95 Pergeseran peran sektor yang mengalami peningkatan yang signifikan
yaitu sektor jasa-jasa dari 9.73 persen pada tahun 1990 menjadi 10.90 persen pada tahun 1998 dan meningkat tajam pada tahun 2008 dengan kontribusi
sebesar 23.12 persen. Demikian halnya dengan sektor lembaga keuangan, persewaan, dan jasa perusahaan mengalami peningkatan, namun tidak sebesar
dengan sektor jasa-jasa, yaitu dari 1.14 persen pada tahun 1990 menjadi 5.85 persen pada tahun 2008.
5.1.3. Indeks Pembangunan Manusia.
Perhatian global sekarang ini, di samping fokus pada isu-isu pertumbuhan ekonomi dan perlunya pelaksanaan reformasi ekonomi, juga diperlukan
perhatian terhadap dimensi manusia dalam pembangunan. Pembangunan manusia untuk menciptakan manusia yang berkualitas human capital, muncul
sebagai reaksi dari tujuan pembangunan yang dilaksanakan selama ini dinilai kurang berorientasi pada aspek manusia dan hak-hak azasinya.
Hal ini tercermin pada perkembangan pemikiran tentang pembangunan di dunia selama beberapa dekade yang berorientasi pada produksi dan
pertumbuhan ekonomi yang cukup tinggi sebagaimana dialami Indonesia pada dekade 70-an sampai awal 90-an. Padahal pertumbuhan ekonomi yang tinggi
tetapi tidak dibarengi dengan pembangunan manusia yang kuat, bukan hanya menimbulkan pertumbuhan ekonomi yang rapuh akan tetapi juga berdampak
pada aspek sosial dan politik seperti yang terjadi pada tahun 1998. Berdasar pada hal tersebut, orientasi pembangunan mengalami perubahan yang mendasar
kepada pembangunan manusia sebagai pilar pembangunan. Untuk mengukur pembangunan manusia, didasarkan pada indeks
pembangunan manusia IPM atau human development index HDI. IPM Kabupaten Barru pada tahun 2005 berada pada urutan 12 dan mengalami
penurunan pada tahun 2007 menjadi urutan ke 13 dari 23 KabupatenKota yang ada di Sulawesi Selatan dengan indeks sebesar 68.9. Penurunan peringkat IPM
Kabupaten Barru tersebut bukan sebagai akibat dari menurunnya perhatian pemerintah daerah dalam pembangunan manusia, akan tetapi lebih disebabkan
oleh perkembangan kabupatenkota lain yang lebih pesat Bappeda Kabupaten
96 Barru, 2008. Walaupun mengalami penurunan peringkat, akan tetapi tingkat
perkembangan IPM Kabupaten Barru pada tahun 2008 tetap mengalami kemajuan yaitu menjadi 69,50.
Tingkat perkembanagan IPM Kabupaten Barru secara umum dapat digambarkan pada Tabel 12 berikut.
Tabel. 12. Perbandingan komponen IPM Menurut Kabupaten di Sulawesi Selatan Tahun 2006-2007.
Kabupaten Kota
AHH Tahun
AMH YMS
Tahun PPP
Rp.000 2006
2007 2006
2007 2006
2007 2006
2007 Barru
67,6 67,8
87,7 87,7
7,2 7,2
621,5 624,5
Pangkep 68,1
68,2 84,5
85,6 6,3
6,3 617,5
624,0 Bone
68,2 68,3
84,8 84,8
6,2 6,2
624,6 628,5
Soppeng 71,2
71,6 83,6
84,6 6,5
6,5 622,8
628,4 Pare-Pare
72,9 72,9
95,1 96,2
9,3 9,3
630,0 634,1
Sul-Sel 69,2
69,2 85,7
86,2 7,2
7,2 618,3
652,2
Sumber : Indeks Pembangunan Manusia Kabupaten Barru BPS, 2008.
Dari data tersebut di atas, angka harapan hidup di Kabupaten Barru pada tahun 2006 adalah 67,6 tahun, meningkat menjadi 67,8 tahun pada tahun 2007
dan 68,20 pada tahun 2008. Namun, apabila dibandingkan dengan wilayah lain yang berbatasan langsung, maka Kabupaten Barru menempati urutan terendah
dibanding kabupaten lain dan berada dibawah rata-rata Sulawesi Selatan yaitu 69,2. Angka Melek Huruf AMH Kabupaten Barru pada tahun 2006 dan 2007
masing-masing sebesar 87,7 menduduki peringkat kedua setelah Kota Pare-Pare yaitu 95,1 tahun 2006 dan 96,2 tahun 2007 serta berada di atas rata-rata
Sulawesi Selatan. Demikian halnya dengan rata-rata lama sekolah, Kabupaten Barru menempati urutan kedua setelah Kota Pare-Pare dan sama dengan rata-
rata Sulawesi Selatan yaitu 7,2 tahun. Sedangkan komponen purchasing power parity
PPP atau kemampuan daya beli masyarakat Kabupaten Barru juga mengalami peningkatan dari Rp. Rp. 621.500,- menjadi Rp. 624.500,- pada
tahun 2007 dan menjadi Rp. 629.000,- pada tahun 2008, namun berada dibawah
97 kabupaten lain dan berada di bawah rata-rata Sulawesi Selatan pada tahun 2007
yaitu Rp. 652.100,-
5.1.4. Keuangan daerah