Pengelolaan HCVA membutuhkan partisipasi multi pihak.

ditangkap dengan menggunakan mekanisme perdagangan trading mechanisme yang sudah ada seperti PES Payment Environemntal Services. Hasil wawancara dengan narasumber manajemen perusahaan perkebunan PT. IIS Kebun Buatan menyatakan bahwa skema capturing TEV HCVA yang paling potensial dan memungkinkan untuk bisa diimplementasikan adalah melalui mekanisme PES. Mekanisme PES awalnya diperkenalkan oleh Pagiola dengan melihat resultan dari perbandingan nilai dari suatu kawasan hutan jika dikonservasi atau dikonversi. Formula penentuan PES yang dirumuskan oleh Pagiola sebagai berikut: Minimal Nilai Kompensasi PES = Nilai Konversi – Nilai Konservasi Maksimum Nilai Kompensasi PES = TEV HCVA Penentuan nilai Payment Environmental Services dalam tataran prakteknya berupa nilai kompensasi. Nilai kompensasi ini dihasilkan dari pengurangan nilai konversi dengan nilai konservasi atau jika suatu kawasan dipertahankan. Formula di atas menunjukkan bahwa minimal nilai kompensasi sebagai manifestasi nilai Payment Environmental Services adalah selisih antara nilai konversi dengan nilai konservasi. Kawasan yang dipertahankan keberadaannya atau dikonservasi karena suatu alasan dan kebutuhan untuk perlindungan dan pelestarian flora fauna memiliki besaran nilai minimum kompensasi yang semestinya diterima oleh palm oil grower perusahaan perkebunan. Nilai ini adalah selisih antara nilai konversi dengan nilai konservasi. Sebaliknya maksimum nilai PES adalah nilai dari konservasi. Nilai konservasi diasumsikan sebagai nilai TEV. Kalangan pengusaha perkebunan memahami bahwa kawasan yang dikonservasi dinilai tidak memberikan nilai ekonomi langsung bagi pengelola, padahal kawasan konservasi memiliki nilai ekonomi tinggi dari aliran barang dan jasa ekosistem yang dihasilkannya. Nilai ekonomi dari kawasan konservasi tidak bersifat nilai aktual. Hal ini dikarenakan kawasan konservasi umumnya menghasilkan aliran barang dan jasa yang belum memiliki harga pasar atau belum diperdagangkan di pasar. Valuasi nilai konservasi didekati dari nilai ekonomi total TEV suatu kawasan baik yang bersifat tangible maupun intangible atau mengacu pada penjumlahan berbagai nilai langsung maupun nilai tidak langsung serta nilai non guna. Nilai-nilai tersebut terefleksikan dalam teori nilai ekonomi total yang dikemukan oleh Barbier 1991 dan Pierce 2001. Hasil perhitungan pada analisis biaya manfaat tanpa memasukkan nilai ekonomi potensial TEV HCVA menunjukkan bahwa pilihan with HCVA tanpa premium price memberikan nilai manfaat bersih net benefit sebesar Rp 655.616.430.602,00 per siklus dan nilai without HCVA sebesar Rp 667.346.030.004,00 per siklus dengan selisih sebesar Rp 11.729. 599.402,00 per siklus. Nilai ekonomi untuk with+0.35 memberikan net benefit sebesar Rp 664.005.845.480,00 per siklus. Selisih net benefit antara nilai konversi without HCVA dengan nilai with +0.35 sebesar Rp 3.340.184.524,00 per siklus. Hal ini menunjukkan bahwa secara ekonomi pilihan without HCVA+ 0.35 ternyata belum mampu untuk menutup biaya korbanan dari perusahaan untuk pengelolaan HCVA. Harga kompensasi premium price sebesar 0.35 belum mampu memberikan economic return yang fair dan rational bagi perusahaan perkebunan kelapa sawit PT. IIS Kebun Buatan. Skema capturing TEV HCVA harusnya mampu meng-cover selisih sebesar Rp 11.729. 599.402,00 per siklus atau Rp 3.340.184.524,00. Nilai tersebut merupakan profit yang hilang atas pengelolaan HCVA. Jika diasumsikan bahwa nilai premium price +0.35 sebagai bentuk PES, menunjukkan nilai tersebut juga masih tidak fair dan rasional karena nilai premium price tersebut hanya mampu menutup kerugiankehilangan keuntungan sebanyak 71.52. Nilai konversi dalam kasus ini adalah nilai ekonomi suatu kawasan jika dikonversi menjadi lahankawasan kebun yang produktif kelapa sawit atau tanpa pengelolaan HCVA. Pertanyaan selanjutnya siapa yang akan memberikan nilai kompensasi tersebut? Payment Enviromental Services PES atau Pembayaran Jasa Lingkungan PJL adalah instrumen berbasiskan pasar untuk tujuan konservasi, berdasarkan prinsip bahwa siapa yang mendapatkan manfaat dari jasa lingkungan adalah mereka yang harus membayar, dan siapa yang menghasilkan jasa tersebut harus dikompensasi. Gambar 15. Skema ilustrasi PES Pagiola Mekanisme PES menunjukkan bahwa penerimaan pembayaran tergantung dari kemampuan mereka untuk menyediakan jasa lingkungan yang diinginkan atau melakukan suatu kegiatan yang sifatnya dapat menghasilkan jasa lingkungan. Mekanisme PES juga didefinisikan oleh Wunder 2005 yang menyebutkan PES sebagai Transaksi sukarela dari jasa lingkungan yang terdefinisikan dengan jelas, atau pemanfaatan lahan yang dapat menjamin jasa tersebut, dibeli oleh paling tidak oleh satu pemanfaat jasa lingkungan, dari minimum satu penyedia jasa lingkungan, jika dan hanya jika penyedia dapat menjamin suplai yang terus menerus dari jasa lingkungan tersebut Merupakan persyaratan atau kondisionalitas. PES pada dasarnya merupakan skema yang bertujuan untuk menyediakan jasa lingkungan yang selama ini dianggap semakin mengalami degradasi, akibat kurangnya apresiasi masyarakat terhadap nilai dari jasa lingkungan, dan juga kurangnya mekanisme kompensasi. HCVA merupakan sebuah area yang memiliki nilai konservasi tinggi yang memiliki fungsi ekologis yang beragam sesuai dengan tipe ekosistem yang ada. Aliran barang dan jasa ekosistem belum memiliki nilai pasar, sehingga meyebabkan keberadaan HCVA hanya sebagai sebuah kawasan yang tidak bisa mendatangkan manfaat yang aktual bagi perusahaan perkebunan. Usaha perkebunan kelapa sawit merupakan usaha komersial yang sebagian besar berorientasi pada kegiatan ekspor untuk memenuhi permintaan pasar global. Minimal Nilai PES Maksimum Nilai PES TEV HCVA Rp 9.87 milyarsiklus TEV HCVA Rp 9.87 milyarsiklus Nilai Konversi without HCVA Rp 667,35 milyar siklus Nilai Konservasi With HCVA non PP Rp 655,62 milyarsiklus Gap Rp 11.73 milyarsiklus