Skenario Tanpa TEV dan Dampak Ekonomi

dilakukan, sedangkan GAPKI sebagai asosiasi pengusaha kelapa sawit Indonesia memiliki kepentingan sangat kuat terkait pembangunan perkebunan kelapa sawit berkelanjutan. Dukungan kuat GAPKI terlihat dari kebijakan mereka membebaskan anggotanya memiliki sertifikat ganda bahkan lebih dari dua. Anggota GAPKI yang mengimplementasikan pengelolaan HCVA akan mendapatkan predikat baik sehingga akan menjadi keuntungan pencitraan bagi GAPKI. Sawit Watch juga memiliki tingkat kepentingan yang tinggi sebagai bentuk pertanggungjawaban sosial sebagai organisasi LSM yang tergabung dalam RSPO untuk mengawal pengelolaan HCVA di perkebunan kelapa sawit Indonesia, sedangkan Komisi Sawit Indonesia memiliki nilai kepentingan yang rendah karena lembaga tersebut tidak mengenal terminologi HCVA dalam sertifikasi ISPO yang mereka kembangkan. Beberapa stakeholders memiliki tingkat kepentingan yang tinggi terhadap pengeloaan HCVA, namun tidak semuanya memiliki pengaruh dalam mensukseskan implementasi pengelolaan HCVA di perkebunan kelapa sawit. Pengaruh stakeholder terhadap pengelolaan HCVA dapat dilihat pada Tabel 32. Tabel 32. Penilaian tingkat pengaruh stakeholder No Stakeholders P1 P2 P3 P4 P5 Nilai 1. Perusahaan sawit 3 5 2 4 5 19 2. Komisi Sawit Indonesia 5 5 4 1 4 19 3. GAPKI 3 5 4 5 5 22 4. Sawit Watch 3 3 3 4 2 16 5. KUD Kebun Plasma 5 1 2 2 2 12 Keterangan : P1 = Tingkat keterlibatan P2 = Perankontribusi dalam pembuatan keputusan P3 = Hubungan dengan stakeholder lain P4 = Dukungan SDM P5 = Dukungan finansial Tabel 31 menunjukkan bahwa Perusahaan Perkebunan Kelapa Sawit dan Komisi Sawit Indonesia memiliki pengaruh yang besar dalam menyukseskan pembangunan perkebunan kelapa sawit berkelanjutan, sedangkan KUD Kebun Plasma memiiki pengaruh yang terkecil. Dengan mengkombinasikan Tabel 31 dan Tabel 32 maka dibuat ilustrasi mengenai tingkat kepentingan dan pengaruh masing-masing stakeholders dengan menggunakan stakeholder grid. Ilustrasi yang ditampilkan terdiri atas empat kuadran yang menggambarkan posisi masing-masing stakeholders dalam mendukung kebijakan pembangunan perkebunan secara berkelanjutan. Sebaran posisi stakeholders berdasarkan kepentingan dan pengaruh dalam kebijakan pembangunan perkebunan secara berkelanjutan melalui pengelolaan HCVA digambarkan pada Gambar 14. Gambar 14. Posisi stakeholder berdasarkan tingkat kepentingan Gambar 14 menunjukkan bahwa stakeholders yang termasuk ke dalam kelompok pemain kunci key players adalah Perusahaan Perkebunan Kelapa Sawit dan Sawit Watch serta GAPKI. Kelompok ini memainkan peranan yang sangat penting dalam menentukan kebijakan pembangunan perkebunan secara berkelanjutan. Perusahaan perkebunan kelapa sawit yang menempati posisi Key Player menunjukkan bahwa perusahaan merupakan pelaku dan pengelola utama HCVA, yang menjadi bagian persyaratan dalam sertifikasi RSPO. Posisi ini juga didukung keberadaan dan pengelolaan HCVA belum benar-benar diakui dan diakomodir dalam sertifikasi ISPO, sehingga pengelolaan HCVA bersifat sentralitik dan terbatas oleh Perusahaan dan Kebun Plasma yang akan melakukan sertifikasi RSPO. Kepentingan GAPKI juga terkait dengan membangun corporate image yang baik terkait pembangunan perkebunan kelapa sawit yang berkelanjutan dan ramah lingkungan di Indonesia dengan melakukan pengelolaan lingkungan yang baik dan benar sesuai dengan peraturan dan perlindungan yang berlaku. GAPKI compliance dengan sertifikasi ISPO namun sangat berkepentingan dalam membangun good corporate governance, yang biasanya menggunakan indikator pengelolaan lingkungan hidup yang bertanggung jawab dan pengelolaan 15 30 15 30 K e pent ing a n Pengaruh Perkebunan Kelapa sawit Komisi Sawit Indonesia Sawit Watch KUD Kebun Plasma GAPKI CONTEXT SETTTER CROWD SUBJECT KEY PLAYERS