88 1 Peubah Xi merupakan peubah non-stokastik fixed, artinya sudah ditentukan,
bukan peubah acak. Selain itu, tidak ada hubungan linier sempurna antara peubah Xi.
2 a komponen sisaan ε
i
mempunyai nilai harapan sama dengan nol, dan ragam konstan untuk semua pengamatan i, Eε
i
= 0 dan Varε
i
=
2
. b tidak ada hubungan atau tidak ada korelasi antara
sisaan ε
i
sehingga Covε
i,
ε
j
= 0, untuk i ≠ 0 c komponen sisaan menyebar normal.
Dalam terminologi statistik asumsi nomor 2 ini bisa diringkaskan dengan simbol ε
i
~ N0,
2
, artinya komponen ε
i
menyebar normal, bebas stokastik, dan identik, dengan nilai tengah sama dengan nol dan ragam konstan untuk 1,2,…,N.
Dalam konteks analisis deret waktu time series data , ε
i
dikenal dengan istilah white noice error yang bersifat stasioner. Sifat kestasioneran deret waktu
diperlukan untuk melakukan inferensia terhadap struktur deret waktu tersebut atas dasar pengamatan yang jumlahnya terbatas. Sifat kestasioneran ini menyatakan
bahwa hukum peluang yang mengendalikan proses stokastik tersebut tidak berubah dengan berubahnya waktu, yaitu proses berada dalam keadaan
equilibrium. Menurut Dalil Gaus-Markov, jika asumsi 1, 2, 2a, dan 2b di atas telah
dipenuhi maka pendugaan parameter koefisien regresi menggunakan metode OLS akan menghasilkan pendugaan tak bias linier terbaik BLUE = Best Linier
Unbiased Estimator . Penduga terbaik dalam pengertian ragamnya paling kecil
paling efisien diantara semua penduga tak bias linear lainnya. Asumsi 2b berkaitan dengan uji-t dan uji-F, dan jarang dilakukan jika ukuran contohnya
relatif besar 30 dengan argument Dalil Limit Pusat Central Limit Theorem.
4.3.3.1. Metode Pendugaan
Metode pendugaan yang digunakan dalam menaksir pengaruh perubahan variabel makro terhadap determinan kemiskinan adalah metode kuadrat terkecil
Ordinary Least Squares OLS. Selanjutnya untuk menguji apakah model yang dirumuskan dalam penelitian ini mengalami korelasi serial atau tidak, digunakan
metode Breusch Godfrey Serial Correlation Test. Uji ini mensyaratkan bahwa jika
89 nilai probability Obs R-
Squared lebih besar dari nilai kritis α = 0,10; 0.05 dan 0,01, maka persamaan tersebut tidak terjadi korelasi serial. Sedangkan untuk
menguji apakah peubah-peubah penjelas secara parsial berpengaruh nyata atau tidak terhadap variabel dependent digunakan uji statistik-t dan untuk menguji
signifikansi variabel penjelas tersebut secara bersama-sama terhadap variabel dependent digunakan uji statistik-F.
4.3.3.2. Prosedur Pembentukan dan Penerapan Model
Model persamaan determinan kemiskinan yang dirumuskan dalam bentuk persamaan ekonometrika, dimaksudkan sebagai perwakilan atau abstraksi dari
kondisi aktual kemiskinan di Kabupaten Barru. Prosedur dan penerapan model untuk melihat determinan kemiskinan di Kabupaten Barru secara garis besarnya
dilakukan dalam beberapa tahapan dasar, yaitu: 1 formulasi model, 2 pengumpulan data, 3 pendugaan model, 4 pengujian hipotesis, dan 5
interpretasi hasil dugaan model. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat dalam bagan alir flowchart berikut.
Gambar 10. Bagan Alir Tahapan Studi Empiris Juanda 2009
Ya Tidak
Perumusan Masalah
Perumusan Pengembangan Model
Pengumpulan Data
Uji Hipotesis
Model Layak
Implikasi Kebijakan Interpretasi Model
Peramalan Teori Ekonomi,
Pengalaman Lalu, Studi Lainnya
90
BAB V. HASIL DAN PEMBAHASAN
5.1. Kondisi Umum Kabupaten Barru
5.1.1. Kondisi Geografis
Kabupaten Barru merupakan salah satu Kabupaten yang berada di pesisir Barat Provinsi Sulawesi Selatan, terletak antara koordinat 4
o
05‟ 49” - 4
o
47‟ 35” Lintang Selatan dan 119
o
49‟ 16” Bujur Timur. Luas wilayah kurang lebih 1.174,72 km
2
117.427 Ha. Berjarak kurang lebih 100 km sebelah utara Kota Makassar Ibukota Provinsi Sulawesi Selatan dengan garis pantai sepanjang 78
km. Batas wilayah Kabupaten Barru, secara administratif adalah sebagai berikut:
Sebelah Utara : Kota Parepare dan Kabupaten Sidrap
Sebelah Timur : Kabupaten Soppeng dan Kabupaten Bone
Sebelah Selatan : Kabupaten Pangkajene Kepulauan
Sebelah Barat : Selat Makassar
Pada umumnya kondisi topografi Kabupaten Barru berupa dataran tinggi dan perbukitan yang berada pada ketinggian 100
– 1500 meter dari permukaan laut mdpl yang terbentang sepanjang bagian Timur Kabupaten, sedangkan
ketinggian 0 – 20 mdpl terbentang sepanjang bagian barat yang berhadapan
dengan Selat Makassar. Luas wilayah menurut kemiringan lereng terbagi atas: kemiringan 0
– 2 seluas 26.596 Ha 22,64 ; kemiringan 3 -15 seluas 7.043 Ha 5,49 ;
kemiringan 16 – 40 seluas 33.246 Ha 28,31 dan kemiringan lebih besar
dari 40 seluas 50.587 Ha 43,06 . Luas wilayah menurut ketinggian terbagi atas: ketinggian 0
– 25 meter dari permukaan laut m dpl seluas 26.319 Ha 22,40 ; ketinggian 25 - 100 m dpl seluas 12.543 Ha 10,68 ; ketinggian
100 – 500 m dpl seluas 52.781 Ha 44,93 ; ketinggian 500 – 1.000 mdpl
seluas 23.812 Ha 20,27 ; ketinggian 1.000 – 1.500 m dpl seluas 1.941 Ha
1,65 dan ketinggian lebih dari 1.500 m dpl seluas 75 Ha 0,06 . Selanjutnya, untuk lebih rinci luas wilayah berdasarkan penggunaan lahan
dibagi menjadi dua, yaitu :