Tabel 21. Metode Analisis Kualitas Udara
Analisis Metode
Amoniak Nessler Nitrogen Dioksida NO2
Griess Saltzman Karbon Monoksida CO
Combustion Analyzer Sulfur Dioksida SO2
Pararosanilin Hidrogen Sulfida H2S
Metilen Biru Debu Gravimetri
Timbal, Pb AAS
Sumber: BPLHD Provinsi DKI, 2009
4.3.2. Lalulintas Harian Rata-Rata
Lalulintas harian rata-rata LHR sering digunakan sebagai dasar untuk perencanaan jalan raya dan pengamatan secara umum dan kecenderungan
terhadap kecenderungan pola perjalanan. Volume harian dinyatakan dalam satuan kendaraan perhari atau smp perhari. Proyeksi volume lalulintas sering
didasarkan pada pada volume harian terukur. LHR diperoleh dengan cara pengamatan volume harian terukur. LHR diperoleh dengan cara pengamatan
volume lalulintas selama 24 jam pada suatu ruas jalan tertentu, pengamatan ini dilakukan dalam beberapa hari, kemudian hasilnya dirata ratakan sehingga
hasilnya menjadi lalulintas harian rata-rata, namun demikian bila dilakukan pengamatan selama satu tahun maka dapat diperoleh lalulintas harian tahunan
rata-rata LHRT dengan menjumlahkan seluruh hasil pengamatan dalam satu tahun dibagi dengan 365 hari. Satuan dari LHR adalah kendaraan perhari atau
smp perhari. Volume harian ini biasanya tidak ditetapkan perarah atau perlajur, namun demikian adalah keseluruhan lajur untuk kedua arah.
4.3.3. Volume Lalulintas
Volume adalah banyaknya kendaraan yang lewat pada suatu arus jalan selama satu satuan waktu jam. Namun demikian pengamatan lalulintas ini
diharapkan selama 24 jam perhari yang biasanya untuk mengetahui terjadinya volume jam puncak VJP sepanjang jam kerja baik itu pagi, siang, maupun sore.
Biasanya volume jam puncak diukur untuk masing-masing arah secara terpisah. VJP digunakan sebagai dasar untuk perancangan jalan raya dan berbagai
macam analisis operasional jalan raya yang harus dirancang sedemikian rupa
sehingga mampu melayani pada saat arus lalulintas dalam kondisi VJP. Untuk analisis operasional, apakah terkait dengan pengendalian, keselamatan, atau
kapasitas, jalan raya harus mampu mengakomodasi VJP tersebut. Dalam perancangan VJP kadang-kadang diestimasi dari proyeksi LHR.
4.3.4. Kerapatan Lalulintas
Kerapatan lalulintas didefinisikan sebagai jumlah kendaraan yang menempati suatu ruas jalan atau lajur tertentu per satuan panjang. Kerapatan
lalulintas biasanya dinyatakan dalam suatu satuan kendaraan per kilometer perlajur.
Kerapatan lalulintas adalah parameter aliran lalulintas yang penting, karena terkait dengan permintaan arus lalulintas yang dibangkitkan dari berbagai tata
guna lahan, bangkitan sejumlah kendaraan yang terdapat pada suatu segmen tertentu dari jalan raya. Kerapatan juga merupakan ukuran untuk mengetahui
kualitas arus lalulintas, menyatakan kemacetan lalulintas, dan mempengaruhi kebebasan bermanuver dan kenyamanan psikologis pengemudi.
4.3.5. Tarif
Tarif didefinisikan sebagai harga atau nilai kompensasi yang harus dibayar oleh konsumen atau pengguna jasa atas konsumsi suatu produk atau jasa, baik
melalui mekanisme perjanjian sewa menyewa, tawar menawar, maupun ketetapan pemerintah Warpani, 2002. Salah satu jenis tarif yang perlu
dipahami dalam sistem transportasi di Indonesia adalah tarif jalan tol. Hal ini penting setidaknya untuk 2 alasan berikut:
1 Pemberlakuan tarif jalan tol ini mencerminkan diterapkannya konsepsi pengenaan harga atau
pay for service sebagai kompensasi atas penggunaan atau pemanfaatan barang publik, yang biasanya sulit dilakukan,
karena barang publik cenderung sulit untuk dibagi-bagi dalam pengkonsumsiannya atau tidak eksklusif
2 Pemberlakuan tarif jalan toldi Indonesia tidak pernah diserahkan kepada mekanisme pasar.
Secara umum sistem pengumpulan tol dapat dibedakan atas 2 bentuk, yaitu sistem terbuka dan sistem tertutup. Sistem Terbuka adalah system
transaksi tol ketika pengguna jalan hanya berhenti satu kali di gerbang tol untuk