Meningkatkan dukungan untuk premium price yang rasional dan wajar

VI. KESIMPULAN DAN SARAN

6.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil pembahasan yang telah dikemukakan dapat disimpulkan bahwa: 1. Estimasi Total Economic Value TEV HCVA di perusahaan perkebunan kelapa sawit PT. IIS Kebun Buatan sebesar Rp 1.321.847.970 per tahun atau sebesar Rp 14.693.730,00 per hatahun. Komponen nilai guna langsung dari kawasan HCVA PT. IIS Kebun Buatan diestimasi sebesar Rp 1.202.505.810,00 per tahun atau sebanyak Rp 13.367.117,00 per hatahun, nilai guna tidak langsung diestimasi sebesar Rp 78.276.380,00 per tahun dan nilai pilihan biodiversitas hanya sebesar Rp 1.625.260,00 per tahun, sedangkan nilai keberadaan sebesar Rp 39.440.520,00 per tahuan WTP masyarakat. Nilai ekonomi total merupakan nilai potensial, bukan nilai aktual. Oleh karena itu diperlukan skema trading mechanism untuk menangkap nilai tersebut dalam rangka mengaktualisasikan nilai TEV HCVA tersebut. 2. Analisis finansial pilihan pengelolaan with dan without HCVA di perkebunan kelapa sawit PT. IIS Kebun Buatan discount factor 15 menunjukkan nilai NPV positif atau layak secara finanasial. Analisis finansial PT. IIS Kebun Buatan memberikan nilai NPV sebesar Rp 667.346.030.004,00 per siklus IRR sebesar 43.29 dan BCR sebesar

1.38 untuk pilihan without HCVA. Pilihan pengelolaan with HCVA non

Premium price secara finansial juga sangat menguntungkan dengan nilai NPV sebesar Rp 655.616.430.602,00 per siklus dan nilai IRR sebesar 43.03 dan BCR 1.38, sedangkan with HCVA+0.35 memberikan NPV sebesar Rp 664.005.845.480,00 per siklus IRR sebesar 43.21 dan BCR sebesar 1.38. Pilihan pengelolaan antara without HCVA dan with HCVA menunjukkan adanya selisih penerimaan sebesar Rp 11.729.599.402,00 per siklus, sedangkan dengan with HCVA+0.35 memiliki selisih sebesar Rp 3.340.184.524,00 per siklus. Hasil perhitungan menunjukkan nilai premium price yang rasional dan wajar adalah sebesar 0.49. Pilihan pengelolaan with HCVA+0.49 akan menghasilkan NPV sebesar 667.361.611.431.00 per siklus, dengan demikian gap antara with HCVA+0.49 dengan without HCVA sebesar Rp 15.581.427,00 per siklus. Nilai ini wajar dan rasional pada kasus PT.IIS Kebun Buatan, karena luasan HCVA yang ada relatif kecil, yaitu sebesar 0.55 dari total luas area produktif. Premium price sebesar 0.49 lebih besar dari premium price yang ada dipasaran saat ini 0.35. Analisis dampak ekonomi yang disebabkan oleh pengelolaan HCVA adalah hilangnya pendapatan masyarakat diestimasi sebesar Rp 410.040.000,00 per siklus dan penyerapan tenaga kerja sebanyak 13 orang yang dapat diestimasi sebesar Rp 1.048.752.000,00 per siklus di perkebunan PT. IIS Kebun Buatan. Internalisasi TEV HCVA, biaya HCVA, dan dampak ekonomi sangat berpengaruh terhadap hasil analisis biaya manfaat pengelolaan HCVA. Jika ketiga komponen manfaat dan biaya tersebut diinternalisasikanturut diperhitungkan dalam analisis biaya manfaat dengan Discount Factor sebesar 15 akan menghasilkan net benefit positif untuk pilihan with HCVA+0.35. Sebaliknya jika ketiga komponen nilai tersebut jika tidak diinternalisasikan akan menyebabkan nilai net benefit with HCVA+0.35 lebih rendah dibandingkan pilihan without HCVA. Dengan demikian premium price 0.35 merupakan nilai kompensasi yang belum wajar dan layak bagi perusahaan yang melakukan pengelolaan HCVA. 3. Perusahaan kelapa sawit PT. IIS Kebun Buatan sensitif dengan gejolak perubahan penurunan harga dan kenaikan biaya untuk semua pilihan pengelolaan. Perubahan penurunan harga sebesar 10 menyebabkan penurunan NPV untuk semua pilihan pengelolaan rata-rata sebesar 36.25 dengan penurunan NPV tertinggi untuk pilihan without HCVA 37. Perubahan kenaikan harga sebesar 10 mengalami dampak penurunan NPV rata-rata sebesar 26.25 dengan penurunan NPV tertinggi untuk pilihan without HCVA sebesar 27. Perkebunan kelapa sawit PT. IIS Kebun Buatan sangat sensitif dengan perubahan penurunan harga, dibandingkan perubahan kenaikan biaya produksi. 4. Analisis stakeholder menempatkan Perusahaan Perkebunan Kelapa Sawit, Sawit Watch dan GAPKI sebagai key player dalam pengelolaan HCVA.