1.5 Kerangka Pemikiran
Isu keberlanjutan yang dimobilisasi oleh lembaga pemerhati lingkungan dan konservasi yang berkembang di dalam perkebunan kelapa sawit mendorong
para pengusaha, investor, pebisnis, pedagang dan industri untuk mengembangkan mekanisme bersama dalam pengelolaan perkebunan kelapa sawit secara
berkelanjutan. Salah satu mekanisme yang ditempuh dengan mengembangkan kerangka kerja pengelolaan perkebunan kelapa sawit berkelanjutan dengan
membentuk organisasi sertifikasi kelapa sawit. RSPO merupakan organisasi pertama yang bertanggung jawab dalam mengembangkan mekanisme global
private governance dalam pengelolaan perkebunan kelapa sawit berkelanjutan.
Peningkatan produksi melalui ekstensifikasi banyak mendapat sorotan terutama di kalangan Non Government Organization NGO internasional karena perluasan
perkebunan kelapa sawit dianggap sebagai penyebab penebangan hutan yang selanjutnya menghilangkan lahan hutan yang bernilai konservasi tinggi dan
meningkatkan emisi gas rumah kaca. Mekanisme RSPO diharapkan mampu untuk mewujudkan pembangunan perkebunan kelapa sawit berkelanjutan. Organisasi
tersebut juga mempersyaratkan prinsipkriteria yang menjadi landasan dalam pengelolaan perkebunana kelapa sawit yang dimanifestasikan dalam bentuk
perlindungan dan pelestarian pada kawasan lindung yang bernilai konservasi tinggi HCVAKBKT.
Keberadaan HCVA memberikan dampak yang nyata bagi usaha perkebunan kelapa sawit. Dampak keberadaan HCVA terkait dengan tambahan
biaya pengelolaan HCVA dan perubahan penerimaan bagi perusahaan perkebunaan kelapa sawit akibat penurunan produksi Tandan Buah Segar TBS.
Dampak tambahan biaya dan kehilangan penerimaan karena penurunan produksi TBS akibat pengelolaan HCVA tentu saja akan mengurangi laba profit bagi
perusahaan perkebunan. Dampak langsung pengelolaan HCVA bagi perusahaan berupa kehilangan
pendapatan karena berkurangnya areal produksi kelapa sawit, sehingga produksi TBS kelapa sawit berkurang. Dampak langsung bagi masyarakat berupa
berkurangnya pendapatan dari pekerjaan di kebun kelapa sawit pada areal yang dijadikan HCVA. Pengelolaan HCVA juga berdampak tidak langsung terhadap
ekonomi wilayah karena kehilangan produksi TBS yang memiliki efek pengganda multiplier effect
Di samping berdampak langsung pada penurunan profit, sebenarnya pengelolaan HCVA juga memiliki potensi ekonomi yang dapat memberikan
tambahan keuntungan bagi perusahaan melalui premium price dan keuntungan ekonomi bagi masyarakat dengan keberadaan HCVA. Keberadaan HCVA di
perkebunan kelapa sawit memberikan penerimaan ekonomi bagi perusahaan yang sifatnya masih potensial. Nilai ekonomi pengelolaan HCVA belum banyak
diketahui karena belum ada inisiatif global maupun pengusaha perkebunan kelapa sawit untuk melakukan estimasi valuasi ekonomi dari HCVA, padahal kawasan
perkebunan yang telah memiliki HCVA memiliki potensi barang dan jasa ekosistem seperti pengatur, pendukung, dan budaya yang bernilai ekonomi
tinggi. Dampak keberadaan HCVA dari sisi penerimaan baik dari perspektif
ekologi maupun ekonomi dapat ditangkap captured untuk menentukan nilai dari premium price
dengan menggunakan skema payment environmental service PES yang dikembangkan oleh Pagiola. Formulasi PES berupa selisih antara pilihan
pengelolaan perkebunan kelapa sawit tanpa HCVA without HCVA dengan pilihan dengan HCVA with HCVA. Premium price merupakan kompensasi
harga bagi perusahaan perkebunan kelapa sawit yang melakukan sertifikasi RSPO dengan mempersyaratkan pengelolaan HCVA.
Penelitian ini mencoba menganalisa kelayakan finansial dan dampak ekonomi pengelolaan perkebunan kelapa sawit dengan with HCVA dan without
HCVA pengelolaan HCVA dengan cara membandingkan benefit dan cost yang
bersifat aktual maupun potensial yang dihasilkan dari keberadaanya. Analisis dampak ekonomi dilakukan dengan menginternalisasikan tambahan biaya,
pengurangan penerimaan sebagai akibat langsung bagi perusahaan maupun masyarakat karena pengurangan lahan kebun produktif, dan nilai ekonomi total
Total Economic ValueTEV akibat pengelolaan HCVA. Analisis finansial digunakan untuk menunjukkan berapa nilai kerugiankehilangan pendapatan dari
pilihan pengelolaan with dan without HCVA. Analisis ini diperlukan karena perusahaan merupakan pelaku utama dalam pengelolaan HCVA, dimana sifatnya