Sebagian besar data untuk analisis bersumber Nurrochmat et al. 2012 dan

Tabel 18. Pilihan pengelolaan perkebunan with dan without HCVA Without HCVA Rpsiklus With HCVA+0.35 Rpsiklus With HCVA Rpsiklus EBITDA 7.753.721.658.436,00 7.739.384.736.316,00 7.694.178.837.198,00 NPV 667.346.030.004,00 664.005.845.480,00 655.616.430.602,00 TOTAL BENEFIT 25 Tahun DF 15 2.410.119.928.487,00 2.405.365.094.273,00 2.396.975.679.395,00 TOTAL COST 25 Tahun DF 15 1.742.773.898.482,00 1.741.359.248.792,00 1.741.359.248.792,00 BCR 1.38 1.38 1.38 IRR 43.29 43.21 43.03 Sumber: data primer dan data sekunder diolah 2012 Tabel 18 menunjukkan bahwa pilihan pengelolaan perkebuna kelapa sawit with and without HCVA memperlihatkan kelayakan untuk proyek pembangunan perkebunan kelapa sawit. Model with HCVA menyebabkan penurunan keuntungan decreasing profit atau perusahaan perkebunan kelapa sawit PT. IIS Kebun Buatan kehilangan pendapatan Rp 3.340.184.524,00 per siklus, meskipun sudah mendapatkan harga premimum 0.35. Pembangunan perkebunan kelapa sawit dengan mempersyaratkan pengelolaan HCVA, tanpa adanya kompensasi dalam bentuk premium price akan memberikan loss expected income atau kerugian yang lebih besar lagi bagi perusahaan, yaitu sebesar Rp 11.729.599.402,00 per siklus. BCR dan IRR baik semua pilihan pengelolaan perkebunan with and without HCVA juga menunjukkan kelayakan usaha yang ditunjukkan dengan nilai lebih besar dari satu BCR 1. Gambar 11 menunjukkan arus net benefit untuk pilihan pengelolaan with HCVA dan without HCVA di perkebunan kelapa sawit. NPV without HCVA menunjukkan trend lebih tinggi di atas model perkebunan kelapa sawit with HCVA . Tahun ke-9 sampai dengan ke-13 menunjukkan nilai NPV pada tingkat maksimum. Rentang tahun tersebut sesuai dengan siklus kelapa sawit mengalami puncak produksi TBS. Hasil perhitungan di atas menunjukkan bahwa terdapat perbedaan rente ekonomi yang cukup besar dari pilihan pembangunan perkebunan PT. IIS Kebun Buatan baik dengan menerapkan pengelolaan with HCVA maupun without HCVA, namun masih kompetitif atau masih sangat menguntungkan diantara pilihan tersebut. Hanya saja pilihan without HCVA secara finansial menunjukkan trend sangat positif atau memberikan economic return yang sangat tinggi dibandingkan with+HCVA meskipun juga telah mendapatkan premium price +0.35. Gambar 11. Arus net benefit pilihan with dan without HCVA Hasil perhitungan pilihan pengelolaan perkebunan kelapa sawit terkait HCVA yang disajikan dalam Gambar 11 menujukkan bahwa rente ekonomi dari pengelolaan HCVA mengalami peningkatan ketika mendapatkan harga kompensasi yang lebih tinggi. Gambar 12 menunjukkan perbedaan nilai NPV atas pengelolaan HCVA. Pilihan pengelolaan perkebunan kelapa sawit with HCVA+0.35 merupakan nilai maksimum premium price yang saat ini diterima perusahaan kelapa sawit yang tersertifikasi RSPO dengan nilai NPV sebesar Rp 664.005.845.480,00 per siklus. Gambar 12.Perbedaan nilai NPV pilihan pengelolaan HCVA Hasil perhitungan ini memberikan informasi bahwa kompensasi atas pengelolaan with HCVA dengan premium price + 0.35 tidak sebanding dengan -6E+11 -5E+11 -4E+11 -3E+11 -2E+11 -1E+11 1E+11 2E+11 1 3 5 7 9 11 13 15 17 19 21 23 25 Rp T ah u n Arus Net Benefit With dan Without HCVA δ15 Without With 667.35 664.00 655.62 Without With+0.35 With Rente Ekonomi Pilihan Pengelolaan Perkebunan Kelapa Sawit Milyar Rupiah per Siklus 3.34 11.73 GAP 0.50 99.50 GAP 1.76 98.24 penerimaaan perkebunan without HCVA, meskipun selisihnya tidak terlalu signifikan. Berdasarkan hasil perhitungkan di atas, premium price yang rasional dan layak dapat ditentukan dengan menggunakan data hasil perhitungan analisis finansial. Tabel 19. Hasil perhitungan penentuan premium price Without HCVA Harga Normal With HCVA + Premium Price 0.35 With HCVA Harga Normal Total Benefit DF 15 2.410.119.928.487 2.405.365.094.273 2.396.975.679.395 Total Cost DF15 1.742.773.898.482 1.738.470.940.973 1.738.470.940.973 2.888.307.820 2.888.307.820 NPV 667.346.030.004 664.005.845.480 655.616.430.602 Gap profit loss 3.340.184.524 11.729.599.402 Premium price 0.35 0.35 8.389.414.878 Premium price Rasional dan wajar 0.49 11.729.599.402 Tabel 19 menunjukkan perhitungan penentuan premium price Premium Price yang wajar dan rasional di PT. IIS Kebun Buatan. Perhitungan tersebut memasukan perhitungan nilai total benefit dan total cost dengan discount factor DF sebesar 15. Perhitungan tersebut menggunakan tiga skenario yang berbeda yaitu without HCVA, With HCVA + premium price 0.35 dan With HCVA tanpa premium price . Hasil perhitungan untuk mendapatkan premium price yang wajar didapatkan dengan membandingkan selisih nilai With HCVA + Premium price 0.35 dan With HCVA tanpa premium price. Hasil perhitungan menunjukkan nilai yang rasional dan wajar adalah sebesar 0.49. Nilai ini wajar dan rasional pada kasus PT.IIS Kebun Buatan, karena luasan HCVA yang ada relatif kecil, yaitu sebesar 0.55 dari total luas area produktif. Premium price sebesar 0.49 lebih besar dari premium price yang ada dipasaran saat ini 0.35. Hal ini menunjukkan bahwa premium price saat ini tidak rasional dan wajar. Pilihan pengelolaan with HCVA+0.49 akan menghasilkan NPV sebesar 667.361.611.431.00 per siklus, dengan demikian gap antara with HCVA+0.49 dengan without HCVA hanya sebesar Rp 15.581.427,00 per siklus atau Rp 677.453 per tahun. Rendahnya nilai Premium price bisa memberikan pengaruh bagi perusahaan perkebunan palm oil grower untuk tidak melakukan pengelolaan kelapa sawit berkelanjutan tersertifikasi RSPO dengan persyaratan berupa pengelolaan HCVA. Kerugian atau kehilangan profit karena melakukan pengelolaan HCVA tidak terkompensasi secara adil dan rasional, maka akan memberikan dampak bagi keberlanjutan dan keberadaan HCVA. Serapan pasar market uptake minyak kelapa sawit yang tidak tersertifikasi RSPO jauh lebih besar, meskipun penetrasi pasar untuk kelapa sawit tersertifikasi berkelanjutan lebih luas. Kondisi ini secara tidak langsung dikhawatirkan akan melemahkan semangat plam oil grower untuk menangkap isu lingkungan khususnya perubahan iklim, biodiversity loss dan deforestation dengan melakukan pengelolaan HCVA. Mekanisme bersama untuk mewujudkan kompensasi premium price yang fair bagi perusahaan diperlukan demi menjaga semangat untuk melestarikan alam dan menekan laju biodiversity loss dan deforestation.

5.5 Analisis Sensitivitas

Analisis sensitivitas atau “shock analysis” terjadi pada perubahan- perubahan komponen pada variabel harga dan biaya investasi. Hal ini disebabkan adanya faktor ketidaktentuan pada pelaksanaan perencanaan proyek di masa depan. Menurut Gittinger 2008 analisis sensitivitas dilakukan untuk meneliti pengaruh-pengaruh yang akan terjadi akibat keadaan yang berubah-ubah. Analisis ini merupakan salah satu cara untuk menghadapi ketidaktentuan yang dapat terjadi pada keadaan yang telah kita ramalkan atau perkirakan. Analisis sensitivitas dengan menggunakan perubahan pada harga output harga TBS dan biaya investasi sangat diperlukan sebagai dasar analisis kebijakan bagi para pengambil keputusan. Analisis sensitivitas menggunakan perubahan pada peningkatan biaya increasing costs sebesar 10 dan penurunan harga output decreasing price sebesar 10 dengan suku bunga terdiskonto sebesar 15. Analisis ini mensimulasikan penerimaan NPV jika terjadi goncangan harga dan biaya akibat adanya perubahan kebijakan dan gejolak pasar. Hasil perhitungan analisis sensitivitas yang disajikan dalam Gambar 13 dan Tabel 20 menunjukkan adanya perubahan pada nilai NPV, ketika terjadi shock. Nilai NPV without HCVA di perusahaan perkebunan kelapa sawit PT. IIS Kebun Buatan dalam keadaan normal sebesar Rp 667.346.030.004,00 per siklus dengan nilai BCR sebesar 1.38. Perubahan kenaikan biaya 10 menyebabkan nilai NPV without HCVA mengalami penurunan yang sangat besar hingga mencapai Rp 493.068.640.156 per siklus dan BCR menjadi 1.26. Penurunan nilai NPV juga terjadi di semua pilihan kondisi pengelolaan HCVA termasuk untuk pilihan with HCVA +0.49 menjadi sebesar Rp 493.225.686.552,00 per siklus. Gambar 13. Simulasi perubahan harga dan biaya Perubahan penurunan harga output TBS perusahaan kelapa sawit PT. IIS Kebun Buatan sebesar 10 menyebabkan nilai NPV pilihan without HCVA mengalami penurunan mencapai Rp 426.655.596.579,00 p er siklus, padahal keadaan normal nilai NPV mencapai Rp 667.589.346.030.004,00 per siklus. Peningkatan biaya sebesar 10 menyebabkan nilai NPV lebih besar dibandingkan dengan penurunan harga sebesar 10, namun nilai tersebut masih lebih rendah dibandingkan dengan harga normalnya. Perubahan tersebut menunjukkan sensitivitas perusahaan kelapa sawit PT. IIS Kebun Buatan pada gejolak perubahan penurunan harga 10 untuk pilihan with HCVA tanpa kompensasi. Tabel 20. Sensitivitas harga dan biaya Rp 000 Perubahan Shock Without With non PP With + 0.35 NPV BCR NPV BCR NPV BCR Normal 667.589.346.030,00 1.38 655.616.431,00 1.38 664.005.845,00 1.38 Decreasing Price 10 DF 15 426.334.037.156,00 1.24 415.918.863,00 1.24 423.469.336,00 1.24 Increasing Costs 10 DF 15 493.068.640.156.00 1.26 481.480.506,00 1.25 489.869.921,00 1.26 Sensitivity Price 36 10 37 10 36 10 Sensitivity Cost 26 9 27 9 26 9 Sumber : Data primer diolah 2012 667,346,030 655,616,431 664,005,845 426,334,037 415,918,863 423,469,336 493,068,640 481,480,506 489,869,921 - 200,000,000 400,000,000 600,000,000 800,000,000 Without With With + 0.35 NPV H C V A Analisis sensitivitas Rp 000siklus Increasing Costs 10 Decreasing Price 10 Normal Tabel 20 menggambarkan bahwa NPV sangat sensitif terhadap perubahan penurunan harga dan kenaikan biaya. PT. IIS Kebun Buatan sensitif dengan gejolak perubahan penurunan harga dan kenaikan biaya untuk semua pilihan pengelolaan. Perubahan penurunan harga TBS akan menyebabkan pengurangan NPV rata-rata mencapai Rp 240.415.356.738,00 per siklus, sedangkan peningkatan harga akan memberikan penurunan rata-rata nilai NPV sebesar Rp 174.183.079.869,00 per siklus dibanding saat dalam kondisi normal. Perubahan penurunan harga sebesar 10 menyebabkan penurunan NPV untuk semua pilihan pengelolaan rata-rata sebesar 36.30 dengan penurunan NPV tertinggi untuk pilihan without HCVA 37. Perubahan kenaikan harga sebesar 10 mengalami dampak penurunan NPV rata-rata sebesar 26.30 dengan penurunan NPV tertinggi untuk pilihan without HCVA sebesar 27. Hal ini menunjukkan bahwa secara umum penurunan harga TBS di Perkebunan kelapa sawit PT. IIS Kebun Buatan lebih sensitif dibanding dengan perubahan biaya kenaikan biaya input. Penurunan harga TBS menyebabkan perusahaan PT. IIS Kebun Buatan mengalami penurunan NPV jauh paling besar dibandingkan kenaikan biaya.

5.6 Analisis Biaya Manfaat Pengelolaan HCVA

Obyek analisis biaya dan manfaat menggunakan entitas perusahaan yaitu PT. IIS Kebun Buatan: data yang digunakan dalan perhitungan dan analisis merupakan data riil khususnya luas HCVA dan peruntukan lahan. Sebagian besar komponen biaya manfaat menggunakan data yang berasal dari Nurrochmat et al. 2010 dan Boer et al. 2012. Kedua data tersebut merupakan kompilasi data-data perusahaan yang sudah disesuaikan compilation adjusted.

5.6.1 Estimasi Biaya-Biaya Pengelolaan HCVA

Estimasi biaya berasal dari komponen-komponen yang terkena dampak pengelolaan HCVA. Dampak Pengelolaan HCVA bersifat langsung dan dampak tidak langsung. Dampak langsung adalah dampak yang langsung berkenaan dengan penerimaan perusahaan dan masyarakat akibat pengelolaan HCVA. Pengelolaan HCVA memberikan dampak langsung berupa kehilangan manfaat dan tambahan beban biaya bagi perusahaan. Hasil dari identifikasi dampak langsung bagi perusahaan perkebunan kelapa sawit akibat pengelolaan HCVA dapat diuraikan sebagai berikut: a. Kerugian karena kehilangan pendapatan b. Beban biaya pengelolaan Dampak langsung bagi perusahaan akibat pengelolaan HCVA dilihat dari perspektif ekonomibisnis.

5.6.1.1 Estimasi Biaya Dampak Langsung Bagi Perusahaan A. Estimasi KerugianKehilangan Pendapatan

Dampak langsung bagi perusahaan akibat adanya pengelolaan HCVA yang pertama adalah kehilangan pendapatan. Dampak pengelolaan HCVA menyebabkan berkurangnya areal produktif untuk kebun kelapa sawit. Kehilangan areal produktif tentu saja akan berpengaruh pada produksi kelapa sawit atau TBS dan akhirnya adalah kehilangan pendapatan dari produksi CPO dan KPO. Hasil perhitungan kerugian atau kehilangan penerimaan akibat pengelolaan HCVA di perkebunan kelapa sawit disajikan dalam Tabel 21. Tabel 21. Kerugian atau kehilangan pendapatan akibat pengelolaan HCVA Entitas Luas HCVA Ha Produksi TBS TonHa Tahun Harga TBS Rata-Rata- Tahun-0 s.d Tahun 25 RpKg Penerimaan yang hilang Rp 000 Tahun Keterangan PT. IIS Kebun Buatan 89.96 24.96 1.454.73 2.797.947 Data Riil 2011 dan Harga TBS Riau, 26 Mei 2012 Riau Post Sumber: data primer diolah 2012 Tabel 21 menunjukkan bahwa total kehilangan penerimaan areal produktif akibat pengelolaan HCVA di perkebunan kelapa sawit di PT. IIS Kebun Buatan maupun di perkebunan kelapa sawit mempunyai nilai yang berbeda-beda tergantung pada luasan izin dan luasan HCVA-nya. Rata-rata produksi TBS perkebunan kelapa sawit PT. IIS Kebun Buatan sebesar 24.96 ton per hatahun. Perusahaan akan kehilangan penerimaan akibat pengelolaan HCVA seluas 89.96 ha sebesar Rp 2.797.947.381,00 2.79 milyartahun atau 36.31 juta per hatahun. Valuasi kehilangan atau kerugian ekonomi akibat pengelolaan HCVA di perkebunan kelapa sawit di atas sama dengan asumsi jika semua luasan HCVA terkonversi menjadi areal produktif kebun kelapa sawit dengan asumsi cateris paribus . Tanaman kelapa sawit bisa usahakan di seluruh areal HCVA tersebut dengan menggunakan teknologi saat ini. Hal ini menunjukkan bahwa pengelolaan HCVA memberikan dampak ekonomi langsung yang sangat signifikan bagi usaha perkebunan kelapa sawit.

B. Biaya Pengelolaan HCVA

Dampak langsung yang kedua akibat pengelolaan HCVA adalah beban biaya pengadaan dan pengelolaan HCVA. Beban biaya pengelolaan HCVA di perkebunan kelapa sawit menggunakan data biaya pengelolaan PT. IIS Kebun Buatan dan GAPKI. Biaya pengelolaan HCVA dapat diuraikan sebagai berikut: a. Biaya pengadaan kajian identifikasi keberadaan HCVA Pengelolaan HCVA dalam perkebunan kelapa sawit tidak serta muncul dan dapat dikelola tanpa terlebih dahulu dilakukan kajian identifikasi keberadaan HCVA. Biaya kajian ini biasanya diperlukan untuk memetakkan luasan dan sebaran keberadaan HCVA dalam perkebunan kelapa sawit. Biasanya assessor untuk kajian ini berasal dari lembaga yang memiliki kredibilitas yang tinggi seperti Institusi Pendidikan Perguruan Tinggi-Tim HCV Fahutan IPB. Biaya pengelolaan HCVA bervariasi terantung areal, situasi, kondisi, letak dan luasan areal perkebunan kelapa sawit. Dokumen hasil kajian keberadaan HCVA di perkebunan kelapa sawit digunakan oleh perusahaan baik sebagai dokumen atau pegangan untuk melakukan pengelolaan dan pemantauan HCVA maupun sebagai bukti ilmiah dan bukti bagi para pihak khususnya lembaga pensertifikasi perkebunan kelapa sawit berkelanjutan seperti RSPO. Berdasarkan hasil wawancara degan Tim HCV Fahutan IPB rentang biaya pengadaan kajian mulai 150-300 juta rupiah per areal perkebunan kelapa sawit. Rata-rata biaya kajian sebesar 200 juta rupiah, sedangkan biaya kajian PT. IIS Kebun Buatan sebesar 200 juta rupiah. b. Biaya Pengelolaan Biaya pengelolaan HCVA adalah biaya yang dikeluarkan oleh perusahaan untuk melakukan pengelolaan keberadaan HCVA. Pengelolaan HCVA sifatnya mandatory bagi perusahaan yang akan dan telah mendapatkan sertifikat CSPO Certified Sustainable Palm Oil khususnya dari RSPO.