Pendahuluan STRUKTUR MODEL KEBIJAKAN DAN STRATEGI PENGELOLAAN

Dari model konseptual tersebut diatas dapat dibuat 2 dua buah sub-model, yaitu 1. Sub-model Sistem Tata Guna Lahan, Kondisi Fisik Jalan Tol dan Lingkungan 2. Sub-model Sistem Manajemen Lalulintas. Untuk membentuk struktur model secara lengkap, terlebih dahulu harus disusun struktur causal loops dan diagram alir dari masing-masing sub-model. Berdasarkan studi literatur, Avianto 2002, Purwaamijaya 2005, Tasrif 2005, dan Abeto 2008, dapat disusun struktur dari 2 sub-model, yang terdiri atas beberapa ruas, yaitu: 1. SS Dawuan – Cikarang Utama 2. Cikarang Utama – Karawang Barat 3. Cikarang Utama – Karawang Timur 4. Cikarang Utama – Kali Hurip 5. Cikarang Utama – SS. Dawuan 6. Cikarang Utama – Cikarang Timur 7. Cikarang Utama – Cikampek 8. Karawang Barat – Cikarang Barat Adapun inventarisasi jalan tol IJT hasil survei lapangan berupa jumlah lajur, jumlah gardu, LHR, PendapatanHari, PendapatanTahun serta Kapasitas Jalan dapat dilhat pada Tabel 23. RUAS ASAL RUAS TUJUAN JUMLAH LAJUR JUMLAH GARDU LHR PENDAPATANHARI PENDAPATANTHN KAPASITAS JALAN CIKARANG TIMUR 4.00 5.00 8,180 29,030,500 10,596,132,500 6,800.000 KARAWANG BARAT 4.00 5.00 23,224 84,342,000 30,784,830,000 6,800.000 KARAWANG TIMUR 4.00 5.00 15,296 56,812,500 20,736,562,500 6,800.000 KALIHURIP CIKARANG UTAMA 4.00 5.00 9,498 34,894,500 12,736,492,500 6,800.000 CIKAMPEK 4.00 6.00 32,205 119,080,000 43,464,200,000 6,800.000 SS DAWUAN 4.00 5.00 65,931 235,812,000 86,071,380,000 6,800.000 CIKARANG TIMUR 5.00 5.00 2,283 8,034,000 2,932,410,000 8,500.000 KARAWANG BARAT 4.00 5.00 4,461 16,035,000 5,852,775,000 6,800.000 KARAWANG TIMUR 4.00 5.00 2,745 10,075,500 3,677,557,500 6,800.000 KALIHURIP CIKARANG BARAT 4.00 5.00 1,335 4,878,000 1,780,470,000 6,800.000 CIKAMPEK 4.00 6.00 2,142 7,878,000 2,875,470,000 6,800.000 SS DAWUAN 4.00 5.00 2,463 8,880,000 3,241,200,000 6,800.000 CIKARANG UTAMA 5.00 29.00 6,584 23,533,000 8,589,545,000 8,500.000 CIKARANG BARAT 5.00 5.00 1,887 6,640,500 2,423,782,500 8,500.000 KARAWANG BARAT 4.00 5.00 2,469 8,796,000 3,210,540,000 6,800.000 KARAWANG TIMUR 4.00 5.00 909 3,303,000 1,205,595,000 6,800.000 KALIHURIP CIKARANG TIMUR 4.00 5.00 351 1,249,500 456,067,500 6,800.000 CIKAMPEK 4.00 6.00 468 1,705,500 622,507,500 6,800.000 SS DAWUAN 4.00 5.00 723 2,580,000 941,700,000 6,800.000 CIKARANG UTAMA 5.00 29.00 23,548 84,536,000 30,855,640,000 8,500.000 CIKARANG BARAT 5.00 5.00 4,395 15,670,500 5,719,732,500 8,500.000 CIKARANG TIMUR 5.00 5.00 2,988 10,618,500 3,875,752,500 8,500.000 KARAWANG TIMUR 4.00 5.00 5,292 19,228,500 7,018,402,500 6,800.000 KALIHURIP KARAWANG BARAT 4.00 5.00 1,830 6,660,000 2,430,900,000 6,800.000 CIKAMPEK 4.00 6.00 1,488 5,416,500 1,977,022,500 6,800.000 SS DAWUAN 4.00 5.00 2,367 8,479,500 3,095,017,500 6,800.000 CIKARANG UTAMA 5.00 29.00 13,336 48,916,000 17,854,340,000 8,500.000 CIKARANG BARAT 5.00 5.00 2,556 9,337,500 3,408,187,500 8,500.000 CIKARANG TIMUR 5.00 5.00 1,041 3,757,500 1,371,487,500 8,500.000 KARAWANG BARAT 4.00 5.00 4,697 17,207,500 6,280,737,500 6,800.000 KALIHURIP KARAWANG TIMUR 4.00 5.00 2,352 8,578,500 3,131,152,500 6,800.000 CIKAMPEK 4.00 6.00 2,643 9,751,500 3,559,297,500 6,800.000 SS DAWUAN 4.00 5.00 3,885 14,121,000 5,154,165,000 6,800.000 CIKARANG UTAMA 5.00 29.00 7,979 29,228,500 10,668,402,500 8,500.000 CIKARANG BARAT 5.00 5.00 1,143 4,152,000 1,515,480,000 8,500.000 CIKARANG TIMUR 5.00 5.00 516 1,861,500 679,447,500 8,500.000 KARAWANG BARAT 4.00 5.00 1,899 6,927,000 2,528,355,000 6,800.000 KARAWANG TIMUR KALIHURIP 4.00 5.00 2,184 7,998,000 2,919,270,000 6,800.000 CIKAMPEK 4.00 6.00 630 2,334,000 851,910,000 6,800.000 SS DAWUAN 4.00 5.00 2,049 7,411,500 2,705,197,500 6,800.000 CIKARANG UTAMA 5.00 29.00 28,251 103,304,000 37,705,960,000 8,500.000 CIKARANG BARAT 5.00 5.00 1,989 7,278,000 2,656,470,000 8,500.000 CIKARANG TIMUR 5.00 5.00 561 2,044,500 746,242,500 8,500.000 KARAWANG BARAT 4.00 5.00 1,671 6,076,500 2,217,922,500 6,800.000 KARAWANG TIMUR CIKAMPEK 4.00 5.00 2,559 9,433,500 3,443,227,500 6,800.000 KALIHURIP 4.00 6.00 735 2,704,500 987,142,500 6,800.000 SS DAWUAN 4.00 5.00 1,239 4,456,500 1,626,622,500 6,800.000 CIKARANG UTAMA 5.00 29.00 46,108 164,868,500 60,177,002,500 8,500.000 CIKARANG BARAT 5.00 5.00 1,858 6,668,000 2,433,820,000 8,500.000 CIKARANG TIMUR 5.00 5.00 960 3,441,000 1,255,965,000 8,500.000 KARAWANG BARAT 4.00 5.00 2,748 9,837,000 3,590,505,000 6,800.000 KARAWANG TIMUR SS DAWUAN 4.00 5.00 3,569 13,208,500 4,821,102,500 6,800.000 KALIHURIP 4.00 6.00 2,427 8,739,000 3,189,735,000 6,800.000 CIKAMPEK 4.00 5.00 300 1,161,000 423,765,000 6,800.000 KOMPONEN Tabel 23. Inventaris Jalan Tol IJT

5.2. Model Utama

Sub-model seperti yang telah diuraikan sebelumnya terbentuk dari model utama seperti yang disajikan pada Gambar 34. Gambar 34. Model Utama Dari identifikasi pola dasar perilaku dinamis, dapat disimpulkan bahwa model utama ini model utama archetype “Pemindahan Beban Shifting the Burden” yakni peningkatan kelancaran jalan tol melalui perbaikan kondisi jalan, percepatan transaksi dan percepatan penanganan kecelakaan disatu pihak akan meningkatkan kecepatan kendaraan dan pelayanan jalan serta peningkatan LHR. Akan tetapi peningkatan LHR akan menyebabkan kepadatan kendaraan dinatakan dalam VC ratio meningkat. Kepadatan kendaraan yang tinggi akan meningkatkan dampak lingkungan bising dan polusi udara. Sementara itu akibat kepadatan kendaraan yang meningkat, hambatan yang diakibatkan transaksi dan kecelakaan meningkat. Kondisi ini selanjutnya akan menurunkan kecepatan kendaraan.

5.3. Sub-Model Tata Guna Lahan, Kondisi Fisik Jalan Tol, dan Lingkungan

Pada sub-model sistem ini dapat digambarkan diagram sebab akibat causal loops, seperti terlihat pada Gambar 35. Gambar 35. Causal Loops Sub-Model Tata Guna Lahan, Kondisi Fisik Jalan Tol, dan Lingkungan Diagram lingkar sebab akibat tersebut diatas menggambarkan hubungan sebab akibat dari unsur-unsur dalam 3 tiga sistem tersebut, yaitu LHR jalan tol, pendapatan jalan tol, biaya OM, rekayasa dampak, serta kondisi fisik jalan tol itu sendiri. Peningkatan LHR akan meningkatkan pendapatan, pendapatan meningkat maka pengoperasian dan pemeliharaan jalan akan semakin membaik, sehingga kondisi fisik jalan akan semakin baik pula. Kondisi jalan yang baik akan memicu lebih banyak kendaraan memasuki jalan tol, sehingga LHR meningkat. LHR yang meningkat akan menimbulkan dampak terhadap lingkungan, yakni meningkatnya polusi udara dan kebisingan. Untuk menanggulanginya diperlukan rekayasa dampak dan hal ini akan memicu meningkatnya kebutuhan biaya OM lingkungan. Dari diagram lingkar sebab akibat tersebut dengan bantuan program aplikasi computer “ powersim” dapat digambarkan diagram alir sub-model Tata Guna Lahan, Kondisi Fisik Jalan Tol, dan Lingkungan, seperti yang terdapat pada Gambar 35. Adapun variabel dan parameter yang digunakan sama untuk 8 ruas pada diagram alir tersebut dapat dilihat pada Tabel 24.