Lalulintas Harian Rata-Rata Volume Lalulintas

sehingga mampu melayani pada saat arus lalulintas dalam kondisi VJP. Untuk analisis operasional, apakah terkait dengan pengendalian, keselamatan, atau kapasitas, jalan raya harus mampu mengakomodasi VJP tersebut. Dalam perancangan VJP kadang-kadang diestimasi dari proyeksi LHR.

4.3.4. Kerapatan Lalulintas

Kerapatan lalulintas didefinisikan sebagai jumlah kendaraan yang menempati suatu ruas jalan atau lajur tertentu per satuan panjang. Kerapatan lalulintas biasanya dinyatakan dalam suatu satuan kendaraan per kilometer perlajur. Kerapatan lalulintas adalah parameter aliran lalulintas yang penting, karena terkait dengan permintaan arus lalulintas yang dibangkitkan dari berbagai tata guna lahan, bangkitan sejumlah kendaraan yang terdapat pada suatu segmen tertentu dari jalan raya. Kerapatan juga merupakan ukuran untuk mengetahui kualitas arus lalulintas, menyatakan kemacetan lalulintas, dan mempengaruhi kebebasan bermanuver dan kenyamanan psikologis pengemudi.

4.3.5. Tarif

Tarif didefinisikan sebagai harga atau nilai kompensasi yang harus dibayar oleh konsumen atau pengguna jasa atas konsumsi suatu produk atau jasa, baik melalui mekanisme perjanjian sewa menyewa, tawar menawar, maupun ketetapan pemerintah Warpani, 2002. Salah satu jenis tarif yang perlu dipahami dalam sistem transportasi di Indonesia adalah tarif jalan tol. Hal ini penting setidaknya untuk 2 alasan berikut: 1 Pemberlakuan tarif jalan tol ini mencerminkan diterapkannya konsepsi pengenaan harga atau pay for service sebagai kompensasi atas penggunaan atau pemanfaatan barang publik, yang biasanya sulit dilakukan, karena barang publik cenderung sulit untuk dibagi-bagi dalam pengkonsumsiannya atau tidak eksklusif 2 Pemberlakuan tarif jalan toldi Indonesia tidak pernah diserahkan kepada mekanisme pasar. Secara umum sistem pengumpulan tol dapat dibedakan atas 2 bentuk, yaitu sistem terbuka dan sistem tertutup. Sistem Terbuka adalah system transaksi tol ketika pengguna jalan hanya berhenti satu kali di gerbang tol untuk membayar tol. Pada sistem ini tarif yang diberlakukan sama, baik untuk penggunaan jalan tol dengan jarak pendek atau untuk penggunaan jalan tol dengan jarak panjang. Oleh karena itu pada system terbuka ini metode pentarifan dapat dikategorikan sebagai tarif seragam flat. Sistem Tertutup adalah sistem transaksi tol pada ruas tertutup, yang berarti pada ruas tertutup tersebut terdapat gerbang masuk dan gerbang keluar untuk kendaraan. Pada pngumpulan tol tertutup ini, setiap kendaraan yang memasuki jalan tol harus mengambil kartu masuk dan pada saat keluar jalan tol harus mengembalikan kartu masuk tersebut disertai dengan pembayaran tol. Pada sistem ini tarif yang ditetapkan tidak sama, tetapi dipengaruhi oleh jarak yang ditempuh. Semakin jauh jarak yang ditempuh panjang jalan tol yang digunakan, semakin mahal tarif tol yang harus dibayar oleh pengguna. Oleh karena itu metode pentarifan pada sistem terbuka ini dapat dkategorikan sebagai tarif berdasarkan jarak distance- based fares. Dalam peraturan atau regulasi penentuan tarif jalan tol yang berlaku, yaitu Undang-Undang No. 38 Tahun 2004, Tentang Jalan, dan peraturan Pemerintah No. 15 Tahun 2005, Tentang Jalan Tol, dikemukakan pendekatan yang digunakan dalam penentuan tarif jalan tol di Indonesia. Tarif tol dihitung berdasarkan kemampuan bayar pengguna jalan tol, besar keuntungan biaya operasi kendaraan, dan kelayakan investasi. Menurut pendekatan ini, penyelengaraan jalan tol bukanlah untuk tujuan komersial atau motif mencari untung yang sebesar-besarnya namun juga dimaksudkan untuk membantu memenuhi kebutuhan masyarakat untuk melakukan kegiatan transportasi. Dengan kata lain, penyelengaraan jalan tol bukan hanya bertujuan komersial, namun memiliki tujuan sosial juga. Karena inventasi pada pembangunan jalan tol umumnya sangat besar, menurut pendekatann ini tarif suatu ruas jalan tol biasanya dihitung berdasarkan manfaat penghematan biaya operasi kendaraan vehicle operating cost savings dan nilai penghematan waktu perjalanan value of travel time savings. Berdasarkan pendekatan tersebut, tarif tol tidak boleh melebihi atau sama dengan besarnya manfaat yang diperoleh pengguna. Biasanya ketentuan yang digunakan adalah tarif tidak boleh melebihi 70 manfaat yang didapat dari penggunaannya. Manfaat ini sering diistilahkan juga sebagai besar keuntungan biaya operasi kendaraan BKBOK.