Operasi dan Pemeliharaan Jalan Tol

Biaya peningkatan atau pemeliharaan khusus diperuntukkan untuk pemeliharaan berjangka panjang, yang meliputi perbaikan kerusakan akibat kondisi tanah, seperti badan jalan longsor atau penurunan badan jalan, sehingga memerlukan penanganan khusus atau adanya pembangunan struktur jembatan penyeberangan baru yang diperlukan akibat perkembangan dan tuntutan masyarakat setempat.

2.6. Pola Penggunaan Lahan

Sistem kegiatan merupakan sistem pola kegiatan tataguna lahan, yang terdiri atas sistem pola-pola kegiatan sosial, ekonomi, kebudayaan, dan lain-lain. Berbagai aktivitas, seperti bekerja, sekolah, olahraga, belanja, dan bertamu yang berlangsung di atas sebidang tanah kantor, pabrik, pertokoan, rumah, dan lain lain membentuk sistem kegiatan ini. Potongan-potongan lahan ini biasanya disebut juga dengan sistem tataguna lahan. Untuk memenuhi kebutuhannya, manusia meiakukan perjalanan di antara tataguna lahan tersebut dengan menggunakan sistem jaringan transportasi misalnya berjalan kaki atau naik bus, sehingga hal ini menimbulkan pergerakan manusia, kendaraan, dan barang Tamin, 2000. Pengembangan sistem transportasi untuk kelancaran mobilitas manusia antar-sistem kegiatan tataguna lahan dalam memenuhi kebutuhan kehidupan ekonominya adalah mengembangkan salah satu dari ketiga sub-sistem transportasi atau ketiganya secara bersamaan kalau keadaan memungkinkan, misalnya apabila dana tersedia melimpah. Sistem kegiatan ini disebut juga sistem kebutuhan akan transportasi. Sistem kebutuhan akan transportasi ini harus seimbang dengan sistem penyediaan jaringan transportasi transport network agar tidak terjadi kemacetan dan agar terjadi keserasian pergerakan antara sistem kegiatan yang satu dengan sistem kegiatan lainnya Tamin, 2000. Sistem kelembagaan, seperti Bappenas, Bappeda, Bangda, dan Pemda berperan sangat penting datam menentukan sistem kebutuhan transportasi ini melalui kebijakan kebijakan yang dikeluarkan dalam mengatur sistem kegiatan atau kebutuhan transportasi, baik wilayah, regional, maupun sektoral. RTRWN sebagai pedoman perumusan kebijakan pokok pemanfaatan ruang di wilayah nasional menjabarkan bahwa struktur dan pola ruang nasional harus mewujudkan keterpaduan, keterkaitan, dan keseimbangan perkembangan antar-wilayah serta keserasian antar-sektor, seperti kawasan-kawasan pariwisata, pertanian pangan dan perkebunan, industri, pertambangan, serta pertahanan keamanan atau perbatasan. Dasar hukum bagi pemerintah dalam membuat kebijakan dalam penataan ruang adalah UU No.26 tahun 2008, tentang Penataan Ruang Tamin. 2000. Kebijakan tata ruang sangat erat kaitannya dengan kebijakan transportasi. Ruang merupakan kegiatan yang berada di atas lahan kota, sedangkan transportasi merupakan sistem jaringan yang secara fisik menghubungkan satu ruang kegiatan dengan ruang kegiatan lainnya. Jika akses transportasi ke suatu ruang kegiatan persil lahan diperbaiki, ruang kegiatan tersebut akan menjadi lebih menarik, dan biasanya menjadi lebih berkembang. Dengan berkembangnya ruang kegiatan tersebut, berkembang pula kebutuhan akan transportasi. Peningkatan ini kemudian menyebabkan kelebihan beban pada jaringan transportasi, yang harus ditanggulangi. Siklus akan terulang kembali bila aksesibilitas diperbaiki. Jenis tataguna lahan atau sistem kegiatan yang berbeda permukiman, pendidikan, dan komersial mempunyai ciri bangkitan lalulintas yang berbeda Tamin, 2000. Ciri-ciri tersebut meliputi jumlah arus lalulintas, jenis lalulintas, dan waktu terjadinya lalulintas orang ke kantor menghasilkan lalulintas pada pagi dan sore hari, sedangkan pertokoan menghasilkan arus talu lintas di sepanjang hari. Untuk mengetahui intensitas bangkitan perjalanan yang timbul dari suatu sistem kegiatan dapat dianaiisis dengan memberi ukuran intensitas pada masing- masing jenis kegiatan pada petak atau daerah lahan Tamin, 2000. Sebagai contoh adalah sebagai berikut: a. Petak lahan kegiatan perumahan; ukurannya adalah luas lokasi perumahan, banyaknya rumah masing-masing tipe, dan kepadatan penduduknya jumlah penghuninya. b. Petak lahan kegiatan industri; ukurannya adalah luas daerah industri, jumlah bahan baku, jumlah produksi, dan jumlah ragam industri. c. Petak lahan perdagangan; ukurannya adalah luas lantai toko plaza, parkir, jumlah perdagangan, dan ragam perdagangan.