terkonversi menjadi areal produktif kebun kelapa sawit dengan asumsi cateris paribus
. Tanaman kelapa sawit bisa usahakan di seluruh areal HCVA tersebut dengan menggunakan teknologi saat ini. Hal ini menunjukkan bahwa pengelolaan
HCVA memberikan dampak ekonomi langsung yang sangat signifikan bagi usaha perkebunan kelapa sawit.
B. Biaya Pengelolaan HCVA
Dampak langsung yang kedua akibat pengelolaan HCVA adalah beban biaya pengadaan dan pengelolaan HCVA. Beban biaya pengelolaan HCVA di
perkebunan kelapa sawit menggunakan data biaya pengelolaan PT. IIS Kebun Buatan dan GAPKI. Biaya pengelolaan HCVA dapat diuraikan sebagai berikut:
a. Biaya pengadaan kajian identifikasi keberadaan HCVA Pengelolaan HCVA dalam perkebunan kelapa sawit tidak serta muncul dan
dapat dikelola tanpa terlebih dahulu dilakukan kajian identifikasi keberadaan HCVA. Biaya kajian ini biasanya diperlukan untuk memetakkan luasan dan
sebaran keberadaan HCVA dalam perkebunan kelapa sawit. Biasanya assessor untuk kajian ini berasal dari lembaga yang memiliki kredibilitas yang tinggi
seperti Institusi Pendidikan Perguruan Tinggi-Tim HCV Fahutan IPB. Biaya pengelolaan HCVA bervariasi terantung areal, situasi, kondisi, letak dan
luasan areal perkebunan kelapa sawit. Dokumen hasil kajian keberadaan HCVA di perkebunan kelapa sawit digunakan oleh perusahaan baik sebagai
dokumen atau pegangan untuk melakukan pengelolaan dan pemantauan HCVA maupun sebagai bukti ilmiah dan bukti bagi para pihak khususnya
lembaga pensertifikasi perkebunan kelapa sawit berkelanjutan seperti RSPO. Berdasarkan hasil wawancara degan Tim HCV Fahutan IPB rentang biaya
pengadaan kajian mulai 150-300 juta rupiah per areal perkebunan kelapa sawit. Rata-rata biaya kajian sebesar 200 juta rupiah, sedangkan biaya kajian
PT. IIS Kebun Buatan sebesar 200 juta rupiah. b. Biaya Pengelolaan
Biaya pengelolaan HCVA adalah biaya yang dikeluarkan oleh perusahaan untuk melakukan pengelolaan keberadaan HCVA. Pengelolaan HCVA
sifatnya mandatory bagi perusahaan yang akan dan telah mendapatkan sertifikat CSPO Certified Sustainable Palm Oil khususnya dari RSPO.
c. Biaya Pemantauan Biaya pemantauan adalah biaya yang dikeluarkan oleh perusahaan untuk
kegiatan pemantauan keberadaan HCVA di wilayah atau areal perkebunan kelapa
sawit. Biaya
pemantauan digunakan
untuk menunjukkan
perkembangan pengelolaan baik peningkatan jumlah populasi satwa liar dan pemanfaatan barang dan jasa lingkungan dari HCVA serta kualitas dari
HCVA. Komponen biaya pengelolaan HCVA disajikan dalam Tabel 22. Tabel 22. Estimasi biaya pengelolaan HCVA
PT. IIS Kebun Buatan Biaya Tahun ke-0
RpTahun Biaya Tahun ke- 1 s.d 25
RpTahun
Biaya Pengelolaan 354.750.000,00
194.000.000,00 Biaya Pemantauan
167.000.000,00 Biaya Kajian
200.000,000,00 Total
554.750.000,00 361.000.000,00
Sumber: Laporan Pengelolaan HCVA PT. IIS Kebun Buatan 2011
Tabel 22 menunjukkan biaya awal pengelolaan HCVA perusahaan perkebunan kelapa sawit PT. IIS Kebun Buatan sebesar Rp 554.750.000,00. Biaya
pengelolaan pada tahun pertama menyumbang 63.95 atau sebesar Rp 6.166.630,00 per hatahun dari total biaya pengelolan HCVA pada tahun
pertama, sedangkan biaya kajian sebesar 36.05 Rp 12.125,00 per ha dan biaya pemantauan pada tahun pertama tidak ada. Biaya pengelolaan untuk tahun kedua
dan seterusnya per tahun sebesar Rp 361.000.000,00 atau 0.361 milyar rupiahtahun. Biaya pada tahun kedua dan seterusnya didominasi biaya tahunan
pemantauan pengelolaan HCVA dan biaya koordinasi dengan stakeholder terkait. Biaya ini akan terus dikeluarkan dengan jumlah yang sama, meskipun PT. IIS
Kebun Buatan tahun 2015 akan memulai program replanting. Selanjutnya biaya pengelolaan HCVA PT. IIS Kebun Buatan akan dijadikan
“proxy biaya pengelolaan HCVA“bagi kebutuhan analisis selanjutnya.
5.6.1.2 Estimasi Biaya Dampak Langsung bagi Masyarakat
Dampak langsung akibat pengelolaan HCVA di PT. IIS Kebun Buatan bagi masyarakat adalah hilangnya sejumlah manfaat akibat hilangnya aktivitas
ekonomi karena perubahan fungsi dan peruntukan areal kebun menjadi areal
konservasi atau areal yang tidak diusahakan. Hilangnya aktivitas ekonomi akibat pengelolaan HCVA di perkebunan kelapa sawit memberikan dampak langsung
bagi pendapatan masyarakat dan hilangnya penyerapan tenaga kerja di areal kebun yang dikonservasi HCVA. Estimasi biaya dampak langsung bagi
masyarakat akibat pengelolaan HCVA terkait dengan pendapatan dan tenaga kerja.
A. Dampak Kehilangan Pendapatan Masyarakat
Dampak kehilangan pendapatan masyarakat akibat pengelolaan HCVA disebabkan karena hilangnya berbagai aktivitas ekonomi yang membangkitkan
pendapatan masyarakat dalam kegiatanusaha jasa pengangkutan TBS. Kegiatan pengangkutan TBS dilakukan oleh berbagai pihak meliputi Koperasi, buruh
timbang, dan jasa pengangkutan. Pengelolaan HCVA yang mengakibatkan kehilangan pendapatan yang diharapkan dari pihak-pihak tersebut.
Keberadaan HCVA memberikan dampak langsung bagi penerimaan pendapataan masyarakat karena hilangnya aktivitas ekonomi yang produktif di
bidang pengangkutan transportasi dan penimbangan TBS. Tabel 23 menyajikan informasi temuan hilangnya pendapatan di masyarakat jika terdapat pengelolaan
HCVA. Tidak semua areal HCVA dapat menjadi areal kebun produktif, namun perkembangan teknologi sangat memungkinkan untuk melakukan konversi
kawasan HCVA menjadi kebun produktif. Tabel 23. Dampak kehilangan pendapatan masyarakat
PT. IIS Kebun Buatan
Luas HCVA
Ha Produksi
Ton TBS Tahun
Harga Rp
Unit Nilai pendapatan
yang Hilang RpTahun
Tukang Timbang 89.96
21.38 50,00
Ton 96.167 ,00
Jasa Pengangkutan
40.000,00 Ton
76.933.792,00 Kelompok Tani
12,00 Ton
23.080,00 KUD
4.000,00 Ton
7.693.379,00 Total
84.746.419,00
Sumber: data primer diolah 2012
Tabel 23 menunjukkan bahwa pendapatan masyarakat yang hilang sebagai akibat dampak langsung pengelolaan HCVA di PT. IIS Kebun Buatan sebesar
Rp 84.746.419,00 per tahun atau sebesar Rp 942.046,00 per hatahun. Nilai tersebut merupakan nilai rill di lapangan khususnya di Perkebunan PT. IIS Kebun