Urgensi Pengelolaan HCVA dalam RSPO
private governance tata kelola perusahaan dunia dalam memproduksi produk
ramah lingkungan. Pelembagaan private governance yang muncul dalam beberapa rantai komoditas global seperti minyak kelapa sawit lebih dari tiga
dekade. Bentuk spesifik global private governance adalah “Rountable” yang
diwujudkan dalam RSPO Schouten and Galsbergen 2011. Inisiatifnya tidak hanya didorong oleh kalangan industri dan organisasi konservasi tetapi juga
melibatkan kelompok keadilan sosial Cholchester et al. 2006. Pembangunan sub sektor perkebunan kelapa sawit saat ini disepakati agar pembangunan
dilaksanakan dengan cara berkelanjutan melalui RSPO HCV-RIWG 2009. Agus 2011 menyebutkan bahwa pengelolaan perkebunan kelapa sawit
bersertifikat memilik implikasi kebijakan. Beberapa tujuan konservasi berimplikasi terhadap biaya yang sangat besar bagi negara penghasil. Konservasi
hutan dengan HCV bisa dilihat sebagai kehilangan kesempatan mendapatkan keuntungan pada lahan yang dikonservasi tersebut. HCVA dan konservasi karbon
pada umumnya merupakan public goods dimana konservasi karbon dan HCV seharusnya menjadi tanggungan masyarakat global. Konservasi hutan HCV
seyogyanya mendapat perhatian, selama tidak mempengaruhi produksi dan pembangunan ekonomi secara signifikan. Urgensi RSPO dalam pengelolaan
HCVA merupakan mekanisme bersama antar multistakeholder untuk menangkap
isu lingkungan dalam pengelolaan perkebunan kelapa sawit.
RSPO mempersyaratkan
bahwa untuk
mendapatkan sertifikasi
pengelolaan yang keberlanjutan dari RSPO, pembangunan perkebunan baru harus menghindari konversi kawasan yang diperlukan untuk mengelola HCV yang ada.
Sertifikasi RSPO secara formal tidak terikat dengan negara atau bersifat sukarela voluntary. Prinsip ke-2 HCVA menyatakan bahwa perusahaan yang
tersertifikasi RSPO harus mematuhi hukum dan peraturan lokal, nasional dan internasional Tabel 1. Cara ini menunjukkan bahwa RSPO dapat dilihat sebagai
salah satu jalan untuk endukung sistem legalitas yang berdasarkan negara, sekaligus untuk mendapatkan legitimasi dari negara Schouten and Galsbergen
2011.
Tabel 1. Prinsip dan kriteria RSPO terkait HCVA
Prinsip Prinsip 5. Tanggungjawab lingkungan
hidup dan konservasi sumberdaya alam serta keanekaragaman hayati
Prinsip 7. Pengembangan perkebunan baru yang bertanggungjawab
Kriteria Kriteria 5.2 Membangun pemahaman
tentang spesies dan habitat tumbuhan dan hewan yang berada di alam dan sekitar
areal penanaman. Kriteria 5.3 Rencana dikembangkan,
diimplementasikan dan dipantau untuk menangani keragaman biota di dalam dan
sekitar areal penanaman Kriteria 7.3 Penanaman baru sejak
tanggal diterapkannya kriteria RSPO belum menggantikan hutan primer atau
setiap daerah yang mengandung satu atau lebih nilai-nilai tinggi pelestarian.
Kriteria 7.4 Dilarang mengembangkan perkebunan di dataran yang curam,
danatau di pinggir serta tanah yang rapuh