Kerangka Konsep Kerangka Teori dan Konsepsi 1. Kerangka Teori

dapat diatasi, yakni membentuk pemerintahan yang legitimate, mendapat persetujuan dan kepercayaan dari mayoritas rakyat secara riil dan bukan semu. 118 Guna mewujudkan hal tersebut, maka proses pembuatan undang-undang politik di era reformasi perlu mempertimbangkan semua konsep usulan dari berbagai kelompok masyarakat, dan bukan menjadi monopoli pemikiran pemerintah dengan tim pakarnya dan DPR. Dengan kata lain, usulan-usulan yang masuk mesti dilampirkan sebagai bahan masukan dan kajian alternatif dari konsep RUU milik pemerintah yang diajukan ke DPR. Pola pikir eksklusif dengan menafikan usul dan pikiran masyarakat pada akhirnya hanya akan menghasilkan sebuah kebijakan yang tidak aspiratif dan tidak diterima oleh masyarakat, yang berarti pula menjadi pengulangan kesalahan Orde Baru. 119

2. Kerangka Konsep

Suatu kerangka konsepsional, merupakan kerangka yang menggambarkan hubungan antara konsep-konsep khusus, yang ingin atau akan diteliti. Konsep bukan merupakan gejala yang akan diteliti, akan tetapi merupakan suatu abstraksi dari gejala tersebut. Gejala itu sendiri dinamakan fakta, sedangkan konsep merupakan suatu uraian mengenai hubungan-hubungan dalam fakta tersebut. 120 Kerangka konsep mengandung makna adanya stimulasi dan dorongan konseptualisasi untuk melahirkan suatu konsep baginya atau memperkuat keyakinannya akan konsepnya sendiri mengenai sesuatu permasalahan. 121 Dalam penelitian hukum, kerangka konsepsional diperoleh dari peraturan perundang-undangan atau melalui usaha untuk merumuskan atau membentuk 118 Dhurorudin Mashad, Korupsi Politik, Pemilu dan Legitimasi Pasca Orde Baru, Jakarta: PT. Pustaka CIDESINDO, 1999, hlm. 79. 119 Ibid. 120 Soerjono Soekanto, op.cit., hlm. 132. 121 M. Solly Lubis, Filsafat Ilmu… …op. cit., hlm. 80. 56 Maezuki: Pengaruh Sistem Pemilihan Umum Terhadap Keterwakilan Politik Masyarakat pada DPRD-DPRD di Provinsi Sumatera Utara. USU e-Repository © 2008. pengertian-pengertian hukum. Apabila kerangka konsepsional tersebut diambil dari peraturan perundang-undangan tertentu, maka biasanya kerangka konsepsional tersebut sekaligus merumuskan defenisi-defenisi tertentu, yang dapat dijadikan pedoman operasional di dalam proses pengumpulan, pengolahan, analisa dan konstruksi data. 122 Sedangkan kerangka konsepsional dalam merumuskan atau membentuk pengertian-pengertian hukum, kegunaannya tidak hanya terbatas pada penyusunan kerangka konsepsional saja, akan tetapi bahkan pada usaha merumuskan defenisi- defenisi operasional diluar peraturan perundang-undangan. Dengan demikian, konsep merupakan unsur pokok dari suatu penelitian. Karena konsep masih bergerak di alam abstrak, maka perlu diterjemahkan dalam bentuk kata-kata, sehingga dapat diukur secara empiris. 123 Oleh karena itu, untuk menghindarkan terjadinya perbedaan penafsiran terhadap istilah-istilah yang digunakan dalam disertasi ini, maka dipandang perlu untuk mendefenisikan beberapa konsep penelitian agar secara operasional diperoleh hasil penelitian yang sesuai dengan makna variabel yang ditetapkan dalam topik : Sistem Pemilihan Umum dimaksudkan adalah sistem pemilihan mekanis yang menempatkan rakyat sebagai suatu individu yang sama, yang diselenggarakan berdasarkan mekanisme sistem perwakilan proporsional, distrik atau perpaduan keduanya. 124 Dalam kaitan ini, dikaji sistem pemilihan umum yang dianut dalam Negara Republik Indonesia melalui peraturan perundang-undangan yang berlaku sehingga terbentuk DPRD hasil pemilihan umum tahun 1999 baik sebagai hasil 122 Soerjono Soekanto, op.cit., hlm. 137. 123 Koentjaraningrat, Metode Penelitian Masyarakat, Jakarta: P.T. Gramedia Pustaka Utama, 1997, hlm. 24. 124 Moh. Kusnardi dan Harmaily Ibrahim, Pengantar Hukum …, loc. cit. 57 Maezuki: Pengaruh Sistem Pemilihan Umum Terhadap Keterwakilan Politik Masyarakat pada DPRD-DPRD di Provinsi Sumatera Utara. USU e-Repository © 2008. pemilihan maupun pengangkatan maupun perspektif pemilihan umum tahun 2004. Sistem disini sebagaimana disebutkan oleh Campbell adalah: A system as any group of interrelated components or parts which function together to achieve a goal sistem itu merupakan himpunan komponen atau bagian yang saling berkaitan bersama-sama berfungsi untuk mencapai sesuatu tujuan. 125 Realitas demikian menunjukkan bahwa kajian terhadap sistem pemilihan umum dalam paradigma demokrasi merupakan keberhubungan antara ilmu kepemiluan dengan ilmu kepartaian serta ilmu keparlemenan, yang oleh Rusadi Kantaprawira, diberi nama psepho-stasi -parlementologi . 126 Keterwakilan Politik Masyarakat Political Representativeness diartikan sebagai terwakilinya kepentingan anggota masyarakat oleh wakil-wakil mereka di dalam lembaga-lembaga dan proses politik. Kadar keterwakilan politik tersebut ditentukan oleh sistem perwakilan politik political representation yang berlaku di dalam masyarakat bersangkutan. Keterwakilan politik dimaksud diukur dari kemampuan wakil bertindak atas nama pihak yang diwakili, oleh karena itu konsep ini menyangkut himpunan elit di dalam lembaga-lembaga politik yang berwenang bertindak atas nama anggota masyarakat untuk menentukan kebijaksanaan guna mencapai tujuan dan kepentingan masyarakat tersebut, yaitu lembaga perwakilan rakyat. 127 Keterwakilan politik itu sendiri menurut M. Solly Lubis dapat dibagi kedalam 2 dua pengertian yaitu: Pertama, dari segi formil, berkenaan dengan kwantitas dan kehadiran calon yang dipilih. Artinya terdapat wakil tiap golongan politik pada lembaga perwakilan. Kedua, dari segi materil dalam arti tertampungnya aspirasi konstituen dan tersalurnya aspirasi menjadi butir-butir kebijakan 125 M. Solly Lubis, Sistem Nasional, Bandung: C.V. Mandar Maju, 2002, hlm. 12. 126 Rusadi Kantaprawira, Pengaruh Pemilihan Umum …, op. cit., hlm. 6. 127 Hanna F. Pitkin, The Concept of Representation, Barkeley: University of California Press, 1967, hlm. 63-64. 58 Maezuki: Pengaruh Sistem Pemilihan Umum Terhadap Keterwakilan Politik Masyarakat pada DPRD-DPRD di Provinsi Sumatera Utara. USU e-Repository © 2008. policy. Bahkan lebih jauh dukungan politis wakil rakyat terhadap pelaksanaan teknis operasional dari kebijakan dalam mewujudkan kepentingan masyarakat di lapangan. 128 Dewan Perwakilan Rakyat Daerah adalah lembaga perwakilan rakyat yang dipilih oleh rakyat daerah melalui pemilihan umum atau diangkat sesuai peraturan perundang-undangan yang berlaku, 129 sehingga dipandang merupakan kemauan rakyat atau kemauan umum dengan jalan ikut menentukan kebijaksanaan umum public policy yang mengikat seluruh masyarakat daerah bersangkutan dan sekaligus ikut mengawasi pelaksanaan kebijaksanaan tersebut sebagai wujud pertanggung jawaban lembaga ini kepada pemilihnya, yang diimplementasikan melalui berbagai hak yang melekat pada lembaga perwakilan. Untuk memudahkan kajian, maka penulis membatasi pada Dewan Perwakilan Rakyat Daerah hasil pemilihan umum 1999 dan pemilihan umum 2004, meskipun demikian dalam pembahasan secara historis dikaji Dewan Perwakilan Rakyat Daerah sebelumnya. Dalam hubungan ini, disamping menganalisis berbagai implementasi fungsi DPRD, juga dikaji pengaturan mengenai lembaga perwakilan rakyat tersebut, karena pengaturan tersebut mengandung beberapa tujuan sebagai berikut : Pertama, menciptakan lembaga perwakilan rakyat yang dapat lebih merepresentasi rakyat. Kedua, mendorong terciptanya mekanisme checks and balances antar lembaga-lembaga negara. Partisipasi politik sebagaimana dikemukakan Samuel P. Huntington dan Joan M. Nelson:”by political participation we mean activity by private citizens designed to influence government decision making. Participation may be individual or collective, organized or spontaneous, sustained or sporadic, peaceful or violent, legal or illegal, 128 Marzuki, Strategi Penjaringan dalam Pendataan Pemilih yang Efektif dan Efisien, Makalah disampaikan pada Diskusi Evaluasi Pemilihan Umum diselenggarakan oleh Komisi Pemilihan Umum Kota Medan, Medan: KPU Kota Medan, Jum’at, 29 Desember 2006, hlm. 2. 129 Pasal 1 huruf b Undang-undang No. 4 Tahun 1999 tentang Susunan dan Kedudukan MPR. DPR dan DPRD. 59 Maezuki: Pengaruh Sistem Pemilihan Umum Terhadap Keterwakilan Politik Masyarakat pada DPRD-DPRD di Provinsi Sumatera Utara. USU e-Repository © 2008. effective or ineffective Partisipasi politik berarti warga negara ikut secara aktif mempengaruhi pengambilan keputusan pemerintah. Partisipasi tersebut dapat secara individu atau kolektif, terorganisir atau spontan, berkesinambungan atau sekali-sekali, damai atau kekerasan, sah atau tidak sah, efektif atau tidak efektif. 130 Dalam konteks ini, partisipasi tersebut bukan merupakan hasil rekayasa dari kekuasaan mobilized participation, melainkan partisipasi itu atas kehendak penuh dari warga negara yang memiliki political will yang tinggi terhadap pembangunan bangsa autonomic participation. Partai politik adalah organisasi artikulatif yang terdiri dari pelaku-pelaku yang aktif dalam masyarakat, yaitu mereka yang memusatkan perhatiannya untuk menguasai kekuasaan pemerintahan dan bersaing dengan beberapa kelompok lain yang mempunyai pandangan yang berbeda, untuk memperoleh dukungan rakyat. Dengan demikian partai politik merupakan perantara yang besar yang menghubungkan kekuatan-kekuatan dan ideologi sosial dengan lembaga-lembaga pemerintahan yang resmi dan yang mengkaitkannya dengan aksi politik di dalam masyarakat politik yang lebih luas. 131 Dalam Undang-undang Nomor 31 Tahun 2002 tentang partai politik disebutkan bahwa partai politik adalah organisasi politik yang dibentuk oleh sekelompok warga negara Republik Indonesia secara sukarela atas dasar persamaan kehendak dan cita-cita untuk memperjuangkan kepentingan anggota masyarakat, bangsa dan negara melalui pemilihan umum. Artikulasi kepentingan dimaksudkan dalam suatu sistem politik merupakan 130 Samuel P. Huntington dan Joan M. Nelson, No Easy Choice: Political Participation in Developing Countries, Cambridge: Harvard University Press, 1977, hlm. 3. 131 Sigmund Neumann, Modern Political Parties, Comparative Politics: A Reader, London: The Free Press of Glencoe, 1965, hlm. 352. 60 Maezuki: Pengaruh Sistem Pemilihan Umum Terhadap Keterwakilan Politik Masyarakat pada DPRD-DPRD di Provinsi Sumatera Utara. USU e-Repository © 2008. input yang disampaikan kepada instansi-instansi yang berwenang membuat keputusan, seperti DPRD dan pemerintah daerah, untuk diolah menjadi output dalam bentuk keputusan-keputusan yang mengikat. Hal ini akan menghasilkan berbagai kebijakan umum, undang-undang dan peraturan perundang-undangan lainnya. 132 Dengan demikian, DPRD sebagai wakil rakyat akan mampu menggabungkan pelbagai kepentingan baik berupa tuntutan maupun aspirasi masyarakat intrest aggregation, untuk kemudian dirumuskan secara teratur melalui proses perumusan kepentingan interest articulation yang pada gilirannya menjadi kebijakan pemerintah dalam bentuk kebijaksanaan umum public polcy. Untuk itu, DPRD harus mampu melaksanakan fungsinya secara harmoni, baik dalam kapasitas sebagai mitra sejajar dari Eksekutif Daerah maupun dalam hubungannya dengan lembaga-lembaga negara lain di tingkat pusat, serta mempunyai hubungan yang erat dengan rakyat yang diwakilinya refresentativeness. Dalam konteks inilah urgensi pemberdayaan anggota DPRD menjadi sangat relevan dikemukakan, sejalan dengan semangat otonomi daerah yang menegaskan bahwa pelaksanaan otonomi daerah harus lebih meningkatkan peranan dan fungsi badan legislatif Daerah, baik dalam rangka fungsi legislasi, fungsi pengawasan maupun fungsi anggaran atas penyelenggaraan pemerintahan Daerah. Bertolak pada realitas tersebut, secara normatif DPRD sebagai lembaga legislatif daerah dengan kedudukan, hak dan kewenangannya berdasarkan Undang- undang No. 22 tahun 1999 yang telah diubah dengan Undang-undang No. 32 Tahun 2004, diharapkan mampu berkiprah lebih besar dalam rangka menata kembali 132 Ariwibowo, Negara, Pemilihan Umum, dan Demokrasi, dalam Ifdhal Kasim, Mendemokratiskan Pemilu, Jakarta: Lembaga Studi dan Advokasi Masyarakat, 1996, hlm. 7. 61 Maezuki: Pengaruh Sistem Pemilihan Umum Terhadap Keterwakilan Politik Masyarakat pada DPRD-DPRD di Provinsi Sumatera Utara. USU e-Repository © 2008. kehidupan nasional yang telah mengalami distorsi selama ini akibat kuatnya pengendalian Pemerintah Pusat, sehingga akan terwujud kehidupan masyarakat yang demokratis, makmur dan berkeadilan. Berdasarkan kerangka teori dan kerangka konsep tersebut, maka skema alur pikir dalam penelitian ini dapat diformulasikan sebagai berikut : 62 Maezuki: Pengaruh Sistem Pemilihan Umum Terhadap Keterwakilan Politik Masyarakat pada DPRD-DPRD di Provinsi Sumatera Utara. USU e-Repository © 2008. 63 Maezuki: Pengaruh Sistem Pemilihan Umum Terhadap Keterwakilan Politik Masyarakat pada DPRD-DPRD di Provinsi Sumatera Utara. USU e-Repository © 2008.

F. Metode Penelitian