287
Tabel 3.6. Perolehan Suara dan Kursi Peserta Pemilu 1982 No. Partai
Suara Kursi
1977 Keterangan
1. 2.
3. Golkar
PPP PDI
48.334.724 20.871.880
5.919.702 64,34
27,78 7,88
242 94
24 62,11
29,29 8,60
+2,23 -1,51
-0,72 Jumlah 75.126.306
100,00 364
100,00 Sumber : http:www.kpu.go.idSejarahsejarah list.php
4. Sistem Pemilihan Umum Menurut Undang-undang No. 1 Tahun 1985.
Pada Pemilihan Umum berikutnya diselenggarakan pada tahun 1987, sebagaimana digariskan dalam paradigma yuridis politis melalui Ketetapan MPR No.
IIMPR1983 Tentang Garis-Garis Besar Haluan Negara dan Ketetapan MPR No. IIIMPR1983 Tentang Pemilihan Umum. Di dalam Ketetapan MPR No.
IIMPR1983 yang erat kaitannya dengan Pemilihan Umum, ditentukan beberapa hal sebagai berikut
461
: 1.
Pemilihan umum sebagai sarana demokrasi Pancasila dilaksanakan setiap lima tahun dengan asas langsung, umum, bebas dan rahasia yang
diselenggarakan oleh PresidenMandataris MPR dengan memberikan peranan secara lebih efektif kepada organisasi kekuatan sosial politik
peserta Pemilu yang terdiri dari Golongan Karya, Partai Demokrasi Indonesia dan partai Persatuan Pembangunan dalam kegiatan pelaksanaan
dan pengawasan dari tingkat pusat sampai daerah. Penyelenggaraan Pemilu yang akan datang dilaksanakan tahun 1987.
2. Peranan kekuatan-kekuatan sosial politik khususnya Partai-partai Politik
dan Golongan Karya sangat penting artinya dalam kehidupan berbangsa dan bernegara, serta sebagai modal dasar pembangunan nasional. Dalam
rangka ini demi kelestarian dan pengamalan Pancasila, Partai Politik dan
461
Perhatikan Ketetapan MPR No. IIMPR1983 Tentang Garis-garis Besar Haluan Negara, pada Bab IV Pola Umum Pelita Keempat, huruf D Arah dan Kebijaksanaan Pembangunan Umum,
Bidang Politik Aparatur Pemerintah, Hukum, Penerangan dan Media Massa, Hubungan Luar Negeri, angka 1. Politik huruf e dan f.
Maezuki: Pengaruh Sistem Pemilihan Umum Terhadap Keterwakilan Politik Masyarakat pada DPRD-DPRD di Provinsi Sumatera Utara. USU e-Repository © 2008.
288
Golongan Karya harus benar-benar menjadi kekuatan sosial politik yang hanya berasaskan Pancasila, sebagai satu-satunya asas. Selanjutnya perlu
ditingkatkan kegiatan dan peranan Partai Politik dan Golongan Karya dalam melaksanakan pendidikan politik serta dalam memperjuangkan
aspirasi masyarakat yang berorientasi kepada program-program pembangunan secara jujur, sehat dan bertanggung jawab demi tercapainya
tujuan nasional.
Sementara itu, di dalam Ketetapan MPR No. IIIMPR1983 Tentang Pemilihan Umum, dalam Pasal 2 dan Pasal 3 antara lain disebutkan: “penegasan
adanya kedudukan, hak dan kewajiban yang sama antara Golkar dengan Partai Demokrasi Indonesia dan Partai Persatuan Pembangunan, yang diselenggarkan oleh
PresidenMandataris MPR dengan memberikan peran secara lebih efektif kepada ketiga organisasi kekuatan sosial politik dalam kegiatan pelaksanaan dan pengawasan
dari tingkat pusat sampai daerah yang selanjutnya diatur dengan undang-undang, yang diselenggarakan selambat-lambatnya pada akhir tahun 1987”.
Realisasi amanat Ketetapan MPR ini melahirkan Undang-undang No. 1 Tahun 1985 Tentang Pemilihan Umum. Sistem pemilihan umum yang digunakan saat itu
adalah sistem pemilihan proporsional. Perbedaan yang paling pokok adalah adanya pengaturan yang eksplisit bahwa pemilihan umum diikuti oleh 3 tiga organisasi
kekuatan politik yakni Golongan Karya, Partai Demokrasi Indonesia dan Partai Persatuan Pembangunan yang mempunyai kedudukan, hak dan kewajiban yang sama
Pasal 13a, dan tema kampanye yang berhubungan dengan pembangunan Nasional sebagai pengamalan Pancasila pasal 20 ayat 1a huruf b. Hal ini tidak terlepas dari
perubahan Undang-undang No. 3 Tahun 1975 menjadi Undang-undang No. 3 Tahun
Maezuki: Pengaruh Sistem Pemilihan Umum Terhadap Keterwakilan Politik Masyarakat pada DPRD-DPRD di Provinsi Sumatera Utara. USU e-Repository © 2008.
289
1985 Tentang perubahan atas Undang-undang No. 3 Tahun 1975 Tentang Partai Politik dan Golongan Karya yang mengharuskan partai politik dan Golongan Karya
harus berasaskan Pancasila sebagai satu-satunya asas, sehingga menyebabkan tidak adanya pluralisme politik. Menolak asas partai berarti membubarkan diri.
462
Menurut Undang-undang No. 2 Tahun 1985 Tentang Susunan dan Kedudukan MPR, DPR dan DPRD ditentukan jumlah anggota DPR yang dipilih sebanyak 400
orang dan diangkat dari anggota ABRI sebanyak 100 orang. Pada Pemilu ini PPP diharuskan mengubah tanda gambar Ka’bah menjadi tanda gambar Bintang, karena
tidak lagi dibenarkan menggunakan lambang lama untuk menghindari ekses politisasi agama.
Pada Pemilihan Umum 1987 yang diselenggarakan pada tanggal 23 April 1987, jumlah penduduk tercatat 162.851.993 dengan pemilih terdaftar
93.737.633 pemilih, sedangkan suara yang sah mencapai 85.869.816 atau 91,32. Untuk menentukan jumlah anggota DPR yang dipilih tersebut,
undang-undang menentukan, tiap daerah pemilihan dipakai dasar perhitungan, sekurang-kurangnya 400.000 orang penduduk memperoleh seorang wakil.
Hasil Pemilu kali ini ditandai dengan kemerosotan terbesar PPP, yakni hilangnya 33 kursi dibandingkan Pemilu 1982, sehingga hanya mendapat 61
kursi. Penyebab merosotnya PPP antara lain karena tidak boleh lagi partai itu memakai asas Islam dan diubahnya lambang partai dari Ka’bah kepada
Bintang dan terjadinya penggembosan oleh tokoh-tokoh unsur Nahdatul Ulama NU, terutama Jawa Timur dan Jawa Tengah.
463
Sementara itu, Golkar memperoleh tambahan 53 kursi sehingga menjadi 299 kursi. PDI yang tahun 1986 dapat dikatakan mulai dekat dengan kekuasaan,
sebagaimana diindikasikan dengan pembentukan DPP PDI hasil Kongres 1986 oleh
462
Abdul Bari Azed dan Amir Makmur, Pemilu dan Partai Politik …, op.cit., hlm. 64.
463
Sekretariat Jenderal Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia, Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia Periode 1987-1992, Jakarta: Sekretariat Jenderal Dewan Perwakilan
Rakyat Republik Indonesia, 1992, hlm. 3.
Maezuki: Pengaruh Sistem Pemilihan Umum Terhadap Keterwakilan Politik Masyarakat pada DPRD-DPRD di Provinsi Sumatera Utara. USU e-Repository © 2008.
290
Menteri Dalam Negeri Soepardjo Rustam, berhasil menambah perolehan kursi secara signifikan dari 30 kursi pada Pemilu 1982 menjadi 40 kursi pada Pemilu 1987 ini
464
. Hasil Pemilu 1987 secara nasional dapat diperhatikan dari tabel sebagai
berikut di bawah ini :
Tabel 3.7. Perolehan Suara dan Kursi Peserta Pemilu 1987 No. Partai
Suara Kursi
1982 Keterangan
1. 2.
3. Golkar
PPP PDI
62.783.680 13.701.428
9.384.708 73.16
15.97 10,87
299 61
40 68,34
27,78 7,88
+8,82 -11,81
+2,99 Jumlah 63.998.344
100,00 360
100,00 Sumber : http:www.kpu.go.idSejarahsejarah list.php
Sementara itu, baik untuk Pemilu 1992 maupun Pemilu 1997 juga dilandasi oleh paradigma yuridis politis yang sama, yaitu Undang-undang No. 1 Tahun 1985
Tentang Pemilihan Umum dengan undang-undang di bidang politik lainnya, yaitu Undang-undang No. 2 Tahun 1985 Tentang Susunan dan Kedudukan MPR, DPR dan
DPRD dan Undang-undang No. 3 Tahun 1985 Tentang Partai Politik dan Golkar. Berdasarkan realitas yang demikian, maka sistem pemilihan umum yang
digunakan tidak mengalami perubahan, artinya tetap menggunakan sistem pemilihan umum proporsional. Meskipun tidak ada perubahan undang-undang, tetapi calon
anggota Lembaga Perwakilan Rakyat DPR dan DPRD diperiksa secara khusus melalui Penelitian Khusus Litsus.
465
464
Komisi Pemilihan Umum, http:www.kpu.go.idSejarah-list.php, hlm. 9.
465
Abdul Bari Azed dan Amir Makmur, Pemilu dan Partai Politik …, op.cit., hlm. 65.
Maezuki: Pengaruh Sistem Pemilihan Umum Terhadap Keterwakilan Politik Masyarakat pada DPRD-DPRD di Provinsi Sumatera Utara. USU e-Repository © 2008.
291
Penyelenggaraan Pemilu ini adalah merupakan amanat dari Ketetapan MPR No. IIMPR1988 Tentang Garis-Garis Besar Haluan Negara dan Ketetapan MPR No.
IIIMPR1988 Tentang Pemilihan Umum. Kedua Ketetapan ini pada dasarnya mempunyai materi muatan yang sama substansinya dengan Ketetapan MPR Tahun
1983 Tentang Garis-Garis Besar Haluan Negara dan Pemilihan Umum hanya saja terdapat penegasan penyelenggaraan pemilihan umum berikutnya adalah pada tahun
1992 dan pemilihan umum diselenggarakan sekali dalam lima tahun, dengan senantiasa mengupayakan meningkatkan kualitas pelaksanaannya.
466
Pada Pemilu 1992 yang diselenggarakan pada tanggal 9 Juni 1992 jumlah penduduk Indonesia mencapai 177.489.747 jiwa, sementara pemilih terdaftar adalah
107.565.697 orang, sedangkan suara sah secara nasional adalah 97.789.534 suara. Hasil Pemilu pada waktu itu sangat mengagetkan banyak orang, sebab perolehan
suara Golkar kali ini merosot dibandingkan Pemilu 1987. Kalau pada Pemilu 1987 perolehan suaranya mencapai 73,16, pada Pemilu 1992 turun menjadi 68,10, atau
merosot 5,06. Penurunan yang tampak nyata bisa dilihat pada perolehan kursi, yakni menurun dari 299 menjadi 282, atau kehilangan 17 kursi dibanding pemilu
sebelumnya.
467
PPP juga mengalami hal yang sama, meski masih bisa menaikkan 1 kursi dari 61 kursi pada Pemilu 1987 menjadi 62 kursi pada Pemilu 1992 ini. Yang berhasil
466
Ketetapan MPR No. IIMPR1988 Tentang Garis-garis Besar Haluan Negara, pada Bab IV Pola Umum Pelita Kelima, huruf D Arah dan Kebijaksanaan Pembangunan Umum, Bidang Politik
Aparatur Pemerintah, Hukum, Penerangan dan Media Massa, Hubungan Luar Negeri, angka 1. Politik huruf e dan f. Perhatikan juga Pasal 2 Ketetapan MPR No. IIIMPR1998 Tentang Pemilihan Umum
467
Komisi Pemilihan Umum, http:www.kpu.go.idSejarah-list.php, hlm. 9.
Maezuki: Pengaruh Sistem Pemilihan Umum Terhadap Keterwakilan Politik Masyarakat pada DPRD-DPRD di Provinsi Sumatera Utara. USU e-Repository © 2008.
292
menaikkan perolehan suara dan kursi di berbagai daerah adalah PDI. Pada Pemilu 1992 ini PDI berhasil meningkatkan perolehan kursinya 16 kursi dibandingkan
Pemilu 1987, sehingga menjadi 56 kursi. Ini artinya dalam dua Pemilu, yaitu Pemilu 1987 dan 1992, PDI berhasil menambah 32 kursinya di DPR.
Demikian juga halnya dengan Pemilu 1997, sistem pemilu yang digunakan adalah sama dengan pemilihan umum sebelumnya, dan pemungutan suara
diselenggarakan pada tanggal 29 Mei 1997. Untuk pemilu ini, anggota DPR yang dipilih berjumlah 425 orang atau bertambah 25 orang, hal ini karena adanya Undang-
undang No. 5 Tahun 1995 Tentang Susunan dan Kedudukan MPR, DPR, dan DPRD, yang klausulnya khusus mengurangi jumlah kursi ABRI di Dewan Perwakilan Rakyat
DPR. Hal ini dilakukan untuk mengurangi kritik terhadap ABRI yang dianggap represif dan terlalu mengedepankan peran politiknya.
468
Ketika Pemilu 1997 diselenggarakan penduduk Indonesia berjumlah 196.286.613 jiwa, sedangkan yang terdaftar sebagai pemilih 124.740.987 pemilih.
Suara sah yang tercatat pada Pemilu saat itu adalah 112.991.150 suara. Hasilnya menunjukkan Golkar memperoleh suaranya mencapai 74,51, atau naik 6,41,
sehingga perolehan kursinya meningkat menjadi 325 kursi, atau bertambah 43 kursi dari hasil Pemilu sebelumnya. PPP juga meningkat 5,43, sehingga meraih 89
perolehan kursi atau meningkat 27 kursi dibandingkan Pemilu 1992. Sedangkan PDI, yang mengalami konflik internal dan terpecah antara PDI Soerjadi dengan Megawati
Soekarnoputri setahun menjelang Pemilu, perolehan suaranya merosot 11,84 dan
468
Abdul Bari Azed dan Amir Makmur, op.cit., hlm. 66.
Maezuki: Pengaruh Sistem Pemilihan Umum Terhadap Keterwakilan Politik Masyarakat pada DPRD-DPRD di Provinsi Sumatera Utara. USU e-Repository © 2008.
293
hanya mendapat 11 kursi, yang berarti kehilangan 45 kursi dibandingkan Pemilu 1992.
Dalam hubungan dengan perolehan suara dan kursi pada Pemilu 1992 dan 1997 dapat diperhatikan pada tabel di bawah ini :
Tabel 3.8. Perolehan Suara dan Kursi Peserta Pemilu 1992 dan Pemilu 1997
Perolehan Suara dan Kursi 1992 1997
No. Partai
Golongan Politik
Suara Kursi
Suara Kursi
1. 2.
3. PPP
Golkar PDI
16.624.647 66.599.331
14.565.556 17,01
68,10 14,89
62 282
56 25.340.028
84.187.907 3.463.225
22,43 74,51
3,06 89
325 11
Jumlah 97.789.534 100,00
400 112.991.150
100,00 425
Sumber : http:www.kpu.go.idSejarahsejarah list.php.
5. Sistem Pemilihan Umum Menurut Undang-undang No. 3 Tahun 1999.