Tabel 13. Nilai guna tidak langsung HCVA PT. IIS Kebun Buatan
Tipe HCVA Nilai
rendah US
Ha Nilai
Tinggi US
Ha Trust
factor Nilai
Minimum USHa
Luas HCV
Ha Nilai Valuasi
Rupiah Tahun
Ekosistem Riparian Sempadan Sungai
Kerinci dan Laniago Pengatur tata air
4 15
75 3
47.7 1.302.210,00
Pengendali erosi 71
283 75
53 23.005.710,00
Sub total 24.307.920,00
Danau Gadis 1 ha
Pengatur tata air 4
15 75
3 1
27.300,00
Sub total 27.300,00
Hutan Areal Kebun Inti dan Hutan
Sialang 40.60 Ha Penyerap karbon
272 272
30 82
40.6 30.295.720,00
Pengatur tata air 4
15 75
3 1.108.380,00
Pembentukan lapisan tanah
11 11
75 8
2.955.680,00 Pengendali erosi
71 283
75 53
19.581.380,00
Sub total 53.941.160,00
Makam Nenek Moyang 0.66 ha
- -
- -
- --
TOTAL 78.276.380,00
Sumber: data primer 2012
Nilai guna tidak langsung HCV untuk kawasan ekosistem riparian Sempadan Sungai Laniago dan Kerinci dengan luas 47.7 ha sebesar
Rp 24.307.920,00 per tahun, sedangkan nilai ekonomi kawasan hutan areal kebun inti dan hutan sialang sebesar Rp 53.941.160,00 per tahun dan nilai ekonomi dari
kawasan danau Gadis sebesar Rp 27.300,00 per tahun. Total nilai guna tidak langsung untuk kawasan HCVA di areal izin perkebunan PT. IIS Kebun Buatan
sebesar Rp 78.276.380,00 per tahun atau sebesar Rp 870.274,00 per hatahun dengan menggunakan nilai tukar 1 US sebesar Rp 9.100,00. Persentase
kontribusi komponen HCVA terhadap besaran nilai guna tidak langsung. Ekosistem riparian menyumbangkan nilai guna tidak langsung sebesar 31.05,
hutan areal kebun inti dan hutan Sialang menyumbang sebesar 68.91 dan kawasan Danau Gadis sebesar 0.03. Komponen nilai tertinggi pada aliran jasa
ekosistem sungai berupa penyerap karbon untuk setiap 1 hektar menyumbangkan
nilai Rp 746.200,00 per tahun. Hal ini juga didukung luasan HCV untuk ekosistem hutan memiliki aliran jasa ekosistem yang beragam dan disumsikan
bekerja secara optimal.
C. Nilai Pilihan Biodiversitas
Nilai pilihan dari kawasan HCVA di perkebunan kelapa sawit PT. IIS Kebun Buatan menggunakan nilai pilihan untuk konservasi biodiversitas. Valuasi
nilai pilihan untuk konservasi biodiversitas menggunakan metode valuasi benefit transfer
karena kompleksitas dan keragaman jenis satwa liar dan flora yang ada di kawasan HCVA. Nilai pilihan biodversitas diperoleh juga mendasarkan pada
pengelolaan HCVA di kawasan perkebunan kelapa sawit sebagai areal untuk dikonservasi.
Metode valuasi benefit transfer untuk nilai pilihan biodiversitas mengacu pada Bishop 2001. Hasil review diperoleh nilai pilihan biodiversitas dengan nilai
tertinggi sebesar 65US per ha yang diperoleh dari Howard 1995 dan nilai terendah diperoleh dari Kumari 1995b sebesar 0.2US per ha. Hasil dari valuasi
nilai pilihan biodiversitas disajikan dalam Tabel 14 dengan menggunakan nilai tukar dollar Amerika sebesar Rp 9100,00. Dalam perhitungan nilai pilihan
biodiversitas menggunakan hasil benefit transfer yang sudah disesuaikan oleh Manurung 2001.
Tabel 14. Nilai pilihan biodiversitas di kawasan HCVA PT. IIS Kebun Buatan
Tipe HCVA Nilai
rendah US
2
Nilai Tinggi
US Trust
factor Nilai
Minimum US
Luas HCV
ha Nilai Valuasi
RupiahHa
Ekosistem Riparian Sempadan Sungai
Kerinci dan Laniago 3
3 75
2 47.7
868.140,00 Danau Gadis 1 ha
3 3
75 2
1 18.200,00
Hutan Areal Kebun Inti dan Hutan
Sialang 40.60 Ha 3
3 75
2 40.60
738.920,00 Makam Nenek
Moyang 0.66 ha
TOTAL 1.625.260,00
Sumber: data primer 2012
Nilai pilihan biodiversitas HCVA PT. IIS Kebun Buatan diestimasi terdapat di kawasan ekosistem riparian, ekosistem hutan areal kebun inti dan Sialang dan
2
Nilai tertinggi dan terendah mengacu pada Manurung 2001
dananu Gadis. Nilai pilihan biodiversitas diasumsikan sama di semua kawasan HCV tersebut. Hasil perhitungan menunjukkan nilai pilihan biodiversitas
Rp 1.625.260.00 per ha.
D. Nilai Keberadaan
Valuasi nilai ekonomi total kawasan HCVA di perkebunan kelapa sawit PT.IIS Kebun Buatan untuk kategori nilai keberadaan existence value
menggunakan metode valuasi Contingent Valuation Method CVM. Pendekatan CVM sering digunakan untuk mengukur nilai pasif nilai non-pemanfaatan
sumberdaya alam atau sering juga dikenal dengan nilai keberadaan Fauzi, 2010. Penggunaan CVM karena sudah melalui proses pentahapan valuasi sumberdaya
alam mulai dari actual market, surrogate market, dan tahapan yang terakhir adalah CVM. CVM mampu untuk menjawab nilai dari upaya pelestarian dan
perlindungan keberadaan kawasan HCVA di perkebunan kelapa sawit PT. IIS Kebun Buatan. Penerapan metode CVM dilakukan terlebih dahulu dengan cara
membangun pasar hipotetik. Pasar hipotetik dibuat dengan sebuah skenario bahwa kawasan HCVA akan dilakukan pelestarian HCVA atau dikonversi menjadi kebun
kelapa sawit. Pertanyaan dalam pasar hipotetik akan dibentuk dalam skenario sebagai berikut:
Apakah Saudara setuju apabila dikenakan pungutan sebesar yang dipergunakan untuk perlindungan dan pelestarian
keberadaan
flora fauna
dan atau
kawasan yang
dikeramatakan bagi masyarakat Adat Melayu Sujuhan dan Sijoe dan atau kawasan yang bernilai konservasi tinggi di
dalam perkebunan kelapa sawit PT. IIS Kebun Buatan dan berapa rupiah Saudara bersedia memberikan iuran untuk
usaha tersebut?
Tahapan valuasi nilai keberadaan selanjutnya dengan menggunakan kuesioner yang terdiri atas identitas responden, sikap terhadap tindakan
konservasi dan pengetahuan mengenai spesies langka dan terancam punah dan atau kawasan keramat di lokasi perkebunan kelapa sawit, dan kesediaan
membayar untuk keberadaan kawasan bernilai konservasi tinggi. Kuesioner tersebut diperoleh nilai maksimum dari WTP Willingness To Pay dengan
menggunakan teknik bidding game. Langkah selanjutnya untuk mendapatkan nilai
keberadaan dari HCVA di perkebunan PT. IIS Kebun Buatan, yaitu menghitung nilai rataan WTP dengan menggunakan rumuas:
∑ Dimana:
= nilai rerata WTP = jumlah tiap data
= jumlah responden = responden ke-i yang bersedia membayar
Tahap terakhir
dalam penentuan
nilai keberadaan
yaitu menjumlahkannya dengan cara mengkonversikan nilai rerata WTP dengan
jumlah populasi di desa-desa sekitar PT. IIS Kebun Buatan. Data Kecamatan Kerinci Kanan BPS 2011 jumlah rumah tangga penduduk di desa Buatan
Baru dan desa Delik sekitar perusahaan PT. IIS Kebun Buatan sebanyak 370 KK.
Responden dalam estmasi nilai keberadaan sebanyak 30 orang yang berasal dari 2 desa di sekitar areal perusahaan PT. IIS Kebun Buatan.
Responden tersebut menjadi narasumber untuk pemanfaatan hasil hutan bukan kayu atau untuk penentuan nilai guna langsung. Hasil perhitungan
nilai keberadaan dengan menggunakan metode CVM disajikan dalam Tabel 16. Responden dalam CVM terdiri dari 23 orang berjenis kelamin laki-laki
76.67 dan perempuan sebanyak 7 orang 23.33. Sebesar 83.33 pendapatan rata-rata responden diatas Rp 3.000.000,00 per bulan dan sisanya
sebesar 16.67 dengan pendapatan antara Rp 1.000.000,00 hingga Rp 3.000.000,00. Tingkat pendidikan responden untuk SD sebesar 17 ,
tingkat pendidikan menengah sebanyak 40 , perguruan tinggi sebanyak 13 dan tidak sekolah sebanyak 30 . Nilai keberadaan HCVA di PT IIS
Kebun Buatan dapat dilihat pada Tabel 15.
Tabel 15. Nilai keberadaan HCVA di PT. IIS Kebun Buatan
HCVA Mean WTP
Responden Rpbulan
Mean WTP Masyarakat
Rpbulan Mean WTP
Responden Rptahun
Mean WTP Masyarakat
Rptahun
1. Ekosistem Riparian
Sempadan Sungai Kerinci
38.39 ha dan Laniago 9.31 ha
8.883,00 3.286.710,00 106.596,00 39.440.520,00
2. Hutan Areal Kebun Inti dan
Hutan Sialang 40.60 Ha
3. Makam Nenek Moyang 0.66 ha
4. Danau Gadis 1 ha
Sub total
Total Nilai Keberadaan
8.883,00 3.286.710,00 106.596,00 39.440.520,00
Sumber: data primer 2012
Tabel di atas menunjukkan bahwa nilai rerata WTP responden sebesar Rp 8.883,00 per bulan, sedangkan nilai rerata per tahun sebesar Rp 3.286.710,00.
Nilai rata-rata WTP masyarakat per tahun Rp 39.440.520,00. Nilai tersebut merefleksikan nilai keberadaan dari kawasan HCVA di perkebunan kelapa sawit.
Besaran WTP responden Rp 106.596,00 per tahun sangat rasional dengan pendapatan masyarakat responden yang sebagian besar 83.33 di atas
Rp 3.000.000,00 per bulan. Penelitian ini tidak sampai mencari faktor-faktor yang berpengaruh terhadap kesediaan membayar WTP masyarakat terhadap program
pelestarian dan pengelolaan keberadaan HCVA di perkebunan Kelapa sawit. Berdasarkan hasil paparan diatas komponen nilai ekonomi total TEV di
perkebunan kelapa sawit PT. IIS Kebun Buatan dapat disajikan dalam Tabel 16 sebagai berikut.
Tabel 16. Estimasi nilai ekonomi total HCVA PT. IIS Kebun Buatan
Komponen Nilai Ekonomi
Nilai Ekonomi RpTahun
Rata-Rata RpHaTahun
Persentase
Nilai Guna Langsung
1.202.505.810,00 13.367.117,00
90.97 Nilai Guna Tidak
Langsung 78.276.380,00
870.124.00 5.92
Nilai Pilihan Biodiversitas
1.625.260,00 18.066,00
0.12 Nilai Keberadaan
39.440.520,00 438.423,00
2.98
Total Economic Value TEV
1.321.847.970,00 14.693.730,00
100.00 Sumber: data primer 2012
Tabel 16 menunjukkan bahwa komponen nilai guna langsung dari kawasan HCVA PT. IIS Kebun Buatan diestimasi sebesar Rp 13.367.117,00 per
hatahun atau sebanyak Rp 1.202.505.810,00 per tahun. Nilai guna langsung merupakan komponen pembentuk nilai ekonomi total dengan kontribusi terbesar
90.97. Nilai tersebut tentu saja memberikan kontribusi terbesar pada penjumlahan TEV HCVA PT. IIS Kebun Buatan yang disebabkan karena
tingginya penggunaan sumberdaya air yang dihasilkan oleh sungai Laniago dan Kerinci untuk kebutuhan dua pabrik dan pemukiman karyawan. Nilai guna tidak
langsung diestimasi sebesar Rp 78.276.380,00 per tahun dan nilai pilihan hanya sebesar Rp 1.625.260,00 per tahun, sedangkan nilai keberadaan sebesar
Rp 39.440.520,00 per tahun WTP masyarakat. Nilai Ekonomi Total TEV HCVA di perusahaan perkebunan kelapa sawit PT. IIS Kebun Buatan sebesar
Rp 1.321.847.970,00 per tahun atau sebesar Rp 14.693.730,00 per hatahun. Nilai-nilai tersebut sebagian besar bersifat potensial. Nilai aktual dari TEV
HCVA hanya pada aliran barang dan jasa yang sudah diperdagangkan atau memiliki harga pasar seperti rotan, ikan, dan madu. Nilai aktual dari aliran barang
dan jasa ekosistem HCVA hanya sebesar 8.11 dari nilai TEV atau rata-rata sebesar Rp 107.160.000,00 per tahun, padahal TEV HCVA sebesar
Rp 1.321.847.970,00 per tahun. Nilai-nilai tersebut berasal dari hasil hutan bukan kayu dan sekitar kawasan riparian seperti ikan, rotan, dan madu. Nilai ekonomi
potensial adalah selisih antara nilai ekonomi total dengan nilai aktual Rp 1.214.687.970,00 per tahun atau dengan kata lain nilai potensial dari TEV
HCVA sebesar 91.89 dari nilai ekonomi total. Perspektif perusahaan menunjukkan baik nilai aktual maupun nilai potensial, nilai ekonomi tersebut
tidak memberikan penerimaan langsung bagi perusahaan. Nilai tersebut adalah marginal social benefit
atas keberadaan HCVA. Nilai tersebut merupakan keuntungan sosial bagi masyarakat sekitar perusahaan.
5.4 Analisis Finansial Pengelolaan HCVA di Perkebunan Kelapa Sawit
Analisis finansial bertujuan untuk menilai apakah suatu kegiatan tertentu dilaksanakan layak secara finansial, atau dapat memberikan keuntungan finansial
bagi perusahaan yang bertujuan untuk memaksimumkan keuntungan. Pengambilan keputusan berdasarkan penilaian kelayakan suatu kegiatan, sangat
penting untuk turut memperhitungkan semua biaya dan manfaat yang relevan danatau benar terjadi sebagai akibat pelaksanaan kegiatan dalam hal ini
pengelolaan HCVA. Kriteria kelayakan finansial suatu kegiatan pengelolaan HCVA ditunjukan
oleh nilai NPV net present value dan BC ratio Benefit-Cost Ratio atau IRR Internal Rate of Return. Nilai NPV, BC ratio dan IRR sesungguhnya saling
berhubungan satu sama lainnya. Kegiatan pengelolan HCVA dikatakan layak secara finansial menguntungkan bagi perusahaan bila nilai NPV-nya positif.
Nilai NPV positif artinya nilai BC ratio-nya lebih besar dari satu, dan nilai IRR- nya lebih besar dari tingkat suku bunga diskonto discount rate yang
dipergunakan dalam perhitungan nilai NPV. Salah satu dari ketiga nilai tersebut dapat digunakan untuk mengambil keputusan apakah kegiatan pengelolaan HCVA
akan menguntungkan layak atau tidak secara finansial. Kelayakan finansial ditunjukkan oleh nilai NPV. Keseluruhan manfaat yang dihasilkan selama jangka
waktu umur kegiatan lebih besar daripada keseluruhan biaya investasi, maka nilai NPV positif. Artinya, pengelolaan HCVA secara finansial layak untuk
dilaksanakan karena dapat memberikan keuntungan finansial bagi perusahaan. Asumsi dan data hipotetik yang digunakan sebagai kasus dasar untuk
perhitungan analisis finansial pekebunan kelapa sawit di perusahaan PT. IIS Kebun Buatan terkait pilihan pengelolaan HCVA dengan menggunakan data
sebagai berikut:
a. Luas kebun kelapa sawit 25.020 ha dengan komposisi 16.495 untuk kebun kelapa sawit inti dan plasma dan 8.525 ha untuk lahan pangan, pabrik,
emplasemen dan sarana prasarana. b. Luas HCVA PT. IIS Kebun Buatan sebesar 89.96 ha atau luas areal produktif
kelapa sawit menjadi 16.405,04 ha. c. Perhitungan finansial dibatasi pada manfaat produksi TBS. Produksi TBS
menggunakan Nurrochmat et al. 2012 dan Boer et al. 2012. d. Biaya investasi pembangunan pabrik kelapa sawit, biaya pengolahan TBS
menjadi CPO dan KPO, biaya pengangkutan CPO dan KPO dari lokasi PKS ke pelabuhan ekspor, dan biaya overhead tidak dimasukkan dalam analisis.
e. Sebagian besar data untuk analisis bersumber Nurrochmat et al. 2012 dan
Boer et al. 2012. Kedua data tersebut merupakan data corporate adjusted yang sudah diverifikasi dan disesuaikan dengan berbagai data yang bersumber
dari perusahaan yang disajikan dalam Tabel 17. Analisis finansial ini akan membandingkan kelayakan pengelolaan with
HCVA dan without HCVA dengan menggunakan data simulasi dari kajian
Nurrochmat et al. 2012 dan Boer et al 2012 yang telah disesuaikan dengan hasil kajian HCV bersama Tim HCV Fahutan IPB. Analisis ini juga menggunakan
biaya pengelolaan HCVA dan TEV HCVA PT. IIS Kebun Buatan. Semua biaya yang dikeluarkan dan manfaat yang diterima oleh perusahaan
dalam pelaksanaan kegiatan proyek perkebunan kelapa sawit diidentifikasi dan dicatat secara rinci setiap tahun selama umur proyek. Lampiran 2 memperlihatkan
arus masuk inflow dan arus keluar outflow perkebunan PT. IIS Kebun Buatan 25.020 ha selama satu siklus. Lampiran 2 juga memperlihatkan aliran kas cash-
flow proyek investasi perkebunan kelapa sawit selama jangka waktu umur
perkebunan. Aliran kas terdiri dari aliran pengeluaran outflow, yaitu semua biaya per tahun, dalam nilai uang, yang dikeluarkan oleh perusahaan selama
pelaksanaan kegiatan, dan aliran penerimaan inflow, yaitu semua penerimaan per tahun, dalam nilai uang, yang diterima oleh perusahaan dari pelaksanaan kegiatan
perkebunan kelapa sawit, yaitu dari tahun ke-0 initial year sampai dengan tahun ke-25.
Tabel 17. Asumsi biaya dan manfaat dalam perhitungan analisis finansial
Asumsi Value RpHa
Nilai RpSiklus A.Biaya
1. Perencanaan
Investasi
a. Feasibility study FS
Biaya FS dikeluarkan pada initial year t-0
60.000,00 300.000.000,00
b. Permit Periijinan
HGU 40.000,00
200.000.000,00 c. Area boundary
arrangement Dikeluarkan pada initial year t-0
60.000,00 300.000.000,00
d. Kajian AMDAL Implementasi hasil kajian AMDAl 60.000,00
300.000.000,00 e. Akuisisi lahan
4.000.000,00 100.080.000.000,00
f. Biaya Sertifikasi
Biaya sertifikasi dikeluarkan pada tahun ke-2
40.000,00 200.000.000,00
2. Tanaman
perkebunan
a. Penanaman Benih unggul dan input pupuk,
pestisida, dan insektisida berkualitas baik
34.344.000,00 859.286.880.000,00
b. Pemeliharaan tanaman
Pemeliharaan baik 170.457.900,00
2.796.368.667.816,00
3. Infrastruktur
a. Jalan Biaya jalan dikeluarkan pada tahun
pada initial year t-0 3.941.600,00
305.344.080.000,00 b. Jembatan
Biaya jembatan dikeluarkan pada tahun pada initial year t-0
1.018.800,00 5.094.000.000,00
c. Bangunan- bangunan
Biaya bangunan dikeluarkan pada tahun pada initial year t-0
694.000,00 3.470.000.000,00
d. Perumahan staf Biaya perumahan dikeluarkan pada
tahun pada initial year t-0 894.000,00
1.740.000.000,00 e. Perumahan
tenaga kerja Biaya perumahan dikeluarkan pada
tahun pada initial year t-0 2.730.000.000,00
f. Pemanenan Biaya pemanenan dipengaruhi oleh
volume produksi, teknologi, peralatan kualitas tinggi dan upah
tenaga kerja 61.467.285,00
1.008.373.271.680,00 g. Upah dan gaji
Rata-rata Upah tenaga kerja 1.007.406,00
125.925.690.000,00 h. Corporate
Social responsibility
Tanggung jawab dan kewajiban 20.000,00
2.500.000.000,00 i.
Kajian HCVA Biaya kajian HCVA dikeluarkan
pada initial year t-0. Biaya kajian Rp 200.000.000,00 per areal
200.000.000,00 per areal
200.000.000.00,00
j. Biaya
pengelolaan dan pemantauan
Biaya pengelolaan Rp 354.750.000,00 per areal
HCVA dan Rp 361.000.000,00 pada t-1 s.d t-25 sama. Termasuk :
Kebutuhan gaji tambahan additional salary dan tambahan
staf pengelolaan 715.750.000,00
per arealtahun 9.379.750.000,00
B. Manfaat
TBS Normal Rata-rata produksi 21.38 tonha.
Harga Rp 1.454.73,00 kg 34.231.185,00
Ha 12.961.177.075.812,00
Sumber: Boer et al. 2012 dan Nurrochmat et al. 2012 dan PT. IIS KB 2011
Total biaya per tahun untuk pelaksanaan kegiatan perkebunan kelapa sawit merupakan penjumlahan dari semua pengeluaran dalam kurun waktu satu tahun
tertentu untuk melaksanakan kegiatan sesuai dengan jadwal pelaksanaan kegiatan. Biaya-biaya yang harus dikeluarkan oleh perusahaan dalam pelaksanaan kegiatan
proyek diantaranya adalah 1 perencanaan dan investasi yang terdiri dari feasibility study
, permit, AMDAL, pemetaan, akuisisi lahan, dan kajian sertifikasi, 2 plantation yang terdiri atas planting pembibitan, land clearing, cover crop,
planting , dan planting care, operation dan maintenance, 3 infrastruktur yang
terdiri atas jalan, jembatan, bangunan, perumahan karyawan, kantor, pemanenan dan transportasi, gaji, corporate social responsibility, dan biaya pengelolaan
HCVA yang telah disebutkan dalam Tabel 17. Pengeluaran biaya proyek dimulai dari tahun ke-0, yaitu mulai dari tahapan pengurusan ijin dan pembukaan lahan;
biaya pada tahun ke-1 berupa biaya investasi tanaman kelapa sawit, dan berbagai pengeluaran biaya lainnya, sesuai dengan rencana kegiatan proyek sampai dengan
tahun ke-25. Total manfaat per tahun yang diterima dari pelaksanaan kegiatan
perkebunan kelapa sawit merupakan penjumlahan dari semua penerimaan dalam kurun waktu satu tahun tertentu time horizon, selama jangka waktu umur
kegiatan. Penerimaan dalam nilai uang, diperoleh dari hasil penjualan Fresh Fruit Bunch
atau Tandan Buah Segar TBS yang dijual di pasar domestik yang diekspor dengan menggunakan harga hipotetik. Tanaman kelapa sawit baru mulai
menghasilkan TBS pada tahun ke-3 gestation period 3 years, sehingga penerimaan proyek dari hasil penjualan TBS baru mulai dihasilkan pada tahun ke-
3, kemudian terus berlanjut sampai dengan tahun ke-25. Gambar 10 memperlihatkan grafik total pengeluaran dan penerimaan
perusahaan perkebunan kelapa sawit selama jangka waktu umur kegiatan 25 tahun. Pengeluaran perusahaan sampai dengan tahun ke-4 lebih besar
dibandingkan dengan penerimaan perusahaan. Periode investasi tanaman kelapa sawit, yaitu pada tahun ke-0 sampai dengan tahun ke-2, perusahaan harus
mengeluarkan biaya investasi dan belum memperpoleh penerimaan. Tahun ke-9 s.d ke-13 produksi TBS mencapai produksi optimum kemudian berangsur-angsur
menurun sampai pada produksi pada tahun-25. Penerimaan total perusahaan yang
berasal dari penjualan TBS, mulai tahun ke- 3 sampai dengan tahun ke-25, rata- rata total penerimaan per tahun sebesar Rp 499.492.239.907,00 per tahun. Rata-
rata total biaya produksi selama jangka waktu umur kegiatan sebesar Rp 201.271.176.121,00 per tahun. Total penerimaan sepanjang siklus sebesar
Rp 12.986.798.237.588,00 dan total biaya Rp 5.233.076.579.152,00.
Gambar 10. Total penerimaan dan pengeluaran per tahun Hasil perhitungan analisis finansial secara detail disajikan dalam Lampiran
2, dengan tingkat suku bunga diskonto discount rate sebesar 15. Kelayakan pembangunan perkebunan kelapa sawit PT. IIS Kebun Buatan with and without
HCVA disajikan dalam Tabel 18. Hasil perhitungan analisis finansial untuk pilihan
without HCVA memberikan nilai NPV sebesar Rp 667.346.030.004,00 per siklus
IRR sebesar 43.29 dan BCR sebesar 1.38. Hal sebaliknya, jika perusahaan sawit PT. IIS Kebun Buatan melakukan pengelolaan with HCVA+0.35, maka
secara finansial perusahaan tersebut juga sangat menguntungkan dan layak dengan nilai NPV sebesar Rp 664.005.845.480,00 per siklus dan nilai IRR sebesar
43.21 dan BCR sebesar 1.38. Hal yang sama terjadi dengan pilihan with HCVA tanpa premium price, juga sangat menguntungkan dengan nilai NPV sebesar
Rp 655.616.430.602,00 BCR sebesar 1.38 dan IRR sebesar 43.03. Pilihan pengelolaan perkebunan kelapa sawit without HCVA dan with HCVA+0.35
menunjukkan adanya selisih penerimaan sebesar Rp 3.340.184.524,00 per siklus 3.34 milyar rupiah per siklus.
1E+11 2E+11
3E+11 4E+11
5E+11 6E+11
7E+11 8E+11
9E+11
1 2 3 4 5 6 7 8 9 1011121314151617181920212223242526
Rup iah
T ah
u n
Total Pengeluaran dan Penerimaan Perusahaan
Penerimaan Pengeluaran