6.2. Perilaku Sub-model Sistem Tata Guna Lahan, Kondisi Fisik Jalan Tol, serta Lingkungan
Pada hasil simulasi sub-model tata guna lahan, kondisi fisik jalan tol, serta lingkungan untuk ruas jalan tol Cikarang Utama – Cikampek terpilih dapat dilihat
adanya trend yang terus tumbuh. Pertumbuhan kawasan sepanjang jalan tol
akan menimbulkan bangkitan dan tarikan lalulintas yang berpotensi menimbulkan kemacetan dan pencemaran udara serta penurunan tingkat pelayanan jalan tol
yang cukup signifikan apabila tidak ada kebijakan pembatasan kendaraan berat yang terdapat pada
trend pertumbuhan yang ada sekarang.
Gambar 39. Pertumbuhan LHR, Pendapatan, Dana OM Kondisi Jalan
dan Kondisi Jalan Ruas Jalan Tol Cikarang Utama – Cikampek
Dari grafik hasil simulasi sub-model Sistem Tata Guna Lahan, Kondisi Fisik Jalan Tol dan Lingkungan pada Gambar 39 dapat dinyatakan bahwa
selama kurun waktu 20 tahun, yaitu dari tahun 2010 sampai 2030, Lalulintas Harian Rata-Rata mengalami kenaikan sangat signifikan. LHR meningkat dari
28.000 kendaraan per hari menjadi 116.000 kendaraan per hari, pendapatan mengalami kenaikan dari 3,77 trilyun menjadi menjadi 3,9 trlyun, sedangan biaya
pengoperasian dan pemeliharaan juga mengalami kenaikan dari 3,54 milyar menjadi 7,839 milyar. Sedangkan kondisi jalan mengalami perbaikan
peningkatan kualitas namun belum memenuhi standar pelayanan minimal jalan tol, karena nilainya masih berkisar antara 0,825 sampai 0, 842
Gambar 40. Pertumbuhan Kecepatan Kendaraan, Kepadatan Volume
Per Kapasitas dan Tingkat Pelayanan Jalan Tol Ruas Jalan Tol Cikarang Utama – Cikampek
Dari hasil simulasi sub-model Sistem Tata Guna Lahan, Kondisi Fisik Jalan Tol dan Lingkungan, ditunjukkan pada Gambar 40, dapat disimpulkan
bahwa selama kurun waktu 20 tahun dari tahun 2010 sampai 2030, volume per kapasitas jalan tol mengalami kenaikan dari 0,190 menjadi 0,320. Rentang nilai
ini menunjukkan bahwa kondisi lalulintas masih sangat lancar karena volume jalan tol per kapasitas jalan tol masih kurang dari 0,65 sedangkan tingkat
pelayanan jalan tol mengalami penurunan, dari 0,774 menjadi 0,737, dan kecepatan kendaraan juga mengalami penurunan, dari 69,77 kmjam menjadi
66,30 kmjam. Kondisi ketiga variabel ini mengindikasikan atau menunjukkan bahwa adanya kehilangan beberapa kapasitas jalan tol akibat rendahnya
kecepatan yang ada. Seharusnya dengan kondisi volume per kapasitas jalan tol antara 0,190 sampai 0,320, kecepatan lalulintas dapat mencapai 90 kmjam
hingga 120 kmjam.