Lembaga Legislatif Daerah Struktur Pemerintahan Daerah

403 menjatuhkan Kepala daerah. Ini artinya bahwa pertanggung jawaban tersebut tidak ada sanksinya. 611 Mengenai hal ini, Penjelasan angka II Tentang Bentuk Susunan Pemerintah Daerah, Undang-undang No. 18 Tahun 1965 menyatakan sebagai berikut : “Kalau Kepala Negara tidak lagi dapat dijatuhkan oleh DPR, maka sudah sewajarnya pula Kepala Daerah tidak boleh lagi ditumbangkan oleh DPRD, agar dengan jalan demikian itu dapat diciptakan suatu kekuatan sentral di daerah yang riil, berkewibawaan dan tidak mudah goyah atas desakan- desakan golongan-golongan masyarakat di daerah dan tidak saja memberikan perlindungan atau pengayoman kepada rakyat pada umumnya, tetapi juga kompeten untuk menjalankan pemerintahan yang berguna bagi kepentingan bersama dan rakyat di daerah. Melalui struktur dan mekanisme yang demikian, aspek dekonsentrasi mulai diperkuat di daerah dan jalannya pemerintahan di daerah diharapkan lebih stabil. Pengawasan terhadap jalannya pemerintahan di daerah berada di tangan Kepala Daerah sebagai pejabat yang bertanggung jawab kepada pemerintah pusat. Dengan demikian, dualisme dalam aparatur seperti terjadi pada masa berlakunya Undang-undang No. 1 Tahun 1957 ditiadakan, dan pemerintahan kolegial diganti dengan pemerintahan tunggal yang didampingi oleh Badan Pemerintah harian, maka yang ada hanya dualisme dalam fungsi dalam jabatan 612 .

2.1. Lembaga Legislatif Daerah

Sejalan dengan kedudukan Kepala Daerah yang diperkuat dan diberi fungsi dalam undang-undang baik sebagai pusat daya upaya kegiatan 611 Andi Mustari Pide, Otonomi Daerah …, op.cit., hlm. 15 612 M. Solly Lubis, Serba-serbi …., op.cit., hlm. 162 Maezuki: Pengaruh Sistem Pemilihan Umum Terhadap Keterwakilan Politik Masyarakat pada DPRD-DPRD di Provinsi Sumatera Utara. USU e-Repository © 2008. 404 pemerintahan Daerah yang bergerak dibidang urusan rumah tangga Daerah, tetapi juga mata rantai yang kuat dalam organisasi Pemerintah Pusat, maka keberadaan DPRD bukanlah pemegang kekuasaan yang utama dalam penyelenggaraan pemerintahan daerah, sehingga pengaturan kewenangan DPRD hanya terbatas sekali. Dibandingkan dengan undang-undang yang mengatur Pemerintahan daerah sebelumnya, ternyata Undang-undang No. 18 Tahun 1965 memuat paling sedikit tentang kekuasaan, tugas, dan kewajiban DPRD. Hampir semua kekuasaan, tugas dan kewajiban Pemerintah Daerah dilimpahkan kepada Kepala Daerah. Atas dasar itu, maka tidak mengherankan apabila DPRD ini tidak diberikan kewenangan yang luas sebagaimana Undang-undang No. 1 Tahun 1957, melainkan sangat sulit dalam hal-hal sebagai berikut : 1. Mengatur dan mengurus rumah tangga Daerah bersama-sama dengan Kepala Daerah Pasal 39 2. Membuat dan menetapkan peraturan daerah bersama-sama dengan Kepala Daerah Pasal 27 dan Pasal 49 3. Melakukan sidang atau rapat sekurang-kurangnya sekali dalam 3 tiga bulan Pasal 29 ayat 2; 4. Membuat peraturan Tata Tertib berdasarkan Pedoman dan disahkan oleh Menteri Dalam Negeri atau Kepala Daerah setingkat lebih atas Pasal 31 5. Memberikan pertimbangan atas usul Kepala Daerah tentang penambahan jumlah anggota Badan Pemerintah Harian Pasal 33 ayat 2. 6. Mengajukan calon Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah Pasal 12 dan Pasal 21. 7. Menetapkan peraturan yang berisi ancaman pidana kurungan selama- lamanya 6 enam bulan atau denda sebanyak-banyaknya Rp. 10.000,- bagi yang melanggar peraturan. Maezuki: Pengaruh Sistem Pemilihan Umum Terhadap Keterwakilan Politik Masyarakat pada DPRD-DPRD di Provinsi Sumatera Utara. USU e-Repository © 2008. 405 8. Mengajukan hak petisi untuk membela kepentingan daerah dan penduduknya kepada Pemerintah dan DPR dengan sepengetahuan Kepala Daerah Pasal 55. Dalam hal mengatur dan mengurus rumah tangga Daerah, apabila DPRD dipandang melalaikan tugas dan kewenangannya, maka kewenangan tersebut dapat diambil alih oleh Menteri Dalam Negeri untuk diurus oleh Kepala Daerah berdasarkan petunjuk Menteri Dalam Negeri Pasal 56, sedangkan bagi Kepala Daerah tidak diatur mengenai kelalaian melaksanakan tugas, karena kedudukan Kepala Daerah yang juga alat Pusat di Daerah. Selain pengaturan yang demikian, DPRD juga diberikan tugas berdasarkan ketentuan Pasal 30 ayat 2 untuk melakukan rapat terbuka untuk mengambil keputusan yang berkenaan dengan : 1. anggaran belanja, perhitungan anggaran belanja; 2. penetapan, perubahan dan penghapusan pajak; 3. mengadakan pinjaman uang; 4. perusahaan daerah; 5. kedudukan harta benda dan hak-hak Daerah; 6. melakukan pekerjaan-pekerjaan, penyerahan-penyerahan barang dan pengangkutan-pengangkutan tanpa mengadakan penawaran umum; 7. penghapusan tagihan-tagihan sebagian atau seluruhnya; 8. mengadakan persetujuan penyelesaian perkara perdata secara damai; 9. penerimaan anggota-anggota baru; 10. mengadakan usaha-usaha yang dapat merugikan atau mengurangi kepentingan umum. Tugas ini tentunya berkaitan dengan kewajiban DPRD untuk mengurus rumah tangga Daerah, yang membawa konsekuensi apabila DPRD dipandang melalaikan tugas dan kewenangannya, maka kewenangan tersebut dapat diambil alih oleh Menteri Dalam Negeri untuk diurus oleh Kepala Maezuki: Pengaruh Sistem Pemilihan Umum Terhadap Keterwakilan Politik Masyarakat pada DPRD-DPRD di Provinsi Sumatera Utara. USU e-Repository © 2008. 406 Daerah berdasarkan petunjuk Menteri Dalam Negeri Pasal 56, sedangkan bagi Kepala Daerah tidak diatur mengenai kelalaian melaksanakan tugas, karena kedudukan Kepala Daerah yang juga alat Pusat di Daerah. Bahkan DPRD dalam membuat berbagai peraturan daerah maupun berbagai keputusan oleh undang-undang harus dengan sepengetahuan Kepala Daerah, karena setiap peraturan dan keputusan tersebut harus ditandatangani juga contra sign oleh Kepala Daerah Pasal 54 ayat 2. Berdasarkan pengaturan tersebut, maka DPRD pada dasarnya dalam berbagai kewenangan selalu berada dalam bayang-bayang Kepala Daerah. Dengan perkataan lain tugas dan kewenangan yang melekat pada DPRD tidak lebih dari sekedar formalitas belaka atau pelengkap demokrasi semata 613 .

2.2 Eksekutif Daerah Kepala Daerah dan Badan Pemerintah Harian