42 melakukan pengenaan pajak yang proporsional berdasarkan garis kemiskinan dan
kedalaman kemiskinan Smeru 2008.
2.5. Konsep dan Karakteristik Wilayah dan Kemiskinan
Dalam Undang-undang Nomor 26 tahun 2007 tentang Penataan Ruang, definisi wilayah adalah ruang yang merupakan kesatuan geografis beserta segenap
unsur terkait yang batas dan sistemnya ditentukan berdasarkan aspek administratif danatau aspek fungsional. Isard 1975 menganggap pengertian suatu wilayah
pada dasarnya bukan sekedar areal dengan batas-batas tertentu, namun suatu area yang memiliki arti meaningful karena adanya masalah-masalah yang ada di
dalamnya sedemikian rupa, sehingga ahli regional memiliki interest didalam menangani permasalahan tersebut, khususnya karena menyangkut permasalahan
sosial-ekonomi. Sedangkan Johnston dalam Stimson et al. 2006 memandang wilayah
sebagai bentuk istilah teknis klasifikasi spasial dan merekomendasikan dua tipe wilayah: 1 wilayah formal, merupakan tempat-tempat yang memiliki kesamaan-
kesamaan karakteristik, dan 2 wilayah fungsional atau nodal, merupakan konsep wilayah dengan menekankan kesamaan keterkaitan antar komponen atau
lokasitempat. Murty 2000 mendefinisikan wilayah sebagai suatu area geografis, teritorial atau tempat, yang berwujud sebagai suatu negara, negara bagian,
provinsi, distrik kabupaten, dan perdesaan. Tapi suatu wilayah pada umumnya tidak sekedar merujuk suatu tempat atau area, melainkan merupakan suatu
kesatuan ekonomi, politik, sosial, administrasi, iklim hingga geografis, sesuai dengan tujuan pembangunan atau kajian. Dengan demikian, istilah wilayah
menekankan interaksi antara manusia dengan sumberdaya lainnya yang ada di dalam suatu batasan unit geografis tertentu Rustiadi et al. 2009.
Sedangkan BPS 2008 mengklasifikasikan desa dengan empat pendekatan wilayah, yaitu hutan di dalam dan tepi hutan, pesisirpantai, lahan basah, lahan
kering, lahan campuran, dan berdasarkan topografi yaitu dataran rendah dan dataran tinggi pegunungan. Dengan demikian, dalam penelitian ini dimensi
wilayah di definisikan sebagai wilayah yang memiliki kesamaan-kesamaan karakteristik dan fungsional, yaitu wilayah pesisir, dataran rendah, dan wilayah
43 pegunungan yang dibatasi dengan batas administrasi desa dan kelurahan.
Pengelompokan ini dilakukan untuk mempermudah dalam mengidentifikasi fenomena kemiskinan berdasarkan wilayah dan sebagai alat untuk memprediksi
fenomena kemiskinan itu sendiri. Permasalahan kemiskinan berdasarkan wilayah pada umumnya memiliki
ciri-ciri yang sama, yaitu tingkat pendapatan yang rendah, pendidikan rendah, keterampilan terbatas, derajat kesehatan yang rendah, asset yang terbatas, serta
akses ke pelayanan publik terbatas. Namun secara spesifik, permasalahan kemiskinan juga memiliki karakteristik dan penciri yang berbeda antara satu
lokasi atau wilayah. Pada wilayah pesisir dimana penduduknya mayoritas nelayan, permasalahan kemiskinan lebih dipengaruhi oleh struktur alamiah sumberdaya
ekonomi dan fluktuasi penangkapan serta relasi tidak berimbang antara pelaku ekonomi Kusnadi 2002.
Sedangkan Sudarso 2004 menjelaskan bahwa yang memengaruhi sulitnya mengangkat masyarakat nelayan yang miskin sangat dipengaruhi oleh faktor
internal dan eksternal. Keterbatasan pendidikan, kurangnya kesempatan untuk mengakses dan menguasai teknologi yang lebih modern, dan tidak dimilikinya
modal yang cukup adalah faktor-faktor internal yang menghambat. Di sisi lain, sejumlah faktor eksternal, seperti makin terbatasnya potensi sumber daya laut
yang bisa dimanfaatkan nelayan, persaingan yang makin intensif, mekanisme pasar, posisi tawar nelayan dihadapan tengkulak, keadaan infrastruktur pelabuhan
perikanan, dan yuridksi daerah otonomi adalah beban tambahan yang makin memperparah keadaan.
Beberapa penelitian telah membuktikan bahwa tekanan kemiskinan struktural yang melanda kehidupan nelayan tradisional, sesungguhnya oleh faktor-
faktor yang kompleks Satria 2002; dan Suyanto 2003. Faktor-faktor tersebut tidak hanya berkaitan dengan fluktuasi musim-musim ikan, keterbatasan
sumberdaya manusia, modal serta akses, jaringan perdagangan ikan yang eksploitatif terhadap nelayan sebagai produsen, tetapi juga disebabkan oleh
dampak negatif modernisasi perikanan atau Revolusi Biru yang mendorong terjadinya eksploitasi sumber daya laut secara berlebihan.
44 Rumah tangga miskin pada wilayah dataran rendah sebagian besar bekerja
sebagai petani dengan luas lahan yang sempit. Di samping itu, rumah tangga miskin pada daerah dataran rendah mayoritas dengan tingkat pendidikan yang
rendah, derajat kesehatan yang rendah, terbatasnya kepemilikan aset lahan, di dominasi oleh lahan tadah hujan, akses ke sarana dan prasarana sosial ekonomi
terbatas, walaupun ketersediaan sarana dan prasarana sosial ekonomi lebih tersedia dibanding pada daerah pegunungan atau dataran tinggi.
Kemiskinan pada daerah pegunungan atau dataran tinggi dengan kemiringan yang curam, kondisi lahan yang berbatuan, tidak subur, tandus, sehingga rawan
erosi atau longsor memiliki harga atau nilai yang rendah sebagai sumberdaya kehidupan Harniati 2007. Selanjutnya, ketersediaan infrastruktur yang sangat
terbatas diperparah oleh kurangnya alternatif mata pencaharian, sehingga produktivitas masyarakat rendah. Kondisi demikian berpengaruh pada rendahnya
investasi yang menjamin diversifikasi mata pencaharian yang berkelanjutan. Di samping itu, wilayah pegunungan sebagian besar terisolasi, kurangnya
infrastruktur seperti listrik, telekomunikasi dan infrastruktur transportasi, sehingga terjebak dalam perangkap kemiskinan spasial.
Dengan demikian, maka aktivitas ekonomi pada suatu wilayah dapat dipengaruhi oleh antara lain faktor biofisik sumberdaya alam sebagai sumberdaya
utama kehidupan masyarakat, faktor sumberdaya manusia human and social capital
, infrastruktur fisik dan sosial. Keragaman aktivitas ekonomi pada setiap topografi wilayah berkaitan dengan perbedaan harga atau nilai sumberdaya yang
merupakan determinan untuk meraih peluang-peluang ekonomi economic opportunity
. Aktivitas ekonomi ini pada akhirnya yang menentukan pendapatan dan pengeluaran setiap rumah tangga Rustiadi et al. 2009. Gambaran mengenai
karakteristik wilayah dan kemiskinan dapat dilihat pada Tabel 4 berikut.
45 Tabel 4. Karakteristik Wilayah dan Kemiskinan.
Karakteristik wilayah Wilayah Pesisir
Wilayah Dataran Rendah
Wilayah Pegunungan Dataran Tinggi
Definisi Desakelurahan
yang berbatasan dengan garis pantai
atau laut dengan corak kehidupan
masyarakatnya baik tergantung maupun
tidak tergantung pada potensi laut
DesaKelurahan yang sebagian
besar wilayahnya rata atau datar
dengan corak masyarakatnya
tergantung pada pertanian dan
peternakan DesaKelurahan yang
sebagian besar wilayahnya berbukit
sampai pegunungan dengan corak
kehidupan masyarakatnya baik
tergantung maupun tidak tergantung pada
potensi hutan
Topografi: - ketinggian
- kemiringan 0 sd 30 mdpl
– 3 30 sd 500 mdpl
3 – 45
500 mdpl 45
Tingkat Pendidikan
4-5 tahun 5-6 tahun
4 tahun Kepemilikan aset:
- Lahan sawah lahan kering
- Perahu -
- Perahu kecil - Mesin PK kecil
- Jangkauan
terbatas 0,5 Ha
- 0,5 Ha
-
Mata Pencaharian - Nelayan, buruh
nelayan - Kurang variatif
- Petani dan
Buruh Tani - Relatif variatif
- Petani, buruh tani, dan hasil hutan
- Kurang variatif Infrastruktur;
- Jalan - Listrik
- Telekomunikasi - Air bersih
- Baik - Baik
- Baik - Kurang baik
- Relatif Baik - Baik
- Relatif Baik - Relatif baik
- Kurang baik - Terbatas
- Terbatas - Kurang baik
Akses ke pelayanan umum
- Relatif baik - Relatif baik
- Kurang baik
Sumber: Diolah dari beberapa sumber PP 722005; BPS 2005; Nanga 2006; Harniati
2007
Selanjutnya karakteristik sosial demografi rumah tangga miskin dapat dijelaskan dari beberapa aspek seperti rata-rata jumlah anggota rumah tangga,
persentase wanita sebagai kepala rumah tangga, rata-rata usia kepala rumah tangga, dan tingkat pendidikan kepala rumah tangga dapat dilihat pada Tabel 5
berikut BPS 2008.
46 Tabel 5. Karakteristik Sosial Demografi Rumah Tangga Miskin dan Rumah
Tangga Tidak Miskin di Indonesia Menurut Wilayah, tahun 2008. Karakteristik Rumah TanggaWilayah
Miskin Tidak Miskin
1. Rata-rata jumlah anggota rumah tangga jiwa: - Perkotaan K
- Perdesaan D - Perkotaan + Perdesaan K+D
4,70 4,61
4,64 3,86
3,74 3,79
2. Persentase wanita sebagai kepala rumah tangga : - Perkotaan K
- Perdesaan D - Perkotaan + Perdesaan K+D
14,18 12,30
12,91 14,15
13,03 13,52
3. Rata-rata usia Kepala Rumah Tangga tahun: - Perkotaan K
- Perdesaan D - Perkotaan + Perdesaan K+D
48,57 47,86
48,09 45,47
47,33 46,51
4. Rata-rata lama sekolah kepala rumah tangga tahun : - Perkotaan K
- Perdesaan D - Perkotaan + Perdesaan K+D
5,19 4,06
4,40 9,06
5,78 7,23
Sumber: Badan Pusat Statistik Indonesia, Jakarta 2008
2.6. Kemiskinan Dari Perspektif Ilmu Sosial