Teori dan Sistem Pemilihan Umum

kemasyarakatan, partai politik dan lembaga perwakilan rakyat sampai kepada sistem perwakilan politik yang otonom dan fungsional. Selain dari itu, kesempatan untuk berpartisipasi dalam politik terbuka luas bukan saja karena sumber daya politik terdistribusi secara relatif, akan tetapi juga karena terbukanya akses masyarakat luas terhadap saluran dan mekanisme komunikasi politik. Dalam rangka pembangunan politik lewat pematangan wadah partisipasi politik secara menyeluruh, dapat dikembangkan institusi politik, basis sosial, dan proses partisipasi politik menuju demokrasi secara menyeluruh dan kait mengkait. Secara praksis pengembangan pewadahan partisipasi politik itu terdiri dari memandirikan dan memfungsikan lembaga-lembaga politik untuk partisipasi, mengembangkan sistem perwakilan politik yang mandiri dan responsif, memberdayakan masyarakat hingga kuat secara politis, mengoperasikan mekanisme keterkaitan etik dengan kegiatan politik, memanfaatkan kompetisi dan tawar menawar dagang sapi politik sebagai mekanisme partisipasi, menggunakan argumentasi dan opini publik dengan alternatif kekuatan massa sebagai dasar kekuatan dalam kompetisi dan tawar menawar politik, dan mewajibkan semua peserta partisipasi untuk menghasilkan persetujuan sebagai produk dari proses politik partisipasi. 101

D. Teori dan Sistem Pemilihan Umum

Pemilihan umum adalah merupakan institusi pokok pemerintahan perwakilan yang demokratis, karena dalam suatu negara demokrasi, wewenang pemerintah hanya diperoleh atas persetujuan dari mereka yang diperintah. Mekanisme utama untuk mengimplementasikan persetujuan tersebut menjadi wewenang pemerintah 101 Arbi, Sanit, Partai, Pemilu dan Demokrasi, Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 1997, hlm. 19. 120 Maezuki: Pengaruh Sistem Pemilihan Umum Terhadap Keterwakilan Politik Masyarakat pada DPRD-DPRD di Provinsi Sumatera Utara. USU e-Repository © 2008. adalah melalui pelaksanaan pemilihan umum yang bebas dan jujur, khususnya untuk memilih lembaga perwakilan rakyat. Bahkan di negara yang tidak menjunjung nilai demokrasi sekalipun, pemilihan umum diadakan untuk memberi corak legitimasi kekuasaan otoritas. Hal ini berarti pemilihan umum berhubungan erat dengan prinsip demokrasi dan prinsip negara hukum sebagai prinsip-prinsip yang fundamental dalam negara modern. Pemilihan umum berhubungan erat dengan demokrasi karena sebenarnya pemilihan umum merupakan salah satu sarana mewujudkan demokrasi. Sebagaimana dipahami dewasa ini kebanyakan negara-negara modern menggunakan demokrasi tidak langsung atau demokrasi perwakilan. Di dalam demokrasi perwakilan ini hak- hak rakyat untuk menentukan haluan negara dilakukan oleh sebahagian kecil dari seluruh rakyat yang berkedudukan sebagai wakil rakyat dan yang menempati lembaga perwakilan yang biasa disebut parlemen. Oleh karena anggota-anggota parlemen merupakan wakil-wakil rakyat, idealnya semua orang yang duduk pada lembaga tersebut haruslah dipilih sendiri oleh rakyat yang diwakilinya melalui pemilihan umum yang secara hukum dapat dinilai adil. Pemilu juga memiliki keterkaitan dengan prinsip negara hukum sebab melalui pemilihan umum rakyat dapat memilih wakil-wakilnya yang berhak membuat produk hukum dan melakukan pengawasan atau pelaksanaan kehendak rakyat yang digariskan oleh wakil-wakil rakyat tersebut. Jika dikaitkan dengan beberapa prinsip dasar yang secara normatif dikenal di dalam negara hukum, pemilu juga memiliki kaitan erat dengan beberapa prinsip tersebut, seperti perlindungan terhadap hak asasi 121 Maezuki: Pengaruh Sistem Pemilihan Umum Terhadap Keterwakilan Politik Masyarakat pada DPRD-DPRD di Provinsi Sumatera Utara. USU e-Repository © 2008. manusia, persamaan di depan hukum dan pemerintahan, serta adanya pemilihan umum yang bebas. 102 Sejalan dengan pandangan yang demikian, Hans Raj Jhingta dalam bukunya “Corrupt Practices in Elections” mengemukakan : The essence of a democratic election is freedom of choice. In modern times elections have been primarily associated with the system of representative form of government. In all democratic countries of the world the electoral systems were established on the basis of the natural right of the individuals Esensi dari pemilihan umum yang demokratis adalah adanya kebebasan untuk memilih. Pada negara modern dewasa ini, utamanya adalah merupakan lembaga dengan sistem perwakilan untuk membentuk pemerintahan. Dalam semua negara demokrasi di dunia, sistem pemilihan umum menentukan dasar perlindungan hak asasi dari individu warga negara. 103 Menurut Hans Antlov 104 , paling tidak ada 6 enam alasan pemilihan umum diselenggarakan dalam negara demokrasi : The first is that elections are the cornerstone of our modern representative democracy, the system through which popular interests are aggregated and we freely and secretly chose the leaders that will serve our interests. Elections establish the consent through which the power of the state is made legitimate Pertama, bahwa pemilihan umum merupakan landasan dari demokrasi perwakilan modern, yang menghubungkan kepentingan rakyat untuk disatukan melalui pemilihan yang bebas dan rahasia untuk memilih pemimpin yang dapat melayani kita. Pemilihan umum menentukan kekuasaan di dalam suatu negara memperoleh legitimasi. The second is that elections is that they are to politics what stock exchanges are to economics : ways to measure confidence and assess the ‘market’. In the same way that stock-brokers and investors watch socks and markets go up and down, political pundits and those that have an investment in the political market those that are politically active are forever interested in learning how their party and candidates are doing Kedua, bahwa pemilihan umum adalah lembaga politik seperti pasar bursa dalam ekonomi: jalan untuk mengukur kepercayaan dan menilai “pasar”. Sama dengan pialang saham dan investor mengamati naik turunnya pasar. Orang-orang politik harus mempunyai investasi di dalam pasar politik dalam arti aktivitas politik 102 Moh. Mahfud MD, Hukum dan Pilar-pilar Demokrasi, Yogyakarta: Gama Media, 1999, hlm. 221-222. 103 Hans Raj Jhingta, Corrupt Practices in Elections, New Delhi: Deep Deep Publications, 1996, hlm. 1. 104 Hans Antlov, Elections, Parties and How to Improve Representative Democracy in Indonesia, Jakarta: Jurnal Pusat Studi Pengembangan Kawasan PSPK, Edisi VI Tahun 2004, hlm. 1-2. 122 Maezuki: Pengaruh Sistem Pemilihan Umum Terhadap Keterwakilan Politik Masyarakat pada DPRD-DPRD di Provinsi Sumatera Utara. USU e-Repository © 2008. dalam rangka menarik dan memberi pelajaran bagi rakyat untuk mengetahui aktivitas yang dilakukan oleh partai politik dan kandidat mereka. The thirds reason is that elections provide fascinating insights into political practices and political cultures. An elections is a symbolical commitment that raises the sprit of the voter and of the nation, and makes it easier to mobilize for political purposes Ketiga, bahwa pemilihan umum dapat memberikan wawasan dalam politik praktis dan budaya politik. Pemilihan umum merupakan komitmen simbolis yang memberikan sprit bagi pemilih dalam semangat kebangsaan, sehingga memudahkan untuk mengerahkan mereka dalam tujuan-tujuan politik. The fourth reason is that they are events of legitimization, the prime ritual of nation-hood. Elections are organized even by authoritarian regimes, as a means of the government to display to the public that it is in control of the country, while also obtaining a degree of international recognition as a member of the global community of modern democracies Keempat, pemilihan umum adalah sarana legitimasi yang utama dalam suatu negara yang berdaulat. Apabila pemilihan umum diorganisir oleh rezim yang otoriter, berarti pemerintahan hanya merupakan alat untuk menunjukkan kepada masyarakat bahwa ada pengawasan di dalam negara, yang juga dimaksudkan untuk memperoleh pengakuan internasional sebagai anggota masyarakat global dalam demokrasi modern. The fifth reason is that is through elections that we as citizens in modern democracies express our views on the administration of the nation-state. It is through elections- local and national – that common citizen can influence public policy and have a say in government Kelima, pemilihan umum menunjukkan bahwa setiap warga negara dalam demokrasi modern ikut menentukan kebijakan dari suatu negara. Hal ini berarti pemilihan umum baik lokal maupun nasional membiasakan warga negara ikut mempengaruhi dan menentukan kebijakan publik dalam pemerintahan. And this relates to the six and final reason: general elections provide an opportunity for citizens the ruled to get elected into power and become ruler Dan alasan yang keenam dan terakhir: pemilihan umum memberikan kesempatan kepada warga negara menurut hukum untuk dipilih ke dalam kekuasaan menjadi pemimpin. 123 Maezuki: Pengaruh Sistem Pemilihan Umum Terhadap Keterwakilan Politik Masyarakat pada DPRD-DPRD di Provinsi Sumatera Utara. USU e-Repository © 2008. BAB III KONSTRUKSI HUKUM SISTEM PEMILIHAN UMUM DITINJAU DARI PENDEKATAN PARADIGMATIK Pemilihan umum merupakan salah satu sarana utama untuk menegakkan tatanan politik di dalam negara demokrasi yang menganut sistem perwakilan direct democracy, karena pemilihan umum pada hakekatnya bentuk pengakuan dan perwujudan hak-hak politik rakyat dan sekaligus merupakan pendelegasian hak-hak tersebut oleh rakyat kepada wakil-wakilnya untuk menjalankan pemerintahan. Keberadaan partai politik juga merupakan suatu keniscayaan dalam kehidupan politik demokratis yang dimaksudkan untuk mengaktifkan dan memobilisasi rakyat, mewakili kepentingan tertentu, memberikan jalan kompromi bagi pendapat yang berlawanan serta menyediakan sarana suksesi kepemimpinan politik secara sah dan damai. 322 Pemilihan umum dengan demikian mutlak diperlukan oleh negara yang menganut paham demokrasi dalam kehidupan bernegaranya, baik penganutan itu sekedar formal dianut secara tegas di dalam peraturan negara dan untuk performance maupun yang menganutnya secara formal dan esensial sekaligus mengejawantahkan kriterianya di dalam praktek. Bagi negara yang menganut demokrasi secara esensi, maka kualitas pemilihan umumnya baik, dan sebaliknya 322 Ichlasul Amal Ed., Teori-teori Mutakhir Partai Politik, Yogyakarta: Tiara Wacana Yogya, 1998, hlm. xi. 206 Maezuki: Pengaruh Sistem Pemilihan Umum Terhadap Keterwakilan Politik Masyarakat pada DPRD-DPRD di Provinsi Sumatera Utara. USU e-Repository © 2008. 207 bagi negara yang memilih demokrasi hanya untuk sekedar performance, maka kualitas pemilihan umumnya juga akan rendah. 323 Oleh karena itu, terdapat hubungan sistemik antara ilmu yang berkaitan dengan pemilihan umum psephologi, ilmu tentang partai politik stasiologi dengan ilmu tentang keparlemenan parlementologi sebagai bagian yang integral dari negara demokrasi. 324 Dalam ketatanegaraan Indonesia, dilihat dari pendekatan konstitusional constitutional approach, maka keseluruhan Undang-Undang Dasar UUD yang pernah berlaku di Indonesia, mulai dari UUD 1945, Konstitusi RIS, UUDS 1950 maupun UUD 1945 Perubahan, menganut paham demokrasi sebagai salah satu asas yang fundamental. Pilihan atas cara perwakilan direct democracy ini lazim dipakai di negara- negara demokrasi, karena demokrasi langsung dalam arti yang sebenarnya hampir tidak mungkin diselenggarakan di dalam negara modern. Luas wilayah dan jumlah penduduk negara yang semakin besar serta kompleksitas urusan pemerintahan yang semakin rumit tidak memungkinkan asas kedaulatan rakyat dilaksanakan secara langsung dalam arti melibatkan seluruh rakyat dalam proses pengambilan keputusan publik dan dalam penyelenggaraan negara, sehingga yang lebih memungkinkan dan realistis adalah menggunakan demokrasi perwakilan. 323 Moh. Mahfud MD, Perkembangan Politik …., op.cit., hlm. 132-134. 324 Rusadi Kantaprawira, Pengaruh Pemilihan Umum …., op.cit., hlm. 24. Maezuki: Pengaruh Sistem Pemilihan Umum Terhadap Keterwakilan Politik Masyarakat pada DPRD-DPRD di Provinsi Sumatera Utara. USU e-Repository © 2008. 208 Di dalam demokrasi perwakilan ini hak demokrasi seluruh rakyat dilakukan oleh sebagian dari mereka yang berkedudukan sebagai wakil yang dikenal dengan lembaga perwakilan rakyat. Agar setiap kali perubahan dalam masyarakat itu dapat diikuti dengan seksama oleh lembaga perwakilan rakyat dimaksud, maka secara periodik diselenggarakan pemilihan umum. Dengan demikian pemilihan umum itu, disamping forum juga merupakan wahana untuk menghidupkan daur kehidupan bernegara. 325 Pemilihan umum bukan hanya sekedar menunjukkan adanya hubungan antara yang memilih dan yang dipilih. Lebih dari itu, pemilihan umum menyiratkan hubungan bahwa yang dipilih bertanggung jawab kepada pemilih. Tidak ada pemerintahan demokratis yang tidak bertanggung jawab kepada pemilih. 326 Keseluruhan UUD yang pernah berlaku di Indonesia 327 secara konstitusional juga menuntut adanya pemilihan umum kendati tidak semua UUD menyebutnya secara eksplisit. Oleh karena itu, sangat diperlukan kajian yang komprehensif tentang 325 Bagir Manan Ed., Kedaulatan Rakyat, op.cit., hlm. 255. 326 Bagir Manan, Pemilihan Umum …, op.cit., hlm. 6. 327 Penulis mengelompokkan UUD yang pernah berlaku di Indonesia atas 4 empat UUD, yaitu : UUD 1945, Konstitusi RIS 1949, UUDS 1950, dan UUD Negara Republik Indonesia Tahun 1945, dengan 5 lima Priode masa berlaku: 1 Priode Berlakunya UUD 1945 sejak 18 Agustus 1945 sampai dengan 27 Desember 1949 2 Priode Berlakunya Konstitusi RIS 1949, sejak 27 Desember 1949 sampai dengan 17 Agustus 1950. 3 Priode Berlakunya UUDS 1950, sejak 17 Agustus 1950 sampai dengan Dekrit Presiden 5 Juli 1959 4 Priode Berlakunya Kembali UUD 1945, sejak Dekrit Presiden 5 Juli 1959 sampai dengan Perubahan Pertama UUD 1945 19 Oktober 1999 5 Priode Berlakunya UUD Negara Republik Indonesia Tahun 1945, sejak 19 Oktober 1999 sampai dengan sekarang. Maezuki: Pengaruh Sistem Pemilihan Umum Terhadap Keterwakilan Politik Masyarakat pada DPRD-DPRD di Provinsi Sumatera Utara. USU e-Repository © 2008. 209 konstruksi hukum sistem pemilihan umum yang ada di Indonesia berdasarkan landasan paradigmatik. 328 Paradigma, dalam bahasa Inggris “paradigm”, dari bahasa Yunani “paradeigma”, dari kata “para” di samping, di sebelah dan “dekynai” memperlihatkan; yang berarti model contoh, arketipe, ideal. Menurut Oxford English Dictionary, “paradigm” atau paradigma adalah “contoh atau pola”. Akan tetapi di dalam komunitas ilmiah paradigma dipahami sebagai sesuatu yang lebih konseptual dan signifikan, meskipun bukan sesuatu yang tabu untuk diperdebatkan. 329 Thomas Kuhn mempergunakan istilah paradigma ini untuk menunjuk dua pengertian utama : Pertama, sebagai totalitas konstelasi pemikiran, keyakinan, nilai, persepsi, dan teknik yang dianut oleh akademisi maupun praktisi disiplin ilmu tertentu yang mempengaruhi cara pandang realitas mereka. Kedua, sebagai upaya manusia untuk memecahkan rahasia ilmu pengetahuan yang mampu menjungkirbalikkan semua asumsi maupun aturan yang ada. 330 Robert Friedrichs dalam hubungan ini mengajukan rumusan pengertian sebagai berikut: ”paradigma adalah pandangan mendasar dari suatu disiplin ilmu tentang apa yang menjadi pokok persoalan subject matter yang semestinya dipelajarinya a fundamental image a dicipline has of its subject matter. Dengan maksud memperjelas lagi, George Ritzer mengartikan paradigama sebagai pandangan 328 M. Solly Lubis, Mencari Format…., op.cit., hlm. 2-27. Perhatikan juga Lily Rasjidi dan Wyasa Putra, I.B., Hukum sebagai Suatu Sistem, Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 1993, hlm. 63- 87. H.R. Otje Salman S. dan Anton F. Susanto, Teori Hukum Mengingat, Mengumpulkan dan Membuka Kembali, Bandung: PT Refika Aditama, 2004, hlm. 67-82. 329 Perhatikan kembali H.R. Otje Salman S. dan Anton F. Susanto, Ibid., hlm. 67. 330 Lili Rasjidi dan Wyasa Putra, I.B., op.cit., hlm. 70. Maezuki: Pengaruh Sistem Pemilihan Umum Terhadap Keterwakilan Politik Masyarakat pada DPRD-DPRD di Provinsi Sumatera Utara. USU e-Repository © 2008. 210 yang mendasar dari ilmuwan tentang apa yang menjadi pokok persoalan yang semestinya dipelajari oleh suatu cabang ilmu pengetahuan diciplin. 331 Chalmers dalam hubungan ini menjelaskan tentang karakteristik paradigma, yang meliputi: a. Tersusun oleh hukum-hukum paradigma dimaksud dan asumsi-asumsi teoritis yang dinyatakan secara eksplisit; b. Mencakup cara-cara standar bagi penerapan hukum-hukum tersebut ke dalam berbagai situasi dan kondisi c. Mempunyai instrumentasi dan teknik-teknik instrumental yang diperlukan guna menjadikan hukum-hukum tersebut berjaya di dunia nyata; d. Terdiri dari beberapa prinsip metafisika yang memandu segala karya dan karsa di dalam lingkup paradigma dimaksud; e. Mengandung beberapa ketentuan metodologis. 332 Sehubungan kajian ini didasarkan pada pendekatan hukum ketatanegaraan Constitutional Law approach, maka paradigma dimaksud didasarkan pada konteks paradigma yuridis-filosofis, paradigma yuridis-konstitusional dan paradigma yuridis-politis 333 sistem pemilihan umum pada berbagai UUD atau Konstitusi yang berlaku di Indonesia. Paradigma yuridis filosofis terumuskan berdasarkan suatu keyakinan bahwa hakikat konstitusi merupakan hasil kesepakatan luhur seluruh komponen bangsa demi melaksanakan kehidupan ketatanegaraan. 334 Oleh karena itu, paradigma ini berupa 331 Ibid. hlm. 71-72. 332 H.R. Otje Salman S. dan Anton F. Susanto, op.cit., hlm. 70. 333 M. Solly Lubis, Mencari Format …, op.cit., hlm. 3. Perhatikan juga Mochamad Isnaeni Ramdhan, Kronologi Perubahan Undang-Undang Dasar 1945 The Chronology of Amendment of 1945 Constitution dalam Jurnal Ilmu Hukum “Wacana Hukum”, Volume 1 No. 1, Jakarta: Universitas Pancasila, Desember 2003, hlm. 38-40, menggunakan istilah paradigma dalam hukum ketatanegaraan atas paradigma yuridis-filosofis, paradigma yuridis-konstitusionalis, dan paradigma yuridis-politis. 334 Mochamad Isnaeni Ramdhan, op.cit., hlm. 38. Maezuki: Pengaruh Sistem Pemilihan Umum Terhadap Keterwakilan Politik Masyarakat pada DPRD-DPRD di Provinsi Sumatera Utara. USU e-Repository © 2008. 211 pokok-pokok pikiran kenegaraan yang terkandung dalam Pembukaan UUD secara umum, dan dalam ideologi atau dasar negara secara khusus yang berfungsi sebagai landasan filosofis bagi sistem manajemen kehidupan nasional. 335 Berdasarkan paradigma yuridis filosofis tersebut, maka paradigma yuridis konstitusional dimaksudkan sebagai derivasi nilai-nilai yang terdapat dalam paradigma yuridis filosofis ke dalam Batang Tubuh UUD yang mengamanatkan baik secara eksplisit maupun implisit perlunya pemilihan umum secara berkala dalam rangka mewujudkan Negara Kesatuan Republik Indonesia sebagai negara hukum yang demokrasi, dengan mengatur sistem pemerintahan dan dasar-dasar struktur kekuasaan negara power structure. Sedangkan paradigma yuridis politis merupakan implementasi dari amanat-amanat kebijakan yang tersurat dan tersirat dalam Batang Tubuh UUD secara umum dan 4 empat pokok tujuan nasional dalam pembukaan secara khusus, 336 yang berkaitan dengan penyelenggaraan pemilihan umum pada berbagai aturan organik. Berdasarkan pendekatan paradigmatik tersebut, berarti sistem pemilihan umum merupakan bagian yang integral dari sistem nasional sebagai suatu sistem pengelolaan kehidupan nasional yang meliputi semua bidang atau sub sistem kehidupan nasional yakni kehidupan politik, ekonomi, sosial budaya dan hankam 335 M. Solly Lubis, Informasi dan Masukan Mengenai UUD 1945, Bahan Diskusi dengan Panitia Ad-Hoc I MPR-RI di Kantor Gubernur Propinsi Sumatera Utara dan Universitas Sumatera Utara, Medan: Panitia Ad-Hoc I MPR-RI, 4 dan 22 Januari 2000, hlm. 1. 336 Ibid. Maezuki: Pengaruh Sistem Pemilihan Umum Terhadap Keterwakilan Politik Masyarakat pada DPRD-DPRD di Provinsi Sumatera Utara. USU e-Repository © 2008. 212 Poleksosbudhankam. 337 Dengan demikian ditinjau dari pendekatan sistem system approach, maka sistem pemilihan umum tersebut merupakan bagian dari sub sistem politik, yang erat kaitannya dengan kehidupan politik pada infra struktur politik dan supra struktur politik. Sistem pemilihan umum itu sendiri dimaksudkan menyangkut electoral laws sebagai suatu perangkat peraturan regulasi yang menata penyelenggaraan pemilihan umum dijalankan serta distribusi hasil pemilihan umum tersebut. Douglas Rae memberikan pengertian tentang electoral laws sebagai berikut : Those which govern the processes by which electoral preferences are articulated as votes are translated into distributions of governmental authority typically parliamentary seats among competing political parties proses pembentukan pemerintahan melalui pilihan sistem pemilihan umum yang diartikulasikan ke dalam suara, dan kemudian suara tersebut diterjemahkan ke dalam pembagian kewenangan pemerintahan khususnya yang duduk di parlemen diantara partai politik yang bersaing. 338 Sejalan dengan pandangan yang demikian, terdapat hal-hal yang sangat perlu mendapat perhatian dalam sistem pemilihan umum, yaitu 339 : Pertama, electoral formula, yaitu formula pemilihan untuk menentukan perolehan kursi, baik didasarkan pada formula proporsional, formula mayoritas atau formula pluralitas dengan berbagai macam variasinya. Electoral formula menentukan alokasi kursi yang akan diberikan kepada masing-masing partai yang bersaing. 337 M. Solly Lubis, Sistem Nasional, op.cit., hlm. 113. 338 Perhatikan kembali Douglas Rae, The Political Consequences …, loc.cit. Afan Gaffar, Sistem Pemilihan Umum di Indonesia Beberapa Catatan Kritis, dalam Dahlan Thaib dan Ni’matul Huda, Pemilu dan Lembaga …, loc.cit. 339 Afan Gaffar, Politik Indonesia, Transisi Menuju Demokrasi, Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2005, hlm. 256-257. Maezuki: Pengaruh Sistem Pemilihan Umum Terhadap Keterwakilan Politik Masyarakat pada DPRD-DPRD di Provinsi Sumatera Utara. USU e-Repository © 2008. 213 Kedua, district magnitude, yaitu jumlah wakil rakyat yang dipilih dalam sebuah distrik. Besar sebuah distrik dapat berbeda satu sama lain, karena jumlah perbedaan penduduk. Besaran kursi yang diperebutkan bagi sebuah distrik district magnitude merupakan sesuatu yang sangat penting, dikarenakan akan menentukan nasib partai politik di kemudian hari. Ada negara yang menggunakan wilayah negara sebagai sebuah distrik seperti Indonesia, sehingga memungkinkan partai kecil untuk terjamin mendapatkan kursi. Tetapi ada pula negara-negara yang membagi wilayah negara ke dalam distrik, dengan besaran magnitude yang berbeda. Ada satu distrik yang menyediakan lima sampai enam kursi untuk diperebutkan. Sementara itu, ada pula distrik yang hanya menyediakan satu atau dua kursi. Semakin besar magnitude sebuah distrik, akan semakin besar partai kecil terlindungi. Sebaliknya, kalau distrik magnitudenya kecil, maka partai yang memperoleh 10 dari total suara pun tidak akan memiliki peluang. Ketiga, electoral threshold, yaitu jumlah minimum dukungan yang harus diperoleh seseorang atau sebuah partai untuk memperoleh kursi di lembaga perwakilan. Berdasarkan realiatas tersebut, maka konstruksi hukum pemilihan umum di Indonesia dapat dianalisis dari priodisasi perjalanan UUD atau konstitusi yang pernah berlaku di Indonesia melalui pendekatan paradigmatik paradigmatic approach. Maezuki: Pengaruh Sistem Pemilihan Umum Terhadap Keterwakilan Politik Masyarakat pada DPRD-DPRD di Provinsi Sumatera Utara. USU e-Repository © 2008. 214

A. Paradigma Sistem Pemilihan Umum Berdasarkan UUD 1945 Periode I