Jumlah Tanggungan Keluarga. Kerentanan Rumah Tangga Miskin

132 fertilitas yang lebih rendah, dan perbaikan kesehatan serta gizi anak-anak. Kesehatan dan gizi anak-anak yang lebih baik serta ibu yang lebih terdidik akan memberikan dampak pengganda multiplier effect terhadap kualitas anak bangsa pada generasi yang akan datang. Bahkan diyakini bahwa perbaikan yang signifikan dalam peran dan status perempuan melalui pendidikan dapat mempunyai dampak penting dalam memutuskan lingkaran setan kemiskinan. Dari hasil pembahasan tersebut di atas, dapat ditarik kesimpulan bahwa rendahnya tingkat pendidikan, rendahnya tingkat kesehatan, usia lanjut, dan rendahnya partisipasi dalam proses pembangunan diindikasikan sebagai penyebab utama tingginya kerentanan atau peluang rumah tangga yang dikepalai oleh perempuan untuk menjadi miskin. Di samping itu, budaya patriarki, diskriminasi dalam kepemilikan asset dan kurangnya desain program yang pro jender, serta kurangnya kesempatan yang dimiliki untuk terlibat dalam pengambilan keputusan menjadi penyebab lain rentannya perempuan untuk menjadi miskin dibanding dengan laki-laki.

5.3.2. Jumlah Tanggungan Keluarga.

Hasil pendugaan variabel jumlah tanggungan keluarga menunjukkan bahwa rumah tangga dengan jumlah tanggungan yang lebih besar memiliki kerentanan atau peluang untuk menjadi miskin sebanyak 1.24 kali bila dibandingkan dengan rumah tangga dengan jumlah anggota keluarga atau tanggungan yang kecil, ceteris paribus . Dengan perkataan lain, bahwa rumah tangga dengan jumlah tanggungan yang relatif lebih besar, memiliki kerentanan terhadap kemiskinan yang lebih besar dibandingkan dengan rumah tangga yang memiliki jumlah tanggungan yang relatif kecil. Besarnya jumlah tanggungan keluarga berpengaruh terhadap pengeluaran rumah tangga atau biaya hidup cost of living, baik untuk konsumsi makanan maupun untuk konsumsi non makanan. Jumlah tanggungan rumah tangga yang besar berimplikasi kepada kemampuan rumah tangga untuk membiayai keluarganya, terutama dalam memenuhi kebutuhan makanan dan bukan makanan, seperti pendidikan, kesehatan, perumahan, transportasi, rekreasi dan biaya sosial lainnya yang melekat pada dirinya. 133 Keadaan ini diduga karena pada keluarga yang besar dengan pendapatan yang rendah cenderung untuk memenuhi kebutuhan dasarnya akan makanan dibanding untuk memenuhi kebutuhan dasarnya yang terkait dengan peningkatan kualitas keluarga terutama pemenuhan kebutuhan dasar akan pendidikan dan kesehatan sangat terbatas. Dari data survei yang dikumpulkan terhadap sampel penelitian diperoleh bahwa tingkat konsumsi masyarakat di Kabupaten Barru lebih besar untuk memenuhi kebutuhan konsumsi makanan, yaitu rata-rata 63,16 persen. Artinya, pendapatan rumah tangga yang diukur dari konsumsi hanya sekitar 36.84 persen yang dapat digunakan untuk memenuhi kebutuhan bukan makanan seperti pendidikan, kesehatan, perumahan, transportasi, rekreasi dan biaya sosial lainnya. Rendahnya konsumsi bukan makanan terutama dalam pendidikan dan kesehatan berpengaruh pada rendahnya peluang untuk meningkatkan taraf hidup keluarganya, terutama dimasa yang akan datang. Dengan perkataan lain, jumlah anggota rumah tangga yang besar dapat menghambat atau menekan peningkatan kualitas sumberdaya manusia masa depan, yang dalam hal ini adalah anak-anak. Implikasi dari temuan ini adalah bagaimana meningkatkan kesadaran masyarakat akan pentingnya keluarga kecil dan sejahtera. Oleh karena itu, perlu mengaktifkan atau mengintensifkan kembali program keluarga berencana KB yang sedang mengalami kemunduruan sejak era otonomi daerah dilaksanakan. Di samping itu, peningkatan kualitas dan kuantitas penyuluhan akan pentingnya keluarga kecil dan sejahtera yang dibarengi dengan perbaikan kualitas pelayanan pendidikan dan kesehatan ibu dan anak mutlak dilakukan untuk menekan pertumbuhan penduduk terutama bagi kaum miskin khususnya pada wilayah dataran rendah dan pegunungan.

5.3.3. Pendidikan Kepala Rumah Tangga