Studi-Studi Terdahulu Tentang Pengelolaan Transportasi
pohon angsana, bougenvile, dan flamboyan. Emisi CO dapat lebih diserap oleh kerimbunan tanaman-tanaman tersebut dibandingkan dengan emisi SOx.
Santoso et al. 2001 dalam penelitiannya mengenai “tinjauan
aksesibilitas transportasi lingkungan perumahan, studi kasus kota Semarang” meneliti tentang aksesibilitas transportasi di lingkungan perumahan dan
perbedaan aksesibilitas antara perumahan yang satu dengan yang lain. Pengambilan data dilakukan dengn cara survei wawancara terhadap 179
responden rumah tangga di 4 lokasi perumahan yang dipilih. Hasil penelitian menunjukkan bahwa aksesibilitas transportasi perumahan yang satu tidak sama
dengan yang lain. Hal ini disebabkan karena perbedaan karakteristik perumahan maupun karakteristik penghuninya. Faktor-faktor yang berpengaruh terhadap
aksesibilitas transportasi perumahan adalah kepemilikan sepeda motor dalam keluarga, kepemilikan mobil dalam keluarga, tingkat kemudahan mendapatkan
angkutan umum, dan kondisi jalan. Avianto 2002 dalam penelitiannya tentang
transportation green house gasses emisi gas buang kendaraan dan akibatnya pada pencemaran udara
yang berpotensi mengurangi kunjungan wisatawan ke kota Bandung mengemukakan bahwa dari 4 alternatif kebijakan yang ada, yaitu
basic tanpa perubahan,
urban greening penghijauan kota, parking area penyediaan parkir, dan
public transportation angkutan umum. Dengan simulasi sistem dynamics diperoleh hasil bahwa alternatif kebijakan terbaik adalah alternatif 4,
yaitu peningkatan pertumbuhan angkutan umum dan pengurangan kendaraan pribadi. Menurut model yang dibuat oleh peneliti, kebijakan tersebut akan
membuat pertumbuhan wisatawan di kota Bandung berkelanjutan dan mengurangi pencemaran udara secara signifikan.
Purwaamijaya 2005
dalam penelitiannya mengenai pola perubahan
lingkungan yang disebabkan oleh prasarana dan sarana jalan mengemukakan bahwa pola perubahan lingkungan yang disebabkan oleh prasarana dan sarana
jalan mengenali 3 tahap pembangunan dan operasional jalan yang pengelolaan dan pemantauan lingkungannya harus mempertimbangkan peningkatan
ekonomis wilayah, mengurangi perubahan bentang alam, mengurangi penurunan kualitas lingkungan, mengurangi keresahan masyarakat, dan
mengurangi penurunan keaneka ragaman hayati. Pertimbangan prinsip-prinsip ekonomis, ekologis, dan sosial politis dalam pembangunan dan operasional jalan
akan mendukung pembangunan berkelanjutan.
Umadevi 2006, dalam penelitiannya mengenai “ sistem dynamics
modeling for land use transport interaction” meneliti tentang interaksi antara tataguna lahan dan transportasi serta alternatif kebijakan untuk pengelolaan
transportasi dari suatu kawasan tataguna lahan di kota metropolitan. Peneliti ini membagi pengelolaan transportasi di suatu tataguna lahan menjadi 3 tiga sub-
model, yaitu sub-model population, sub-model land use, dan sub-model
transportation. Hasil peneliti ini, dengan peningkatan peran “public transport” dan pengawasan pada penggunaan tataguna lahan akan diperoleh penurunan
bangkitan perjalanan, dari 4.621 menjadi 2.017 turun sekitar 50. Wismadi 2008, dalam penelitiannya tentang “
studi tipologi land use sebagai pendekatan
input bangkitan dan tarikan perjalanan pada pemodelan transportasi, studi kasus di Yogyakarta”, melakukan perhitungan estimasi volume
lalulintas jalan dengan memperhatikan dinamika aktivitas tataguna lahan dari sisi tata ruang. Penelitian ini menghasilkan model generik yang diharapkan dapat
diimplementasikan di kota atau di daerah lain. Variabel-variabel yang terdapat dalam model tersebut harus dikalibrasi dengan kondisi setempat sebelum model
ini dapat dimanfaatkan dan menghasilkan nilai prediksi yang tepat. Abeto 2008, dalam penelitiannya mengenai tingkat kemacetan di kota
Bandar Lampung, mengemukakan bahwa dari hasil analisis dan pembahasan perilaku derajat kejenuhan jalan di kota Bandar Lampung dengan menggunakan
metodologi sistem dynamics, diperoleh hasil bahwa kebijakan yang cocok
dipakai untuk mengendalikan pertumbuhan kendaraan pribadi di kota Bandar Lampung adalah dengan penerapan skenario kebijakan pengembangan sistem
angkutan umum massal, kebijakan pembatasan umur kendaraan bermotor, dan dengan pembuatan lajur khusus sepeda motor.
Masri 2009, dalam penelitiannya mengenai “kajian perubahan lingkungan di zona buruk untuk perumahan, studi kasus: Kawasan Bandung
Utara”, mengemukakan bahwa dari analisis special zonasi kesesuaian lahan untuk perumahan di Kawasan Budidaya Kecamatan Lembang, Cilengkrang, dan
Cimenyan perumahan di kawasan Bandung Utara menunjukkan bahwa 68,22 dari total luas lahan untuk perumahan berada di zona buruk untuk perumahan.
Sedangkan hasil analisis spasial evaluasi lokasi untuk perumahan eksisting menunjukkan bahwa 45,90 luas terbangun berada di zona buruk untuk
perumahan dengan faktor pembatas drainase buruk sampai sangat buruk, kepekaan terhadap erosi sedang sampai berat, bencana banjir jarang sampai
sangat sering, kemiringan lereng berbukit sampai sangat curam, tekstur tanah halus sampai agak halus, batuan dan kerikil banyak sampai sangat banyak,
dan kedalaman efektif tanah dalam sampai sedang. Hasil analisis spasial menunjukkan bahwa telah terjadi konversi lahan di kawasan lindung menjadi
kawasan perumahan. Seluas 78,49 kawasan perumahan berada di daerah hutan lindung dan 21,51 nya berada di daerah konservasi.
Tabel 14. Matriks Beberapa Penelitian Yang Pernah Dilakukan Tentang
Transportasi dan Pencemaran Udara di Perkotaan
No. Nama Peneliti Tahun
Penelitian Tujuan dan Sasaran
Penelitian Ruang Lingkup
Hasil Penelitian Kaitan dengan
Penelitian ini 1.
Medawati 1996
Pengembangan model pengendaiian pencemaran
udara di Kawasan permukiman.
Penelitian mengenai karakteristik emisi
pencemar udara di perkotaan dari sektor
transportasi dan rumah tangga, serta
pengendaliannya dengan menggunakan
tanaman hijau. Kontribusi pencemar CO, HC,
NOx, SPM, dan Sox dari sektor transportasi tidak saja diteniukan
oleh volume lalulintas dan jumlah kendaraan, tetapi juga
oleh pola lalulintas dan sirkulasinya di dalam kota,
khususnya di daerah pusat kota dan perdagangan.
Hanya meneliti tentang pencemaran akibat
transportasi dan sistem tataguna lahan, tidak
membahas tentang sistem pergerakan,
sistem jaringan dan sistem sarana
transportasi.
Pengendaiian pencemaran udara di kawasan
permukiman dapat dilakukan dengan pohon Angsana,
Bougenviie dan Flamboyan. Emisi
CO dapat tebih diserap oleh Kerimbunan tanaman-
tanaman Tersebut dibandingkan
dengan emisi SOx.
2.
Santoso et al. 2001
Tinjauan aksesibitas transportasi lingkungan
perumahan; studi kasus Kota Semarang.
Penelitian tentang aksesibilitas
transportasi lingkungan
perumahan dan perbedaan
aksesibilitas antara perumahan yang satu
dengan yang lain. Aksesibilitas transportasi
perumahan yang satu tidak sama dengan yang lain. Hal
ini disebabkan karena perbedaan karakteristik
perumahan maupun karakteristik penghuninya.
Faktor-faktor yang berpengruh terhadap
aksesibilitas transportasi perumahan adalah
kepernilikan sepeda motor dalam keluarga, kepemilikan
mobil dalam keluarga, tingkat kemudahan mendapatkan
angkutan umum dan kondisi jalan.
Penelitian tentang transportasi, tidak
membahas pencemaran udara.
3. Avianto
2002 PeneJitian tentang Gas
Rumah Kaca yang disebabkan oleh
transportasi. Penelitian tentang
gas rumah kaca yang disebabkan oleh
transportasi dan pengaruhnya terhadap
kunjungan wlsatawan di Bandung.
Kebijakan terbaik adalah peningkatan pertumbuhan
angkutan umum dan pengurangan kendaraan
pribadi. Menurut model yang dibuat oleh peneliti,
kebijakan tersebut akan membuat pertumbuhan
Membahas tentang sistem sarana
transportasi kendaraan dan
pencemaran udara. Tidak membahas
sistem tataguna Iahan, sistem pergerakan dan
No. Nama Peneliti Tahun
Penelitian Tujuan dan Sasaran
Penelitian Ruang Lingkup
Hasil Penelitian Kaitan dengan
Penelitian ini
wisatawan di kota Bandung berkelanjutan dan
mengurangi pencemaran udara secara signifikan.
sistem jaringan jalan. 4.
Purwaamijaya 2005
Menelitipola perubahan Lingkungan yang
diaktbatkan oleh prasarana dan sarana
jalan. Penelitian tentang
pola perubahan lingkungan yang
diakibatkan oleh pembangunan
prasarana jalan pada tahap perencanaan,
pembangunan. dan operasionalisasi jalan.
Pertimbangan prinsip-prinsip ekonomis, ekologts dan
soslal politis dalam pembangunan dan
opersional jalan akan mendukung pembangunan
berkelanjutan. Penelitian tentang
pencemaran udara dan air akibat transportasi
perkotaan, tidak membahas tentang
tataguna lahan, sistem pergerakan, sistem
jaringan jalan dan sistem sarana
kendaraan.
5. Umadevi
2006 Merancang model
sistem dinamik untuk interaksi antara
tataguna lahan dengan transportasi.
Meneliti tentang interaksi antara
tataguna lahan dan transportasi serta
attematif kebijakan untuk pengelolaan
transportasi dart suatu kawasan tataguna
lahan di kota metropolitan.
Dengan peningkatan peran dari
public transport dan pengawasan pada
penggunaan tataguna lahan akan diperoleh penurunan
bangkitan perjalanan dari 4621 menjadi 2017 turun
sekitar 50. Penelitian tentang
interaksi antara tataguna lahan
dengan transportasi. Tidak membahas
tentang
pencemaran udara. 6.
Wismadi 2008
Melakukan studi tipologi land use sebagai
pendekatan input bangkitan dan tarikan
perjalanan pada pemodelan transportasi;
studi kasus di Yogyakarta
Melakukan perhitungan estimasi
volume lalulintas jalan dengan
memperhatikan dinamika aktivitas
tataguna lahan dari sisi tataruang.
Model generik yang diharapkan dapat
diimplementasikan di kota atau daerah lain, dengan
variabel-variabel yang terdapat dalam model
tersebut harus dikalibrasi dengan kondisi setempat
sebelum model ini dapat dimanfaatkan dan
menghasilkan nilai prediksi yang tepat
Penelitian tentang Transportasi
tataguna lahan, tidak membahas
sistem jaringan jalan, sistem pergerakan dan
sistem sarana.
7. Abeto, M.
2008 Menganalis istngkat
kemacetan di kota Bandar
Lampung Menganalisis dan
membahas perilaku derajat kejenuhan
jalan di kota Bandar Lampung dengan
Menggunakan metodologi
system dynamic
Penerapan kebijakan pengembangan sistem
angkutan umum massa dan kebijakan
pembatasan umur kendaraan bermotor dan
pembuatan lajur khusus sepeda motor, yang
bertujuan untuk mengendalikan pertumbuhan
kendaraan pribadi di kota Bandar Lampung.
Penelitian tentang sistem tataguna lahan,
sistem pergerakan, sistem jaringan jalan
dan sistem sarana, tidak membahas
tentang pencemaran udara.
8. Masri
2009 Mengkaji perubahan
lingkungan di zona buruk untuk perumahan
dengan studi kasus: Kawasan Bandung
Utara. Analisis spasial zonasi
kesesuaian lahan untuk perumahan di
kawasan budidaya Kecamatan Lembang,
Cilengkrang, dan Cimenyan perumahan
di Kawasan Bandung Utara
Terjadi konversi lahan di kawasan findung menjadi
kawasan perumahan. Seluas 78,49 kawasan
perumahan berada di daerah hutan lindung, dan
21,51 nya berada di daerah konservasi.
Penelitian tentang pencemaran udara,
pencemaran air dan kesesuaian lahan
untuk perumahan di pinggiran kota. Tidak
secara khusus membahas sistem
jaringan jalan, sistem pergerakan, dan
tataguna lahan.