93
Dalam perkembangan selanjutnya, ajaran Marsilius ini sangat berpengaruh pada akhir abad pertengahan dan permulaan zaman renaissance, karena raja-raja
merasa berkuasa untuk berbuat apa saja menurut kehendaknya, dengan alasan perbuatannya tersebut sudah merupakan kehendak Tuhan, dan raja tidak bertanggung
jawab kecuali kepada Tuhan. Bahkan raja merasa berkuasa menetapkan kepercayaan atau agama yang harus dianut oleh rakyatnya atau warga negaranya.
167
2. Teori Kedaulatan Negara Staatssouvereniteit
Teori kedaulatan negara ini bermula dari tidak disetujuinya teori yang menyatakan kedaulatan ada pada Tuhan sebagaimana dikemukakan oleh penganut
teori kedaulatan Tuhan Godssouvereniteit, melainkan kedaulatan ada pada negara. George Jellinek sebagai salah satu penganut teori ini berpendapat bahwa
hukum adalah merupakan penjelmaan dari kehendak atau kemauan negara. Dengan perkataan lain negaralah yang menciptakan hukum, sehingga negara dianggap satu-
satunya sumber hukum, dan negaralah yang memiliki kekuasaan tertinggi kedaulatan, dan di luar negara tidak ada orang ataupun organ yang berwenang
menetapkan hukum. Dalam hubungan ini M. Solly Lubis mengemukakan pendapat George Jellinek
dalam bukunya “Algemeine Staatslehre” sebagai berikut :
168
Negara adalah organisasi yang dilengkapi dengan sesuatu kekuatan asli, kekuatan mana bukan diperdapat dari sesuatu kekuatan yang lebih tinggi
derajatnya. Hukum diciptakan oleh negara sendiri dan setiap gerak-gerik
167
Ibid., hlm. 153.
168
M. Solly Lubis, Ilmu Negara, op.cit., hlm. 43.
Maezuki: Pengaruh Sistem Pemilihan Umum Terhadap Keterwakilan Politik Masyarakat pada DPRD-DPRD di Provinsi Sumatera Utara. USU e-Repository © 2008.
94
manusia dalam negara itu harus menurut kehendak negara. Sedangkan negara sendiri tidak perlu takluk dibawah hukum, karena negara sendirilah yang
membuat hukum.
Paul Laband sebagai salah satu penganut teori kedaulatan negara beranjak dari pemikiran bahwa negara merupakan persekutuan manusia yang memperoleh
kedudukan sebagai badan hukum. Persekutuan dari organ-organ yang karena kemauan bersama telah mewujudkan ke dalam suatu kesatuan dan satu kekuasaan
tertinggi. Tidak ada negara, tidak ada kekuasaan tertinggi. Negara satu-satunya sumber segala kekuasaan.
169
Jean Bodin yang merupakan salah satu tokoh pelopor konsepsi kedaulatan juga dipandang sebagai penganut ajaran ini, dengan melihat hakekat negara pada
kedaulatan. Konsepsi Jean Bodin tentang pengertian negara yang menghendaki adanya supremasi raja, harus diartikan sebagai negaralah yang berdaulat atau
berkuasa. Pandangan ini tentu harus dihubungkan dengan jalan pemikiran negara
sebagai badan hukum, yaitu badan hukum publik yang hanya merupakan konstruksi yuridis sebagai suatu organ belaka, yang pada hakekatnya tidak mempunyai
kehendak, sehingga dengan demikian kehendak negara tidak lain dari kehendak orang-orang yang memegang kekuasaan di dalam negara, yaitu Raja.
Terhadap teori kedaulatan negara ini, terdapat kritikan sebagaimana dikemukakan Leon Duguit dan Krabbe, yaitu apabila hukum sudah dipandang
169
Ibid.
Maezuki: Pengaruh Sistem Pemilihan Umum Terhadap Keterwakilan Politik Masyarakat pada DPRD-DPRD di Provinsi Sumatera Utara. USU e-Repository © 2008.
95
merupakan perwujudan atau penjelmaan dari kehendak negara, dan baru mempunyai kekuatan mengikat apabila telah ditetapkan oleh Negara adalah bertentangan dengan
kenyataan, karena dalam prakteknya negara itu sendiri tunduk pada hukum. Terhadap keberatan tersebut, Jellinek mempertahankan pendapatnya dengan
mengemukakan ajaran Selbstbindung, yaitu ajaran yang berpandangan bahwa negara dengan suka rela mengikatkan dirinya atau mengharuskan dirinya tunduk kepada
hukum sebagai penjelmaan dari kehendaknya sendiri. Meski demikian, terhadap ajaran Selbstbindung tersebut masih dapat
dikemukakan keberatan, karena ajaran Staatssouvereniteit itu tidak membedakan antara negara dengan organ-organnya, dengan perkataan lain tidak membedakan
negara dengan pemerintah. Sebab pada hakekatnya negara itu merupakan suatu yang bersifat abstrak, jadi negara baru dapat berbuat melalui organ-organnya, sehingga
dengan demikian ajaran Selbstbindung tersebut bukan Selbtsbindung dari negara, melainkan Selbtsbindung dari organ-organnya atau pemerintah.
170
Oleh karena itu, menurut H. Krabbe yang berdaulat itu bukanlah negara, melainkan hukum yang berdaulat, sehingga dengan demikian timbul ajaran baru
tentang kedaulatan, yaitu kedaulatan hukum.
3. Teori Kedaulatan Hukum Rechtssouvereniteit