Estimasi TEV HCVA Total Economic Values TEV PT. IIS Kebun Buatan .1 Tahapan Valuasi TEV HCVA

Tabel 13. Nilai guna tidak langsung HCVA PT. IIS Kebun Buatan Tipe HCVA Nilai rendah US Ha Nilai Tinggi US Ha Trust factor Nilai Minimum USHa Luas HCV Ha Nilai Valuasi Rupiah Tahun Ekosistem Riparian Sempadan Sungai Kerinci dan Laniago Pengatur tata air 4 15 75 3 47.7 1.302.210,00 Pengendali erosi 71 283 75 53 23.005.710,00 Sub total 24.307.920,00 Danau Gadis 1 ha Pengatur tata air 4 15 75 3 1 27.300,00 Sub total 27.300,00 Hutan Areal Kebun Inti dan Hutan Sialang 40.60 Ha Penyerap karbon 272 272 30 82 40.6 30.295.720,00 Pengatur tata air 4 15 75 3 1.108.380,00 Pembentukan lapisan tanah 11 11 75 8 2.955.680,00 Pengendali erosi 71 283 75 53 19.581.380,00 Sub total 53.941.160,00 Makam Nenek Moyang 0.66 ha - - - - - -- TOTAL 78.276.380,00 Sumber: data primer 2012 Nilai guna tidak langsung HCV untuk kawasan ekosistem riparian Sempadan Sungai Laniago dan Kerinci dengan luas 47.7 ha sebesar Rp 24.307.920,00 per tahun, sedangkan nilai ekonomi kawasan hutan areal kebun inti dan hutan sialang sebesar Rp 53.941.160,00 per tahun dan nilai ekonomi dari kawasan danau Gadis sebesar Rp 27.300,00 per tahun. Total nilai guna tidak langsung untuk kawasan HCVA di areal izin perkebunan PT. IIS Kebun Buatan sebesar Rp 78.276.380,00 per tahun atau sebesar Rp 870.274,00 per hatahun dengan menggunakan nilai tukar 1 US sebesar Rp 9.100,00. Persentase kontribusi komponen HCVA terhadap besaran nilai guna tidak langsung. Ekosistem riparian menyumbangkan nilai guna tidak langsung sebesar 31.05, hutan areal kebun inti dan hutan Sialang menyumbang sebesar 68.91 dan kawasan Danau Gadis sebesar 0.03. Komponen nilai tertinggi pada aliran jasa ekosistem sungai berupa penyerap karbon untuk setiap 1 hektar menyumbangkan nilai Rp 746.200,00 per tahun. Hal ini juga didukung luasan HCV untuk ekosistem hutan memiliki aliran jasa ekosistem yang beragam dan disumsikan bekerja secara optimal.

C. Nilai Pilihan Biodiversitas

Nilai pilihan dari kawasan HCVA di perkebunan kelapa sawit PT. IIS Kebun Buatan menggunakan nilai pilihan untuk konservasi biodiversitas. Valuasi nilai pilihan untuk konservasi biodiversitas menggunakan metode valuasi benefit transfer karena kompleksitas dan keragaman jenis satwa liar dan flora yang ada di kawasan HCVA. Nilai pilihan biodversitas diperoleh juga mendasarkan pada pengelolaan HCVA di kawasan perkebunan kelapa sawit sebagai areal untuk dikonservasi. Metode valuasi benefit transfer untuk nilai pilihan biodiversitas mengacu pada Bishop 2001. Hasil review diperoleh nilai pilihan biodiversitas dengan nilai tertinggi sebesar 65US per ha yang diperoleh dari Howard 1995 dan nilai terendah diperoleh dari Kumari 1995b sebesar 0.2US per ha. Hasil dari valuasi nilai pilihan biodiversitas disajikan dalam Tabel 14 dengan menggunakan nilai tukar dollar Amerika sebesar Rp 9100,00. Dalam perhitungan nilai pilihan biodiversitas menggunakan hasil benefit transfer yang sudah disesuaikan oleh Manurung 2001. Tabel 14. Nilai pilihan biodiversitas di kawasan HCVA PT. IIS Kebun Buatan Tipe HCVA Nilai rendah US 2 Nilai Tinggi US Trust factor Nilai Minimum US Luas HCV ha Nilai Valuasi RupiahHa Ekosistem Riparian Sempadan Sungai Kerinci dan Laniago 3 3 75 2 47.7 868.140,00 Danau Gadis 1 ha 3 3 75 2 1 18.200,00 Hutan Areal Kebun Inti dan Hutan Sialang 40.60 Ha 3 3 75 2 40.60 738.920,00 Makam Nenek Moyang 0.66 ha TOTAL 1.625.260,00 Sumber: data primer 2012 Nilai pilihan biodiversitas HCVA PT. IIS Kebun Buatan diestimasi terdapat di kawasan ekosistem riparian, ekosistem hutan areal kebun inti dan Sialang dan 2 Nilai tertinggi dan terendah mengacu pada Manurung 2001 dananu Gadis. Nilai pilihan biodiversitas diasumsikan sama di semua kawasan HCV tersebut. Hasil perhitungan menunjukkan nilai pilihan biodiversitas Rp 1.625.260.00 per ha.

D. Nilai Keberadaan

Valuasi nilai ekonomi total kawasan HCVA di perkebunan kelapa sawit PT.IIS Kebun Buatan untuk kategori nilai keberadaan existence value menggunakan metode valuasi Contingent Valuation Method CVM. Pendekatan CVM sering digunakan untuk mengukur nilai pasif nilai non-pemanfaatan sumberdaya alam atau sering juga dikenal dengan nilai keberadaan Fauzi, 2010. Penggunaan CVM karena sudah melalui proses pentahapan valuasi sumberdaya alam mulai dari actual market, surrogate market, dan tahapan yang terakhir adalah CVM. CVM mampu untuk menjawab nilai dari upaya pelestarian dan perlindungan keberadaan kawasan HCVA di perkebunan kelapa sawit PT. IIS Kebun Buatan. Penerapan metode CVM dilakukan terlebih dahulu dengan cara membangun pasar hipotetik. Pasar hipotetik dibuat dengan sebuah skenario bahwa kawasan HCVA akan dilakukan pelestarian HCVA atau dikonversi menjadi kebun kelapa sawit. Pertanyaan dalam pasar hipotetik akan dibentuk dalam skenario sebagai berikut: Apakah Saudara setuju apabila dikenakan pungutan sebesar yang dipergunakan untuk perlindungan dan pelestarian keberadaan flora fauna dan atau kawasan yang dikeramatakan bagi masyarakat Adat Melayu Sujuhan dan Sijoe dan atau kawasan yang bernilai konservasi tinggi di dalam perkebunan kelapa sawit PT. IIS Kebun Buatan dan berapa rupiah Saudara bersedia memberikan iuran untuk usaha tersebut? Tahapan valuasi nilai keberadaan selanjutnya dengan menggunakan kuesioner yang terdiri atas identitas responden, sikap terhadap tindakan konservasi dan pengetahuan mengenai spesies langka dan terancam punah dan atau kawasan keramat di lokasi perkebunan kelapa sawit, dan kesediaan membayar untuk keberadaan kawasan bernilai konservasi tinggi. Kuesioner tersebut diperoleh nilai maksimum dari WTP Willingness To Pay dengan menggunakan teknik bidding game. Langkah selanjutnya untuk mendapatkan nilai keberadaan dari HCVA di perkebunan PT. IIS Kebun Buatan, yaitu menghitung nilai rataan WTP dengan menggunakan rumuas: ∑ Dimana: = nilai rerata WTP = jumlah tiap data = jumlah responden = responden ke-i yang bersedia membayar Tahap terakhir dalam penentuan nilai keberadaan yaitu menjumlahkannya dengan cara mengkonversikan nilai rerata WTP dengan jumlah populasi di desa-desa sekitar PT. IIS Kebun Buatan. Data Kecamatan Kerinci Kanan BPS 2011 jumlah rumah tangga penduduk di desa Buatan Baru dan desa Delik sekitar perusahaan PT. IIS Kebun Buatan sebanyak 370 KK. Responden dalam estmasi nilai keberadaan sebanyak 30 orang yang berasal dari 2 desa di sekitar areal perusahaan PT. IIS Kebun Buatan. Responden tersebut menjadi narasumber untuk pemanfaatan hasil hutan bukan kayu atau untuk penentuan nilai guna langsung. Hasil perhitungan nilai keberadaan dengan menggunakan metode CVM disajikan dalam Tabel 16. Responden dalam CVM terdiri dari 23 orang berjenis kelamin laki-laki 76.67 dan perempuan sebanyak 7 orang 23.33. Sebesar 83.33 pendapatan rata-rata responden diatas Rp 3.000.000,00 per bulan dan sisanya sebesar 16.67 dengan pendapatan antara Rp 1.000.000,00 hingga Rp 3.000.000,00. Tingkat pendidikan responden untuk SD sebesar 17 , tingkat pendidikan menengah sebanyak 40 , perguruan tinggi sebanyak 13 dan tidak sekolah sebanyak 30 . Nilai keberadaan HCVA di PT IIS Kebun Buatan dapat dilihat pada Tabel 15. Tabel 15. Nilai keberadaan HCVA di PT. IIS Kebun Buatan HCVA Mean WTP Responden Rpbulan Mean WTP Masyarakat Rpbulan Mean WTP Responden Rptahun Mean WTP Masyarakat Rptahun 1. Ekosistem Riparian Sempadan Sungai Kerinci 38.39 ha dan Laniago 9.31 ha 8.883,00 3.286.710,00 106.596,00 39.440.520,00 2. Hutan Areal Kebun Inti dan Hutan Sialang 40.60 Ha 3. Makam Nenek Moyang 0.66 ha 4. Danau Gadis 1 ha Sub total Total Nilai Keberadaan 8.883,00 3.286.710,00 106.596,00 39.440.520,00 Sumber: data primer 2012 Tabel di atas menunjukkan bahwa nilai rerata WTP responden sebesar Rp 8.883,00 per bulan, sedangkan nilai rerata per tahun sebesar Rp 3.286.710,00. Nilai rata-rata WTP masyarakat per tahun Rp 39.440.520,00. Nilai tersebut merefleksikan nilai keberadaan dari kawasan HCVA di perkebunan kelapa sawit. Besaran WTP responden Rp 106.596,00 per tahun sangat rasional dengan pendapatan masyarakat responden yang sebagian besar 83.33 di atas Rp 3.000.000,00 per bulan. Penelitian ini tidak sampai mencari faktor-faktor yang berpengaruh terhadap kesediaan membayar WTP masyarakat terhadap program pelestarian dan pengelolaan keberadaan HCVA di perkebunan Kelapa sawit. Berdasarkan hasil paparan diatas komponen nilai ekonomi total TEV di perkebunan kelapa sawit PT. IIS Kebun Buatan dapat disajikan dalam Tabel 16 sebagai berikut. Tabel 16. Estimasi nilai ekonomi total HCVA PT. IIS Kebun Buatan Komponen Nilai Ekonomi Nilai Ekonomi RpTahun Rata-Rata RpHaTahun Persentase Nilai Guna Langsung 1.202.505.810,00 13.367.117,00 90.97 Nilai Guna Tidak Langsung 78.276.380,00 870.124.00 5.92 Nilai Pilihan Biodiversitas 1.625.260,00 18.066,00 0.12 Nilai Keberadaan 39.440.520,00 438.423,00 2.98 Total Economic Value TEV 1.321.847.970,00 14.693.730,00 100.00 Sumber: data primer 2012 Tabel 16 menunjukkan bahwa komponen nilai guna langsung dari kawasan HCVA PT. IIS Kebun Buatan diestimasi sebesar Rp 13.367.117,00 per hatahun atau sebanyak Rp 1.202.505.810,00 per tahun. Nilai guna langsung merupakan komponen pembentuk nilai ekonomi total dengan kontribusi terbesar 90.97. Nilai tersebut tentu saja memberikan kontribusi terbesar pada penjumlahan TEV HCVA PT. IIS Kebun Buatan yang disebabkan karena tingginya penggunaan sumberdaya air yang dihasilkan oleh sungai Laniago dan Kerinci untuk kebutuhan dua pabrik dan pemukiman karyawan. Nilai guna tidak langsung diestimasi sebesar Rp 78.276.380,00 per tahun dan nilai pilihan hanya sebesar Rp 1.625.260,00 per tahun, sedangkan nilai keberadaan sebesar Rp 39.440.520,00 per tahun WTP masyarakat. Nilai Ekonomi Total TEV HCVA di perusahaan perkebunan kelapa sawit PT. IIS Kebun Buatan sebesar Rp 1.321.847.970,00 per tahun atau sebesar Rp 14.693.730,00 per hatahun. Nilai-nilai tersebut sebagian besar bersifat potensial. Nilai aktual dari TEV HCVA hanya pada aliran barang dan jasa yang sudah diperdagangkan atau memiliki harga pasar seperti rotan, ikan, dan madu. Nilai aktual dari aliran barang dan jasa ekosistem HCVA hanya sebesar 8.11 dari nilai TEV atau rata-rata sebesar Rp 107.160.000,00 per tahun, padahal TEV HCVA sebesar Rp 1.321.847.970,00 per tahun. Nilai-nilai tersebut berasal dari hasil hutan bukan kayu dan sekitar kawasan riparian seperti ikan, rotan, dan madu. Nilai ekonomi potensial adalah selisih antara nilai ekonomi total dengan nilai aktual Rp 1.214.687.970,00 per tahun atau dengan kata lain nilai potensial dari TEV HCVA sebesar 91.89 dari nilai ekonomi total. Perspektif perusahaan menunjukkan baik nilai aktual maupun nilai potensial, nilai ekonomi tersebut tidak memberikan penerimaan langsung bagi perusahaan. Nilai tersebut adalah marginal social benefit atas keberadaan HCVA. Nilai tersebut merupakan keuntungan sosial bagi masyarakat sekitar perusahaan.

5.4 Analisis Finansial Pengelolaan HCVA di Perkebunan Kelapa Sawit

Analisis finansial bertujuan untuk menilai apakah suatu kegiatan tertentu dilaksanakan layak secara finansial, atau dapat memberikan keuntungan finansial bagi perusahaan yang bertujuan untuk memaksimumkan keuntungan. Pengambilan keputusan berdasarkan penilaian kelayakan suatu kegiatan, sangat penting untuk turut memperhitungkan semua biaya dan manfaat yang relevan danatau benar terjadi sebagai akibat pelaksanaan kegiatan dalam hal ini pengelolaan HCVA. Kriteria kelayakan finansial suatu kegiatan pengelolaan HCVA ditunjukan oleh nilai NPV net present value dan BC ratio Benefit-Cost Ratio atau IRR Internal Rate of Return. Nilai NPV, BC ratio dan IRR sesungguhnya saling berhubungan satu sama lainnya. Kegiatan pengelolan HCVA dikatakan layak secara finansial menguntungkan bagi perusahaan bila nilai NPV-nya positif. Nilai NPV positif artinya nilai BC ratio-nya lebih besar dari satu, dan nilai IRR- nya lebih besar dari tingkat suku bunga diskonto discount rate yang dipergunakan dalam perhitungan nilai NPV. Salah satu dari ketiga nilai tersebut dapat digunakan untuk mengambil keputusan apakah kegiatan pengelolaan HCVA akan menguntungkan layak atau tidak secara finansial. Kelayakan finansial ditunjukkan oleh nilai NPV. Keseluruhan manfaat yang dihasilkan selama jangka waktu umur kegiatan lebih besar daripada keseluruhan biaya investasi, maka nilai NPV positif. Artinya, pengelolaan HCVA secara finansial layak untuk dilaksanakan karena dapat memberikan keuntungan finansial bagi perusahaan. Asumsi dan data hipotetik yang digunakan sebagai kasus dasar untuk perhitungan analisis finansial pekebunan kelapa sawit di perusahaan PT. IIS Kebun Buatan terkait pilihan pengelolaan HCVA dengan menggunakan data sebagai berikut: a. Luas kebun kelapa sawit 25.020 ha dengan komposisi 16.495 untuk kebun kelapa sawit inti dan plasma dan 8.525 ha untuk lahan pangan, pabrik, emplasemen dan sarana prasarana. b. Luas HCVA PT. IIS Kebun Buatan sebesar 89.96 ha atau luas areal produktif kelapa sawit menjadi 16.405,04 ha. c. Perhitungan finansial dibatasi pada manfaat produksi TBS. Produksi TBS menggunakan Nurrochmat et al. 2012 dan Boer et al. 2012. d. Biaya investasi pembangunan pabrik kelapa sawit, biaya pengolahan TBS menjadi CPO dan KPO, biaya pengangkutan CPO dan KPO dari lokasi PKS ke pelabuhan ekspor, dan biaya overhead tidak dimasukkan dalam analisis.

e. Sebagian besar data untuk analisis bersumber Nurrochmat et al. 2012 dan

Boer et al. 2012. Kedua data tersebut merupakan data corporate adjusted yang sudah diverifikasi dan disesuaikan dengan berbagai data yang bersumber dari perusahaan yang disajikan dalam Tabel 17. Analisis finansial ini akan membandingkan kelayakan pengelolaan with HCVA dan without HCVA dengan menggunakan data simulasi dari kajian Nurrochmat et al. 2012 dan Boer et al 2012 yang telah disesuaikan dengan hasil kajian HCV bersama Tim HCV Fahutan IPB. Analisis ini juga menggunakan biaya pengelolaan HCVA dan TEV HCVA PT. IIS Kebun Buatan. Semua biaya yang dikeluarkan dan manfaat yang diterima oleh perusahaan dalam pelaksanaan kegiatan proyek perkebunan kelapa sawit diidentifikasi dan dicatat secara rinci setiap tahun selama umur proyek. Lampiran 2 memperlihatkan arus masuk inflow dan arus keluar outflow perkebunan PT. IIS Kebun Buatan 25.020 ha selama satu siklus. Lampiran 2 juga memperlihatkan aliran kas cash- flow proyek investasi perkebunan kelapa sawit selama jangka waktu umur perkebunan. Aliran kas terdiri dari aliran pengeluaran outflow, yaitu semua biaya per tahun, dalam nilai uang, yang dikeluarkan oleh perusahaan selama pelaksanaan kegiatan, dan aliran penerimaan inflow, yaitu semua penerimaan per tahun, dalam nilai uang, yang diterima oleh perusahaan dari pelaksanaan kegiatan perkebunan kelapa sawit, yaitu dari tahun ke-0 initial year sampai dengan tahun ke-25. Tabel 17. Asumsi biaya dan manfaat dalam perhitungan analisis finansial Asumsi Value RpHa Nilai RpSiklus A.Biaya

1. Perencanaan

Investasi a. Feasibility study FS Biaya FS dikeluarkan pada initial year t-0 60.000,00 300.000.000,00 b. Permit Periijinan HGU 40.000,00 200.000.000,00 c. Area boundary arrangement Dikeluarkan pada initial year t-0 60.000,00 300.000.000,00 d. Kajian AMDAL Implementasi hasil kajian AMDAl 60.000,00 300.000.000,00 e. Akuisisi lahan 4.000.000,00 100.080.000.000,00 f. Biaya Sertifikasi Biaya sertifikasi dikeluarkan pada tahun ke-2 40.000,00 200.000.000,00

2. Tanaman

perkebunan a. Penanaman Benih unggul dan input pupuk, pestisida, dan insektisida berkualitas baik 34.344.000,00 859.286.880.000,00 b. Pemeliharaan tanaman Pemeliharaan baik 170.457.900,00 2.796.368.667.816,00

3. Infrastruktur

a. Jalan Biaya jalan dikeluarkan pada tahun pada initial year t-0 3.941.600,00 305.344.080.000,00 b. Jembatan Biaya jembatan dikeluarkan pada tahun pada initial year t-0 1.018.800,00 5.094.000.000,00 c. Bangunan- bangunan Biaya bangunan dikeluarkan pada tahun pada initial year t-0 694.000,00 3.470.000.000,00 d. Perumahan staf Biaya perumahan dikeluarkan pada tahun pada initial year t-0 894.000,00 1.740.000.000,00 e. Perumahan tenaga kerja Biaya perumahan dikeluarkan pada tahun pada initial year t-0 2.730.000.000,00 f. Pemanenan Biaya pemanenan dipengaruhi oleh volume produksi, teknologi, peralatan kualitas tinggi dan upah tenaga kerja 61.467.285,00 1.008.373.271.680,00 g. Upah dan gaji Rata-rata Upah tenaga kerja 1.007.406,00 125.925.690.000,00 h. Corporate Social responsibility Tanggung jawab dan kewajiban 20.000,00 2.500.000.000,00 i. Kajian HCVA Biaya kajian HCVA dikeluarkan pada initial year t-0. Biaya kajian Rp 200.000.000,00 per areal 200.000.000,00 per areal 200.000.000.00,00 j. Biaya pengelolaan dan pemantauan Biaya pengelolaan Rp 354.750.000,00 per areal HCVA dan Rp 361.000.000,00 pada t-1 s.d t-25 sama. Termasuk : Kebutuhan gaji tambahan additional salary dan tambahan staf pengelolaan 715.750.000,00 per arealtahun 9.379.750.000,00

B. Manfaat

TBS Normal Rata-rata produksi 21.38 tonha. Harga Rp 1.454.73,00 kg 34.231.185,00 Ha 12.961.177.075.812,00 Sumber: Boer et al. 2012 dan Nurrochmat et al. 2012 dan PT. IIS KB 2011 Total biaya per tahun untuk pelaksanaan kegiatan perkebunan kelapa sawit merupakan penjumlahan dari semua pengeluaran dalam kurun waktu satu tahun tertentu untuk melaksanakan kegiatan sesuai dengan jadwal pelaksanaan kegiatan. Biaya-biaya yang harus dikeluarkan oleh perusahaan dalam pelaksanaan kegiatan proyek diantaranya adalah 1 perencanaan dan investasi yang terdiri dari feasibility study , permit, AMDAL, pemetaan, akuisisi lahan, dan kajian sertifikasi, 2 plantation yang terdiri atas planting pembibitan, land clearing, cover crop, planting , dan planting care, operation dan maintenance, 3 infrastruktur yang terdiri atas jalan, jembatan, bangunan, perumahan karyawan, kantor, pemanenan dan transportasi, gaji, corporate social responsibility, dan biaya pengelolaan HCVA yang telah disebutkan dalam Tabel 17. Pengeluaran biaya proyek dimulai dari tahun ke-0, yaitu mulai dari tahapan pengurusan ijin dan pembukaan lahan; biaya pada tahun ke-1 berupa biaya investasi tanaman kelapa sawit, dan berbagai pengeluaran biaya lainnya, sesuai dengan rencana kegiatan proyek sampai dengan tahun ke-25. Total manfaat per tahun yang diterima dari pelaksanaan kegiatan perkebunan kelapa sawit merupakan penjumlahan dari semua penerimaan dalam kurun waktu satu tahun tertentu time horizon, selama jangka waktu umur kegiatan. Penerimaan dalam nilai uang, diperoleh dari hasil penjualan Fresh Fruit Bunch atau Tandan Buah Segar TBS yang dijual di pasar domestik yang diekspor dengan menggunakan harga hipotetik. Tanaman kelapa sawit baru mulai menghasilkan TBS pada tahun ke-3 gestation period 3 years, sehingga penerimaan proyek dari hasil penjualan TBS baru mulai dihasilkan pada tahun ke- 3, kemudian terus berlanjut sampai dengan tahun ke-25. Gambar 10 memperlihatkan grafik total pengeluaran dan penerimaan perusahaan perkebunan kelapa sawit selama jangka waktu umur kegiatan 25 tahun. Pengeluaran perusahaan sampai dengan tahun ke-4 lebih besar dibandingkan dengan penerimaan perusahaan. Periode investasi tanaman kelapa sawit, yaitu pada tahun ke-0 sampai dengan tahun ke-2, perusahaan harus mengeluarkan biaya investasi dan belum memperpoleh penerimaan. Tahun ke-9 s.d ke-13 produksi TBS mencapai produksi optimum kemudian berangsur-angsur menurun sampai pada produksi pada tahun-25. Penerimaan total perusahaan yang berasal dari penjualan TBS, mulai tahun ke- 3 sampai dengan tahun ke-25, rata- rata total penerimaan per tahun sebesar Rp 499.492.239.907,00 per tahun. Rata- rata total biaya produksi selama jangka waktu umur kegiatan sebesar Rp 201.271.176.121,00 per tahun. Total penerimaan sepanjang siklus sebesar Rp 12.986.798.237.588,00 dan total biaya Rp 5.233.076.579.152,00. Gambar 10. Total penerimaan dan pengeluaran per tahun Hasil perhitungan analisis finansial secara detail disajikan dalam Lampiran 2, dengan tingkat suku bunga diskonto discount rate sebesar 15. Kelayakan pembangunan perkebunan kelapa sawit PT. IIS Kebun Buatan with and without HCVA disajikan dalam Tabel 18. Hasil perhitungan analisis finansial untuk pilihan without HCVA memberikan nilai NPV sebesar Rp 667.346.030.004,00 per siklus IRR sebesar 43.29 dan BCR sebesar 1.38. Hal sebaliknya, jika perusahaan sawit PT. IIS Kebun Buatan melakukan pengelolaan with HCVA+0.35, maka secara finansial perusahaan tersebut juga sangat menguntungkan dan layak dengan nilai NPV sebesar Rp 664.005.845.480,00 per siklus dan nilai IRR sebesar 43.21 dan BCR sebesar 1.38. Hal yang sama terjadi dengan pilihan with HCVA tanpa premium price, juga sangat menguntungkan dengan nilai NPV sebesar Rp 655.616.430.602,00 BCR sebesar 1.38 dan IRR sebesar 43.03. Pilihan pengelolaan perkebunan kelapa sawit without HCVA dan with HCVA+0.35 menunjukkan adanya selisih penerimaan sebesar Rp 3.340.184.524,00 per siklus 3.34 milyar rupiah per siklus. 1E+11 2E+11 3E+11 4E+11 5E+11 6E+11 7E+11 8E+11 9E+11 1 2 3 4 5 6 7 8 9 1011121314151617181920212223242526 Rup iah T ah u n Total Pengeluaran dan Penerimaan Perusahaan Penerimaan Pengeluaran