91
keputusan decision making process. Disini dipersoalkan sampai seberapa besar kekuatan keputusan yang ditetapkan itu, baik di bidang legislatif maupun eksekutif
the administration of law. Sedangkan jangkauan kedaulatan domain sovereignty, melalui analisis relasional relational analysis antara ‘Sovereign’ dan ‘Subject’,
terkait soal siapa atau apa yang memegang kekuasaan tertinggi itu dalam suatu negara, dan apa atau siapakah yang menjadi subjek dalam arti sasaran yang dijangkau
oleh konsep kekuasaan yang bersifat tertinggi itu.
163
Oleh karena itu, berkenaan dengan subjek pemegang kedaulatan, dalam teori hukum dan politik terdapat beberapa ajaran pemegang kekuasaan tertinggi di dalam
negara, yaitu : teori kedaulatan Tuhan Goddelijke souvereniteit, teori kedaulatan Hukum Rechtssouvereniteit, teori kedaulatan Rakyat Volkssouvereniteit, dan teori
kedaulatan Negara Staatssouvereniteit.
164
1. Teori Kedaulatan Tuhan Goddelijkesouvereniteit
Menurut teori ini, yang disebut juga teori teokrasi, kekuasaan tertinggi dalam negara adalah berasal dari Tuhan, jadi didasarkan pada agama. Teori-teori teokrasi ini
dijumpai, bukan saja di dunia Barat tapi juga di Timur.
165
Teori ini berkembang pada abad pertengahan, yaitu antara abad ke V sampai abad ke XV. Di dalam perkembangannya teori ini sangat erat hubungannya dengan
163
Jimly Asshiddiqie, Gagasan Kedaulatan Rakyat …, Ibid., hlm. 9-10.
164
M. Solly Lubis, Ilmu Negara, Bandung: C.V. Mandar Maju, 1990, hlm. 40.
165
Ibid., hlm. 41.
Maezuki: Pengaruh Sistem Pemilihan Umum Terhadap Keterwakilan Politik Masyarakat pada DPRD-DPRD di Provinsi Sumatera Utara. USU e-Repository © 2008.
92
perkembangan agama Kristen yang kemudian diorganisir dalam suatu organisasi keagamaan, yaitu gereja yang dikepalai oleh seorang Paus.
166
Mulai saat itulah organisasi gereja itu mempunyai kekuasaan yang nyata dan dapat mengatur kehidupan negara, tidak saja yang bersifat keagamaan, akan tetapi
juga yang besifat keduniawian, sehingga tidak jarang terdapat dualisme peraturan tentang hal yang sama. Apabila terdapat saling pertentangan diantara kedua peraturan
tersebut, maka akan menimbulkan persoalan atas hukum yang akan diberlakukan. Berdasarkan hal tersebut lahirlah teori teokrasi yang dipelopori oleh
Augustinus, Thomas Aquinas, dan Marsilius, dengan menitikberatkan ajarannya berdasarkan Agama Kristen, dan menempatkan Tuhan sebagai sumber dan pemilik
kekuasaan tertinggi atau kedaulatan. Dalam perkembangan ajaran kedaulatan Tuhan ini, telah menimbulkan perbedaan pandangan diantara penganutnya sehubungan
dengan siapakah yang mewakili Tuhan untuk memerintah, karena tidak mungkin Tuhan secara konkrit melaksanakan kedaulatannya di dunia.
Augustinus berpandangan bahwa yang mewakili Tuhan di dunia ini, termasuk di dalam negara adalah Paus. Sedangkan Thomas Aquinas berpendapat kekuasaan
Paus dan Raja itu sama, hanya tugasnya yang berlainan, Paus mempunyai kekuasaan dalam lapangan keagamaan kerohanian, sedangkan Raja mempunyai kekuasaan
dalam lapangan keduniaan. Sementara itu Marsilius menitikberatkan kekuasaan itu pada negara atau Raja.
166
Soehino, op.cit., hlm. 152.
Maezuki: Pengaruh Sistem Pemilihan Umum Terhadap Keterwakilan Politik Masyarakat pada DPRD-DPRD di Provinsi Sumatera Utara. USU e-Repository © 2008.
93
Dalam perkembangan selanjutnya, ajaran Marsilius ini sangat berpengaruh pada akhir abad pertengahan dan permulaan zaman renaissance, karena raja-raja
merasa berkuasa untuk berbuat apa saja menurut kehendaknya, dengan alasan perbuatannya tersebut sudah merupakan kehendak Tuhan, dan raja tidak bertanggung
jawab kecuali kepada Tuhan. Bahkan raja merasa berkuasa menetapkan kepercayaan atau agama yang harus dianut oleh rakyatnya atau warga negaranya.
167
2. Teori Kedaulatan Negara Staatssouvereniteit