Tingkat pertumbuhan pergerakan yang sangat tinggi dan yang tidak mungkin dihambat, sementara sarana dan prasarana transportasi sangat
terbatas, mengakibatkan aksesibilitas dan mobilitas menjadi terganggu. Untuk mengatasi aksesibilitas dan mobilitas yang terganggu ini dibutuhkan biaya yang
sangat besar, misalnya biaya untuk membangun jaringan jalan baru atau meningkatkan kapasitas jaringan jalan yang ada. Beberapa alternatif
penanggulangan sementara dapat juga dilakukan dengan rekayasa dan manajemen lalulintas, pengaturan efisiensi transportasi umum, dan
penambahan armadanya Tamin, 2005.
2.5. Operasi dan Pemeliharaan Jalan Tol
Biaya operasi dan pemeliharaan jalan tol yang dimaksud di sini adalah pendanaan selama masa operasi, yaitu mulai dari dibukanya jalan tol sampai
masa rencana infrastruktur jalan yang sudah diperhitungkan. Selama masa operasi jalan tol diperlukan pemeliharaan guna menjaga kenyamanan dan
keamanan pengguna jalan tol sesuai dengan fungsi jalan tol tersebut agar tingkat pelayanan minimum jalan tol tercapai. Biaya pemeliharaan jalan tol meliputi biaya
pemeliharaan rutin, biaya pemeliharaan berkala, dan biaya peningkatan. Pelaksanaan pemeliharaan jalan tol tidak boleh merugikan pengguna
jalan, dan tidak menimbulkan gangguan terhadap kelancaran lalulintas maupun berdampak negatif terhadap lingkungan. Karena itu pemeliharaan jalan tol harus
dilaksanakan menurut ketentuan teknik pemeliharaan jalan tol. Biaya Pemeliharaan Rutin dimaksudkan untuk pemeliharaan jangka
pendek, yang meliputi penyiraman dan pemotongan tanaman, kebersihan jalan, penyediaan kebutuhan rutin kantor cabang, serta pemeliharaan gerbang dan
gardu tol. Pemeliharaan rutin dapat dilaksanakan dengan periode mingguan atau bulanan bergantung kondisinya dan dapat pula dilakukan secara insidental, yang
tidak dapat diperkirakan waktunya, seperti perbaikan rambu yang rusak akibat tertabrak lalulintas.
Biaya pemeliharaan berkala atau periodik diperuntukkan untuk pemeliharaan berjangka menengah, yang meliputi perbaikan sarana drainase,
perbaikan bahu jalan, penggantian periodik perlengkapan gardu, kantor, dan gerbang tol, pemeliharaan kantor cabang, dan pemeliharaan kendaraan
operasional.
Biaya peningkatan atau pemeliharaan khusus diperuntukkan untuk pemeliharaan berjangka panjang, yang meliputi perbaikan kerusakan akibat
kondisi tanah, seperti badan jalan longsor atau penurunan badan jalan, sehingga memerlukan penanganan khusus atau adanya pembangunan struktur jembatan
penyeberangan baru yang diperlukan akibat perkembangan dan tuntutan masyarakat setempat.
2.6. Pola Penggunaan Lahan
Sistem kegiatan merupakan sistem pola kegiatan tataguna lahan, yang terdiri atas sistem pola-pola kegiatan sosial, ekonomi, kebudayaan, dan lain-lain.
Berbagai aktivitas, seperti bekerja, sekolah, olahraga, belanja, dan bertamu yang berlangsung di atas sebidang tanah kantor, pabrik, pertokoan, rumah, dan lain
lain membentuk sistem kegiatan ini. Potongan-potongan lahan ini biasanya disebut juga dengan sistem tataguna lahan. Untuk memenuhi kebutuhannya,
manusia meiakukan perjalanan di antara tataguna lahan tersebut dengan menggunakan sistem jaringan transportasi misalnya berjalan kaki atau naik bus,
sehingga hal ini menimbulkan pergerakan manusia, kendaraan, dan barang Tamin, 2000.
Pengembangan sistem transportasi untuk kelancaran mobilitas manusia antar-sistem kegiatan tataguna lahan dalam memenuhi kebutuhan kehidupan
ekonominya adalah mengembangkan salah satu dari ketiga sub-sistem transportasi atau ketiganya secara bersamaan kalau keadaan memungkinkan,
misalnya apabila dana tersedia melimpah. Sistem kegiatan ini disebut juga sistem kebutuhan akan transportasi. Sistem kebutuhan akan transportasi ini
harus seimbang dengan sistem penyediaan jaringan transportasi transport
network agar tidak terjadi kemacetan dan agar terjadi keserasian pergerakan antara sistem kegiatan yang satu dengan sistem kegiatan lainnya Tamin, 2000.
Sistem kelembagaan, seperti Bappenas, Bappeda, Bangda, dan Pemda berperan sangat penting datam menentukan sistem kebutuhan transportasi ini
melalui kebijakan kebijakan yang dikeluarkan dalam mengatur sistem kegiatan atau kebutuhan transportasi, baik wilayah, regional, maupun sektoral. RTRWN
sebagai pedoman perumusan kebijakan pokok pemanfaatan ruang di wilayah nasional menjabarkan bahwa struktur dan pola ruang nasional harus mewujudkan
keterpaduan, keterkaitan, dan keseimbangan perkembangan antar-wilayah serta keserasian antar-sektor, seperti kawasan-kawasan pariwisata, pertanian pangan