lain kemampuan pemerintah untuk menyediakan pelayanan kesehatan yang murah dan tersedia pada semua lokasi masih terbatas. Dalam kondisi kepala rumah tangga atau anggota rumah tangga mengalmi sakit mendorong mereka untuk melakukan pengobatan walaupun tidak tersedia pembiayaan yang memadai. Dalam konteks ini beberapa kemungkinan yang dapat dilakukan adalah menjual asset produktif yang dimiliki atau melakukan pinjaman baik pada lembaga keuangan formal maupun non formal seperti rentenir, sehingga secara otomatis mengurangi pendapatan revenue yang diperoleh. Kondisi demikian, berpengaruh bukan hanya pada produktivitas dan investasi rumah tangga sekarang, akan tetapi juga berpengaruh pada perekonomian mereka pada masa yang akan datang. Uraian tersebut di atas sejalan dengan hasil penelitian ini, dimana ditemukan beberapa kepala rumah tangga yang menjadi tulang punggung atau pencari nafkah rumah tangga mengalami sakit kronis sehingga tidak dapat bekerja. Dalam kondisi demikian, upaya yang dilakukan untuk sembuh memaksa mereka menjual asset produktif yang mereka miliki untuk berobat, akan tetapi karena penyakit yang diderita tersebut harus dioperasi dan membutuhkan biaya yang besar sehingga hasil penjualan asset produktif tidak cukup. Asset produktif yang dimiliki sebagai satu-satunya sumber mata pencaharian keluarga dijual menyebabkan mereka kehilangan sumber pendapatan dan sebagai sumber jatuhnya rumah tangga ke dalam garis kemiskinan. Permasalahan kesehatan masyarakat dipengaruhi juga oleh pola pikir masyarakat dan ketersediaan pelayanan kesehatan yang terbatas. Program Jaminan Pengaman Sosial Bidang Kesehatan JPBSK dan Jaminan Asuransi Kesehatan 139 ASKES baik yang dibiayai oleh pemerintah maupun pemerintah daerah belum mampu menjangkau secara keseluruhan rumah tangga miskin. Walaupun demikian, pemerintah Provinsi Sulawesi Selatan dan Pemerintah Daerah Kabupaten Barru telah menerapkan pelayanan kesehatan gratis pada semua puskesmas, akan tetapi dalam implementasinya masih terdapat banyak kekuarangan dan kelemahan. Di Kabupaten Barru jangkauan ASKES untuk rumah tangga miskin baru mencapai 48,33 persen sehingga penduduk miskin yang sakit masih mengalami kendala untuk memperoleh pelayanan kesehatan terutama pada rumah sakit. Di samping itu, dari hasil diskusi dengan responden menunjukkan bahwa, walaupun sudah mendapat ASKES, namun seringkali tidak mendapatkan pelayanan kesehatan yang optimal. Rumah tangga yang menderita penyakit kronik atau menahun seringkali membutuhkan biaya tambahan yang besar, terutama pembelian obat yang tidak termasuk dalam asuransi. Apalagi kalau membutuhkan operasi dan perawatan khusus, rumah tangga miskin masih mengalami masalah pelayanan dalam bidang kesehatan pada semua level. Implikasi temuan ini, mengisyaratkan perlunya peningkatan jangkauan pelayanan kesehatan dan asuransi kesehatan, serta diarahkan bukan hanya untuk pelayanan kesehatan dasar, akan tetapi perlu ditingkatkan pada pelayanan kesehatan bagi rumah tangga miskin yang mengalami sakit sehingga tidak produktif. Sejatinya, perlu jaminan kesehatan yang optimal agar rumah tangga miskin tidak terpuruk dalam kemiskinan kronik yang dapat berdampak pada generasi yang akan datang.

5.3.6. Akses ke Energi Listrik PLN