200
1. Fungsi Pembuatan Undang-undang
Fungsi badan perwakilan rakyat yang mencirikan demokrasi modern ini memperkenalkan nama “badan legislatif” atau badan pembuat undang-undang
kepadanya. Bahkan tidak jarang fungsi pembuatan undang-undang seringkali dimengerti sebagai satu-satunya fungsi parlemen, padahal fungsi ini hanya salah satu
dari fungsi pokok lembaga perwakilan rakyat. Melalui fungsi ini lembaga perwakilan rakyat menunjukkan bahwa dirinya
sebagai wakil rakyat dengan mengumpulkan dan merumuskan aspirasi maupun kepentingan masyarakat yang diwakilinya ke dalam berbagai kebijaksanaan-
kebijaksanaan yang ditetapkan oleh lembaga perwakilan rakyat bersama-sama eksekutif. Oleh sebab itu, pada umumnya kepada badan ini diberikan hak inisiatif dan
hak amandemen untuk mewujudkan dirinya sebagai wakil rakyat. Akan tetapi persoalannya adalah semakin banyak kelompok-kelompok di luar
badan legislatif yang turut serta dan seringkali sangat kuat mempengaruhi proses pembuatan undang-undang. Bahkan dewasa ini telah menjadi gejala umum bahwa titik
berat di bidang legislatif telah banyak bergeser ke tangan eksekutif. Mayoritas dari perundang-undangan dirumuskan dan dipersiapkan oleh badan eksekutif, sedangkan
badan legislatif tinggal membahas dan mengamandemennya. Menurut Bagir Manan
315
, ada beberapa alasan yang menyebabkan prakarsa pembuatan undang-undang pada kebanyakan negara-negara ada pada eksekutif :
315
Bagir Manan, Dasar-dasar Perundang-undangan Indonesia, Jakarta: Ind-Hill Co., 1992, hlm. 47-48. Perhatikan juga Dahlan Thaib, Implementasi Sistem …, op.cit., hlm. 132.
Maezuki: Pengaruh Sistem Pemilihan Umum Terhadap Keterwakilan Politik Masyarakat pada DPRD-DPRD di Provinsi Sumatera Utara. USU e-Repository © 2008.
201
Pertama, jumlah anggota lembaga perwakilan rakyat yang besar, yang tidak ada ikatan struktural satu sama lain, sehingga tidak memudahkan untuk mencapai
kesepakatan-kesepakatan. Berbeda dengan pemerintah yang terikat secara struktural antara jabatan satu dengan yang lain, yang akan lebih memudahkan
mengambil keputusan. Kedua, anggota lembaga perwakilan rakyat pada umumnya adalah “generalis”
yang tidak begitu tertarik pada bidang-bidang khusus tertentu. Pada umumnya anggota lembaga perwakilan rakyat lebih tertarik pada aspek-aspek politis suatu
rancangan undang-undang dari pada aspek-aspek teknisnya. Hal ini akan mempengaruhi minat dan kesanggupan mereka untuk menyusun rancangan
undang-undang apalagi kalau menyangkut materi muatan yang membutuhkan pengetahuan khusus. Masalah ini dapat diatasi apabila di lembaga perwakilan
rakyat disediakan tenaga-tenaga ahli yang akan membantu anggota mengumpulkan dan menyiapkan bahan-bahan yang diperlukan.
Ketiga, lembaga perwakilan rakyat bukan pelaksana undang-undang, sehingga tidak segera mengetahui kekurangan atau kekosongan undang-undang.
Pemerintah yang sehari-hari melaksanakan undang-undang dapat segera mengetahui keperluan undang-undang baru dan ini mendorong untuk berinsiatif
menyusun dan mengajukan rancangan undang-undang.
Keterlibatan pihak-pihak luar dalam proses pembuatan undang-undang, dalam arti pengaruh, membuat peranan parlemen atau badan legislatif berbeda-beda antara
satu sistem politik dan sistem politik lainnya. Hubungan parlemen dengan badan eksekutif menentukan tingkat kemandirian parlemen.
Dalam sistem parlementer, kabinet dominan dalam pengajuan proposal undang- undang, maka parlemen kurang banyak berfungsi. Sedangkan dalam sistem
presidensial dalam mana parlemenkongres dipilih secara terpisah, maka kemandirian parlemen jauh lebih jelas dalam menentukan apakah sebuah rancangan undang-undang
dapat diterima, ditolak atau direvisi.
316
316
Bambang Cipto, op.cit., hlm. 15.
Maezuki: Pengaruh Sistem Pemilihan Umum Terhadap Keterwakilan Politik Masyarakat pada DPRD-DPRD di Provinsi Sumatera Utara. USU e-Repository © 2008.
202
Ini berarti dalam prakteknya pelaksanaan fungsi tersebut antara satu negara dengan negara lain berbeda. Ada kalanya negara menyerahkan sepenuhnya
pembentukan undang-undang kepada lembaga perwakilan rakyat, dan ada negara yang menyerahkan pada kerja sama antara badan perwakilan rakyat dengan pemerintah.
Di Indonesia badan yang membentuk undang-undang dilakukan secara bersama-sama antara pemerintah dengan lembaga perwakilan rakyat, sebagaimana
dikemukakan oleh Moh. Kusnardi dan Harmaily Ibrahim : Kekuasaan Presiden dalam bidang legislatif merupakan patner bagi Dewan
Perwakilan Rakyat, yang artinya Presiden bekerja sama dengan Dewan Perwakilan Rakyat dalam tugas legislatif yang antaranya adalah :
a.
membuat undang-undang b.
menetapkan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara.
317
2. Fungsi Anggaran Keuangan