Penerapan E-Learning Dalam Sistem Pendidikan Jarak Jauh Pada Mata Kuliah Pendidikan Agama Islam (Studi Kasus Tutorial Online Di Universitas Terbuka)

(1)

PENERAPAN

E-LEARNING

DALAM SISTEM PENDIDIKAN JARAK JAUH

PADA MATA KULIAH PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

(Studi Kasus Tutorial

Online

di Universitas Terbuka)

Skripsi

Diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Islam (S.Pd.I)

Oleh:

Imam Fitri Rahmadi 108011000087

JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA 2013


(2)

(Studi Kasus Tutorial Online di Universitas Terbuka)

Skripsi

Diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar sarjana pendidikan Islam (s.pd.D

Oleh:

Imam Fitri Rahmadi NIM. 108011000087

Di bawah bimbingan

JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI

.

SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA 2A13


(3)

LEMBAR PENGESAHAN PEMBIMBING

Skripsi berjudul o'Penerapan E-learning dalam Sistem Pendidikan Jarak Jauh pada Mata Kuliah Pendidikan Agama Islam (Studi Kasus Tutorial Ontine di Universitas Terbuka)" disusun oleh Imam Fitri Rahmadi,

NIM

1080110000g7. Diajukan kepada Fakultas

Ilmu Tarbiyah dan

Keguruan (FITK)

UIN Syarif

Hidayatullah Jakarta. Telah melalui bimbingan dan dinyatakan sah sebagai karya ilmiah, yang berhak diujikan pada sidang munaqasah, sesuai ketentuan yang ditetapkan oleh fakultas.

Jakarta, 3 Mei 2013

Yang Mengesahkan,

I

Siti Khadiiah. MA NIP. 19700727 199703 2 004


(4)

Universitas Terbuka)" disusun oleh Imam Fitri Rahmadi, NIM. 108011000087. Diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan (FITK)

I/IN

Syarif

Hidayatullah Jakarta. Dinyatakan lulus dalam ujian munaqasah pada tanggal 27 Mei 2013 di depan Dewan Penguji. Karena itu, penulis berhak memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Islam (S.Pd.D.

Jakarta, 27 }dei 2013 Panitia Ujian Munaqasah

Tanggal Tanda Tangan

Ketua panitia (Ketua Jurusan/Program Studi) Bahrissalirl,lvfulr

NIP. 19680307 199803

|

002 Sekretaris Jurusan/Prodi Drs. Sapiudin Shidiq. M.Ag NIP. 19670328 200003 1 001 Penguji I

Dr. Yayah Nurmaliah. MA

21

/

Zt'ts

ts-

+|"4-Penguji II

Jejen Musfah. MA NrP. 19770602 200501

h dan Keguruan


(5)

:

Lwjel-KEMENTERIAN AGAMA UIN JAKARTA

FITK

Jl. h. H. Juanda No 95 Ciputat 1 541 2 lndonesia

FoRM (FR)

No. Dokumen

:

FITK-FR-AKD-089 Tgl.

Terbit :

1 Maret 20i0 No.

Revisi: :

01

111 Hal

SURAT PERNYATAAN KARYA

C

ENDIRI

Saya yang bertanda tangan di Nama

Tempat/Tgl.Lahir

NIM

Jurusan/Prodi Judul Skripsi

bawah ini,

Imam Fitri Rahmadi Klaten, 18 April 1991

1080i1000087

Pendidikan Agama Islam

Penerapan E-learning dalam Sistem pendidikan Jarak Jauh pada Mata Kuliah Pendidikan Agama Islam (Studi Kasus Tutorial Online di Universitas Terbuka) Dra. Siti Khadijah, MA

Dosen Pembimbing

dengan ini menyatakan bahwa skripsi yang saya buat benar-benar hasil karya sendiri dan saya bertanggung jawab secara akademis atas apa yang saya tulis.

Jakarta,2 Mei 2013 Mahasiswa Ybs.

Imam Fitri Rahmadi NIM. 108011000087


(6)

i

Judul Skripsi: Penerapan E-learning dalam Sistem Pendidikan Jarak Jauh pada Mata Kuliah Pendidikan Agama Islam (Studi Kasus Tutorial Online di Universitas Terbuka).

Kata Kunci: E-learning, Sistem Pendidikan Jarak Jauh, Tutorial Online

Memasuki abad ke-21 terjadi banyak perkembangan dalam dunia pendidikan. Pada abad dimana manusia sudah mulai semakin akrab dengan teknologi ini, hadir sebuah paradigma baru dalam proses pembelajaran. Kini sebuah proses pembelajaran bisa dilakukan secara jarak jauh, tanpa harus dengan tatap muka di suatu ruang dan waktu yang sama, sebagaimana terjadi dalam proses pembelajaran sebelumnya. Teknologi informasi dan komunikasi (Information and Communication Technology) atau biasa disingkat ICT juga telah membawa efek perubahan yang nyata dalam proses pembelajaran. Salah satu bentuk pembelajaran jarak jauh dengan memanfaatkan teknologi komunikasi dan informasi adalah tutorial online.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui penerapan e-learning dalam sistem pendidikan jarak jauh pada mata kuliah Pendidikan Agama Islam dengan studi kasus tutorial online di Universitas Terbuka. Penerapan yang dimaksud mencakup perencanaan, pelaksanaan, evaluasi dan tindak lanjut dari hasil evaluasi, serta kendala dan bagaimana mengatasi kendala dalam penerapannya.

Metode yang digunakan dalam penelitian adalah penelitian deskriptif yang bersifat kualitatif. Jenis penelitian deskriptif yang digunakan adalah studi kasus. Teknik pengumpalan data dilakukan dengan studi dokumenter, observasi, dan wawancara. Paradigmatik wawancara yang digunakan adalah wawancara semi-terstruktur. Paradigmatik semi-terstruktur ini digunakan dengan pertimbangan inilah paradigmatik wawancara yang lebih fleksibel dari pada paradigmatik wawancara terstruktur dan tidak terstruktur.

Perencanaan tutorial online pada mata kuliah Pendidikan Agama Islam di Universitas Terbuka dilakukan dengan membuat Rancangan Aktivitas Tutorial (RAT), Satuan Aktivitas Tutorial (SAT), dan menyusun seluruh materi untuk 8 inisiasi. Pelaksanaan tutorial online dilaksanakan dalam 8 inisiasi. Satu inisiasi berjalan selama satu minggu. Setiap inisiasi terdapat materi inisiasi dan diskusi. Pada inisiasi ke-3, 5, dan 7, terdapat tugas yang harus dikerjakan mahasiswa. Evaluasi formatif dinilai dari keaktifan mengikuti diskusi dan mengerjakan tugas, sedangkan evaluasi sumatif adalah penggabungan nilai diskusi dengan tugas. Dalam penerapan tutorial online terdapat beberapa kendala diantaranya, keterbatasan akses, mahasiswa kurang aktif, tutor kurang aktif, kelas yang terlalu banyak, dan keamanan jaringan.


(7)

ii

KATA PENGANTAR

Alhamdulillahirabbil’alamin, segala puji syukur harus dipanjatkan

kehadirat Allah SWT Dzat Yang Maha Pengasih lagi Penyayang. Atas segala nikmat, rahmat, taufik dan hidayah-Nya, menghantarkan penulis pada tahap akhir studi Program Strata Satu Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta. Hanya karena berkat dan ridho-Nya, penulis dapat sampai pada tahap menyusun dan menyelesaikan skripsi ini dalam waktu kurang lebih tujuh bulan.

Shalawat teriring salam tetap tercurahlimpahkan kepada baginda Nabi Agung Muhammad SAW beserta para shahabat dan kerabat dekatnya. Karena tuntunannya kita dapat memeluk indahnya Islam dan meneguhkan kesempurnaan agama yang penuh rahmat dan barokah.

Penulisan skripsi ini tidak lepas dari bantuan berbagai pihak dan di atas semuanya adalah Allah SWT. Maka pada kesempatan ini, penulis ingin menyampaikan rasa terima kasih yang setulus-tulusnya kepada:

1. Kedua orang tua penulis, Bapak Sugiarta dan Ibu Sudiyem, S.Pd yang telah merawat, mendidik, membesarkan, dan mendukung penulis dengan kasih sayang tulus sepanjang masa. Ucapan terima kasih saja rasanya belum cukup untuk membalas semua kasih sayang yang telah dicurahkan selama ini.

2. Rektor UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, Bapak Prof. Dr. Komaruddin Hidayat, M.A, beserta para pembantu rektor dan jajarannya.

3. Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan (FITK) UIN Syarif

Hidayatullah Jakarta, Bapak Prof. Dr. Rif’at Syauqi Nawawi, M.A, beserta

para pembantu dekan dan segenap jajarannya.

4. Ketua Jurusan Pendidikan Agama Islam, Bapak Bahrissalim, M.Ag, dan Sekretaris Jurusan Pendidikan Agama Islam, Bapak Drs. Sapiudin Shidiq, M.Ag, beserta pengadministrasi jurusan, Bapak Faza Amri, S. Th.I.

5. Dosen penasihat akademik, sekaligus juga sebagai dosen pembimbing skripsi penulis, Ibu Dra. Siti Khadijah, MA, yang telah memberi saran dan arahan sehingga penulisan skripsi ini dapat selesai dengan baik.


(8)

iii

yang selalu memberikan do’a dan semangat.

8. Teman-teman PAI C 2008 dengan kebersamaannya selama empat tahun. 9. Teman sedari dulu, Abraham Zakky Zulhazmi, Fajar Misbahul Munir,

Amin Rois, dan Syafa’ah Restuning Hayati.

10.Keluarga Besar Pondok Albarkah; M. Fathurrahman, Kurnia Aswaja, Kurnia Majid, Moch. Abdul Rohim, Habibullah, Uwes, Fajar Mahbub, Aziz, Ali, Aris Nurohman, Ihsan, Samsul, dan lainnya.

11.Teman-teman berkomunitas dan mengekspresikan diri, Komunitas Djuanda; Ray Sangga Kusuma, Renal Rinoza Kasturi, Marifka Wahyu Hidayat, Rizky Muhammad Zein, Mufti Al-umam, Choiriel Chodri, Farabe Ferdiansyah, Eni Wibowo, Rahayu Anggraini, Jayu Juli, Silviana, dan yang lainnya.

12.Teman-teman Forum Lenteng dan akumassa; Hafiz Rancajale, Otty Widasari, Ugeng, Andang Kelana, Mahardika Yudha, Paul Suwarso, Riosadja, Akbar Yumni, Manshur Zikri, Lulus Gita Samudra, Chomenk, Jenz, Mira Febi Meliya, Eko Yulianto, Soemantri Gelar, dan yang lainnya. 13.Faried Wijdan Al-jufri yang telah membimbing dan selalu memberi

dorongan, sehingga sebelum bergelar sarjana penulis bisa membuat dua buah karya buku yang diterbitkan oleh Elex Media Komputindo.

14.Semua orang yang pernah penulis temui entah bermula dari kesengajaan atau tidak, dalam setiap pertemuan pasti menghantarkan ilmu, nasehat, petuah dan pelajaran hidup.

15. Serta berbagai pihak yang tak dapat penulis sebutkan seluruhnya, semoga amal baik mereka diterima Allah SWT dan skripsi sederhana ini dapat bermanfaat, amin.


(9)

iv

Saran dan kritik yang membangun, sangat ditunggu demi kesempurnan penulisan skripsi. Besar harapan penulis, skripsi ini dapat bermanfaat bagi penulis sendiri dan bagi para pembaca.

Jakarta, 28 April 2013 Penulis

Imam Fitri Rahmadi NIM. 108011000087


(10)

v

DAFTAR TABEL ……….

DAFTAR GAMBAR ………

DAFTAR LAMPIRAN ………

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah ……….. B. Identifikasi Masalah ………...………...

C. Pembatasan Masalah ………....………

D. Perumusan Masalah ………...………..

E. Tujuan Penelitian ………... F. Kegunaan Penelitian ...……….. BAB II KAJIAN TEORETIS

A. Deskripsi Teoritis …...….……… 1. E-learning………..

a. Pengertian E-learning……….. b. Berbagai Teknologi E-learning………... c. Urgensi Penerapan E-learning……….

2. Tutorial Online………...

a. Pengertian Tutorial Online………... b. Perencanaan Tutorial Online………... c. Pelaksanaan Tutorial Online……… d. Evaluasi Tutorial Online……….. 3. Sistem Pendidikan Jarak Jauh ……… a. Pengertian Sistem Pendidikan Jarak Jauh ……… b. Perkembangan Sistem Pendidikan Jarak Jauh ………. c. Urgensi Sistem Pendidikan Jarak Jauh ……… 4. Pendidikan Agama Islam ………... a. Pengertian Pendidikan Agama Islam ………... b. Ruang Lingkup Pendidikan Agama Islam ………...

B. Hasil Penelitian yang Relevan …....……….

C. Kerangka Berpikir ………...……….

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

A. Tempat dan Waktu Penelitian …………...………... B. Metode Penelitian ………..………..

C. Unit Analisis ………

D. Instrumen Pengumpulan Data ……….. E. Teknik Pengumpulan Data ………...

F. Teknik Analisis Data ………...

vii viii ix 1 7 8 8 8 9 11 11 11 15 19 21 21 22 24 27 29 29 33 36 38 38 44 50 53 55 55 58 59 60 63


(11)

vi

BAB IV TEMUAN PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Gambaran Umum Universitas Terbuka……… 1. Visi Universitas Terbuka……… 2. Misi Universitas Terbuka……… 3. Tujuan Pendirian Universitas Terbuka………... 4. Tutorial Online di Universitas Terbuka……….. 5. Mata Kuliah Pendidikan Agama Islam di Universitas Terbuka…. B. Penerapan Tutorial Online Mata Kuliah Pendidikan Agama Islam di

Universitas Terbuka………..

1. Perencanaan Tutorial Online Mata Kuliah Pendidikan Agama

Islam di Universitas Terbuka………..

a. Rancangan Aktivitas Tutorial dan Satuan Aktivitas Tutorial...

b. Penyusunan Materi………...

2. Pelaksanaan Tutorial Online Mata Kuliah Pendidikan Agama Islam di Universitas Terbuka………..

a. Inisiasi ……….……….

b. Diskusi ……….………

c. Tugas ……….………...

d. Flowchart……….……… 3. Evaluasi dan Tindak Lanjut Hasil Pembelajaran Tutorial Online

Mata Kuliah Pendidikan Agama Islam di Universitas Terbuka…. 4. Kendala dan Bagaimana Mengatasi Kendala dalam Penerapan

Tutorial Online Mata Kuliah Pendidikan Agama Islam di

Universitas Terbuka………

a. Keterbatasan Akses………... b. Mahasiswa Kurang Aktif……….. c. Tutor Kurang Aktif………...

d. Kelas yang Terlalu Banyak………...

e. Keamanan Jaringan………...

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan ………...………..…………...………..

B. Saran ……..………..

DAFTAR PUSTAKA ………...

LAMPIRAN-LAMPIRAN 64 65 66 67 68 71 74 79 80 82 83 83 84 85 86 87 90 90 91 92 93 94 96 98 102


(12)

vii

Lingkungan Belajar Baru………...

2. Tabel 1.2 Perbandingan Karakteristik Siswa Generasi Lama dengan

Siswa Generasi Digital Hari ini………...

3. Tabel 2.1 Perbandingan Pembelajaran Tatap Muka dan Pembelajaran

dengan E-learning………..

4. Tabel 2.2 Tipe Informasi dan Teknologi E-learning dalam One-way Interactive……… 5. Tabel 2.3 Tipe Informasi dan Teknologi E-learning dalam Two-way

Interactive Asyncronous (times delayed)……….. 6. Tabel 2.4 Tipe Informasi dan Teknologi E-learning dalam Two-way

Interactive Syncronous (real times)……… 7. Tabel 4.1 Perkembangan Tutorial Online di UT………. 8. Tabel 4.2 Kontribusi (Bobot) dan Masa Berlaku Nilai...

2 4

14

16 17

17 70 89


(13)

viii

DAFTAR GAMBAR

1. Gambar 2.1 Flowchart Pembelajaran Online oleh Elliott... 2. Gambar 4.1 Peta Kompetensi Pendidikan Agama Islam/MKDU4221/3

sks………...

3. Gambar 4.2 Tampilan Halaman Muka UT Online... 4. Gambar 4.3 Tampilan Menu Aktivasi UT-Online... 5. Gambar 4.4 Tampilan Halaman Ketentuan Calon Anggota UT Online... 6. Gambar 4.5 Tampilan Halaman Aktivasi Data Mahasiswa... 7. Gambar 4.6 Tampilan Halaman UT Online Setelah Login... 8. Gambar 4.7 Tampilan Halaman UT Online Bagian Bawah... 9. Gambar 4.8 Tampilan Halaman Aplikasi Tutorial Online... 10.Gambar 4.9 Tampilan Halaman RAT... 11.Gambar 4.10 Tampilan Halaman Inisiasi Tutorial Online... 12.Gambar 4.11 Tampian Halaman Diskusi Tutorial Online... 13.Gambar 4.12 Tampilan Halaman Tugas Tutorial Online... 14.Gambar 4.13 Flowchart atau Diagram Alur Tutorial Online di

Universitas Terbuka... 15.Gambar 4.14 Tampilan Halaman Penilaian Tugas Tutorial Online...

26

73 75 76 77 77 78 81 84 85 86 87 88


(14)

ix 3. Pedoman Observasi

4. Berita Wawancara Tutor Drs. Syaiful Mikdar, M. Pd. 5. Berita Wawancara Tutor Dr. Hasani Ahmad Said, M.A. 6. Berita Wawancara Mahasiswa Arya Kurniawan

7. Berita Wawancara Mahasiswa Brilliant Wicaksono 8. Berita Wawancara Mahasiswa Herlyan

9. Berita Wawancara Mahasiswa Tri Indah Setyo Rahayu 10.Berita Wawancara Mahasiswa Ummi Habibah

11.Hasil Observasi

12.Kit Tutorial Mata Kuliah Pendidikan Agama Islam (MKDU4221

13.Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 41 Tahun 1984 Tentang Pendirian Universitas Terbuka

14.Surat Bimbingan Skripsi

15.Surat Permohonan Izin Penelitian dari UIN Syarif Hidayatullah Jakarta 16.Surat Permohonan Izin Penelitian dari Universitas Terbuka

17.Surat Pernyataan Penelitian

18.Surat Izin Penelitian dari Universitas Terbuka 19.Uji Referensi


(15)

1

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

Memasuki abad ke-21 terjadi banyak perkembangan dalam dunia pendidikan. Salah satu perkembangan yang terjadi adalah dalam proses pembelajaran. Pada abad dimana manusia sudah mulai semakin akrab dengan teknologi ini, hadir sebuah paradigma baru dalam proses pembelajaran. Kini sebuah proses pembelajaran bisa dilakukan secara jarak jauh tanpa harus dengan tatap muka di suatu ruang dan waktu yang sama sebagaimana terjadi dalam proses pembelajaran sebelumnya. Meskipun demikian, namun paradigma baru pembelajaran ini belum banyak dipahami oleh para pendidik maupun institusi pendidikan. Mereka masih banyak beranggapan bahwa pembelajaran harus dilakukan secara tatap muka.

Teknologi informasi dan komunikasi (Information and Communication Technology) atau biasa disingkat ICT juga telah membawa efek perubahan yang nyata dalam proses pembelajaran. Rosenberg1 menjelaskan bahwa dengan berkembangnya penggunaan teknologi informasi dan komunikasi ada lima pergeseran dalam proses pembelajaran, yaitu (1) dari pelatihan ke penampilan, (2) dari ruang kelas ke di mana dan kapan saja, (3) dari kertas ke online atau saluran, (4) dari fasilitas fisik ke fasilitas jaringan kerja, (5) dari waktu siklus ke waktu nyata.

1


(16)

Saat ini teknologi telah berhasil merubah gaya hidup setiap orang, dan secara otomatis telah merubah cara dan lingkungan belajar mereka. Seperti inilah efek besar dari perkembangan teknologi, khususnya teknologi komputer dan media digital, memberi pengaruh besar terhadap bagaimana orang bekerja, hidup, bermain, dan mempengaruhi cara belajar. International Society for Technology in Education (ISTE) merilis penelitiannya yang membandingkan perubahan lingkungan belajar lama dengan lingkungan belajar baru.2

Tabel 1.1 Perbandingan Lingkungan Belajar Lama dengan Lingkungan Belajar Baru

Traditional Learning Environments New Learning Environments

Teacher-centered instruction Student-centered learning Single-sense stimulation Multisensory stimulation Single-path progression Multipath progression

Single media Multimedia

Isolated work Collaborative work Information delivery Information exchange

Passive learning Active / exploratory / inquiry-based learning

Factual, knowledge-based learning Critical thinking and informed decision making

Reactive response Proactive / planned action Isolated, artificial context Authentic, real-world context

Dalam tabel yang membandingkan lingkungan belajar lama dengan lingkungan belajar baru tersebut, terlihat dengan jelas perubahan-perubahan yang telah terjadi. Mulai dari pembelajaran yang berfokus pada instruktur menjadi berfokus pada siswa. Hingga ketika dalam lingkungan belajar lama siswa berperan pasif, kini dalam lingkungan belajar baru siswa lebih aktif dalam pembelajaran.

2

Garry B. Shelly, Glenda A. Gunter, dan Randolph E. Gunter , Integrating Technologi and Digital Media in the Classroom. (USA: Course Technology, 2010), h. 1-2.


(17)

3

Sedangkan yang berkaitan dengan teknologi digital adalah lingkungan belajar lama masih menggunakan single media, sedangkan lingkungan belajar baru sudah menggunakan multimedia. Secara global, perubahan-perubahan yang terjadi adalah lingkungan belajar lama dominan dengan kesatuan (single), dalam lingkungan belajar baru menjadi bersifat banyak (multy).

Revolusi digital dimana segalanya sudah menjadi serba digital, memang telah berhasil memicu munculnya pemikiran ulang tentang metode belajar dan mengajar. Bangsa yang benar-benar memanfaatkan ledakan komunikasi digital dan menghubungkannya dengan teknik-teknik pembelajaran baru, niscaya akan memimpin dunia di bidang pendidikan.3 Sungguh hal tersebut menggambarkan bahwa penggabungan antara teknologi digital dan teknik pembelajaran baru menjadi kunci sukses dunia pendidikan di masa mendatang.

Ternyata revolusi digital bukan hanya merubah dari segi proses pembelajaran. Revolusi digital secara otomatis juga merubah pola kehidupan siswa yang hidup di era digital seperti sekarang ini. Garry B. Shelly, Glenda A. Gunter, dan Randolph E. Gunter menunjukkan telah terjadi pula perubahan pada siswa menuju yang disebutnya dengan digital student.4Revolusi digital membawa pada konsekwensi perubahan yang tak terkira. Generasi muda saat ini sebagai digital generation sangat tergantung pada media dibandingkan dengan generasi sebelumnya. Faktanya, generasi muda saat ini banyak menghabiskan waktunya untuk berlama-lama di depan layar komputer untuk melihat dan membuat video, mendengarkan musik, dan bermain game di komputer atau video game. Maka kehidupan siswa sekarang ini sudah sangat berbeda dari pada kehidupan siswa sebelumnya.

Apple Computer, sebuah perusahaan teknologi komputer raksasa asal Amerika yang diprakarsai Steve Jobs. Mendefinisikan digital students atau digital kids sebagai anak yang (1) hypercommunicators yang menggunakan berbagai alat untuk melakukan komunikasi, (2) multitaskers yang melakukan berbagai hal pada waktu yang bersamaan dengan sangat mudah, (3) berorientasi pada berbagai

3

Ace Suryadi, Pemanfaatan ICT Dalam Pembelajaran, Jurnal Pendidikan Terbuka dan Jarak Jauh, 2, 2007, h. 85-86.

4


(18)

tujuan pada waktu yang bersamaan. Sekarang digital generation datang dengan bentuk yang sangat berbeda dengan generasi sebelumnya, dan perbedaan ini perlu untuk dipahami oleh para guru apabila mereka bermaksud untuk melakukan pembelajaran yang efektif dengan digital students saat ini. Untuk memahami karekteristik digital generation dengan generasi sebelumnya dapat dilihat dalam tabel berikut.5

Tabel 1.2 Perbandingan Karakteristik Siswa Generasi Lama dengan Siswa Generasi Digital Hari ini.

Student from Previous Generations Today’s Digital Students

Passive communicators Hypercommunicators Single taskers Multitaskers

Work oriented Play oriented Linear thinking Random access Nonrelevancy learning, relevancy was

not critical to learning Learning has to be relevant and fun Single sensory input Multisensory input

Text-based first Digital and graphics first Reality-based Fantasy-based learning Conventional speed Twitch speed

Perkembangan dan perubahan telah banyak terjadi dalam dunia pendidikan. Namun yang menjadi pertanyaan adalah apakah para pendidik dan institusi pendidikan telah memahami perubahan dan perkembangan tersebut. Dalam penelitian yang dilakukan oleh Jaka Warsihna6 berkaitan dengan kompetensi TIK untuk guru mengungkapkan bahwa banyak guru yang belum kompeten menguasai TIK. Menurutnya kompetensi TIK merupakan kompetensi tambahan yang harus dimiliki guru di samping kompetensi pedagogik, kepribadian, personal, dan sosial.

5

Ibid., h. 16.

6


(19)

5

Apabila dilihat dari berbagai ulasan di atas menunjukkan bahwa perkembangan pembelajaran saat ini mengarah ke sebuah bentuk pembelajaran jarak jauh dengan menggunakan teknologi canggih, dimana terjadi pemisahan ruang maupun waktu antara pendidik dengan peserta didik. Pembelajaran jarak jauh seperti itu terkonsepsi dalam sebuah konsep sistem Pendidikan Jarak Jauh (PJJ).

Baik pendidikan jarak jauh maupun e-learning, telah banyak menjawab permasalahan yang selama ini dihadapi oleh paradigma lama pendidikan atau pendidikan tradisional. Diantaranya adalah permasalahan lokasi antara tempat belajar dengan jauhnya tempat tinggal peserta didik. Seperti yang kita ketahui bahwa Indonesia merupakan negara kepulauan terbesar di dunia dengan 13.487 pulau. Sekarang permasalahan lokasi sudah bisa diatasi, karena proses pembelajaran dilakukan secara jarak jauh, tanpa harus tatap muka. Oleh karenanya, pembelajaran dengan sistem pendidikan jarak jauh sesungguhnya mengarah pada perwujudan pendidikan sepanjang hayat dan pendidikan untuk semua.

Maka UNESCO sangat mendukung pelaksanaan pendidikan jarak jauh. Karena memang UNESCO memiliki misi untuk mewujudkan pendidikan sepanjang hayat dan pendidikan untuk semua.7 Konsep pendidikan jarak jauh ini sangat cocok dengan konsep pendidikan sepanjang hayat (life long education) dan pendidikan untuk semua (education for all) yang dicetuskan dan dideklarasikan oleh kurang lebih 150 negara di Jomtien, Thailand, pada tahun 1992 dengan sponsor dari UNESCO.8

Senada dengan deklarasi UNESCO, Undang-undang Sistem Pendidikan Nasional No. 20 Tahun 2003 juga telah mengamanatkan bahwa setiap warga negara berhak mendapat kesempatan meningkatkan pendidikan sepanjang hayat. Dalam pasal 31 pada undang-undang tersebut mengatur tentang pendidikan jarak jauh, yaitu:

7

Mariana Patru (ed.), Trends, Policy and Strategy Considerations, (France: UNESCO, 2002), h. III.

8

Adriani dan Pangaribuan, Mahasiswa di Institusi Pendidikan Tinggi Jarak Jauh,


(20)

(1) Pendidikan jarak jauh dapat diselenggarakan pada semua jalur, jenjang, dan jenis pendidikan.

(2) Pendidikan jarak jauh berfungsi memberikan layanan pendidikan kepada kelompok masyarakat yang tidak dapat mengikuti pendidikan secara tatap muka atau regular.

(3) Pendidikan jarak jauh diselenggarakan dalam berbagai bentuk, modus, dan cakupan yang didukung oleh sarana dan layanan belajar serta sistem penilaian yang menjamin mutu lulusan sesuai dengan standar nasional pendidikan.

(4) Ketentuan mengenai penyelenggaraan pendidikan jarak jauh sebagaimana dimaksud dalam ayat (1), ayat (2), ayat (3) diatur lebih lanjut dengan Peraturan Pemerintah.9

Sistem pendidikan jarak jauh sudah mulai diterapkan oleh beberapa institusi pendidikan tinggi di Indonesia. Ada beberapa perguruan tinggi yang menerapkan pembelajaran jarak jauh, antara lain Universitas Terbuka (UT), Istitut Pertanian Bogor (IPB), Institut Teknologi Bandung (ITB), Universitas Gajah Mada (UGM), Universitas Katolik Petra Surabaya, Universitas Surabaya, Universitas Bina Nusantara (BINUS) Jakarta, Universitas Pendidikan Indonesia (UPI) Bandung, Universitas Negeri Malang, dan Universitas Brawidjaja (UNIBRAW) Malang, dan institusi-institusi tersebut juga menerapkan e-learning.10

Pioner dari pelaksanaan sistem pendidikan jarak jauh di Indonesia adalah Universitas Terbuka (UT). Sebagai perguruan tinggi terbuka dan jarak jauh (PTTJJ), sejak berdirinya pada tahun 1984, UT berciri khas sebagai pelaksana pendidikan jarak jauh. Visi UT ke depan yang merupakan pengejawentahan dari misi UT yaitu “pada tahun 2021, UT menjadi institusi PTTJJ berkualitas dunia dalam menghasilkan produk pendidikan tinggi dan dalam penyelenggaraan, pengembangan, dan penyebaran informasi PTTJJ”.11

Pelaksanaan sistem pendidikan jarak jauh di UT sekarang banyak menggunakan e-learning, diterapkan pada setiap mata kuliah, termasuk salah

9

Undang-undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, (Jakarta: Pemerintah Republik Indonesia, 2003), Pasal 31.

10

Tri Darmayanti, dkk, E-learning pada Pendidikan Jarak Jauh: Konsep yang Mengubah Metode Pembelajaran di Perguruan Tinggi di Indonesia, Jurnal Pendidikan Terbuka dan Jarak Jauh, 2, 2007, h. 103.

11

Tim Penulis UT, Rencana Strategis 2010-2021 Rencana Operasional 2010-2013 Universitas Terbuka, (Jakarta: Universitas Terbuka, 2011), h.47-48.


(21)

7

satunya adalah mata kuliah pendidikan agama Islam (PAI). Salah satu aplikasi e-learning yang digunakan adalah tutorial online (tuton). Tutorial merupakan program bantuan dan bimbingan belajar yang disediakan oleh UT yang bertujuan untuk memicu dan memacu proses belajar mandiri mahasiswa. Tutorial sangat membantu mahasiswa dalam belajar, karena dalam tutorial membahas dan mendiskusikan hal-hal yang dianggap sulit dan sangat penting dikuasai mahasiswa.

Dari empat tutorial yang disediakan oleh UT; tutorial tatap muka, tutorial melalui radio, televisi, dan media massa, tutorial online, dan konseling online. Tutorial online memang merupakan bentuk bantuan belajar yang intens digunakan dalam penerapan pembelajaran menggunakan e-learning dalam sistem pendidikan jarak jauh di UT. Sangat menarik dan unik untuk melakukan penelitian tentang tutorial online. Maka berdasarkan pada rangkaian latar belakang permasalahan yang diungkapkan di atas, maka penelitian ini diberi judul “Penerapan

E-learning dalam Sistem Pendidikan Jarak Jauh pada Mata Kuliah Pendidikan

Agama Islam (Studi Kasus Tutorial Online di Universitas Terbuka)”. B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah tersebut maka teridentifikasi masalah-masalah sebagai berikut:

1. Masih banyak yang berpandangan bahwa pembelajaran harus dilakukan secara tatap muka.

2. Perkembangan teknologi informasi dan komunikasi (Information and Communication Technology atau ICT) merubah proses pembelajaran, dari tatap muka menjadi jarak jauh.

3. Kurangnya pemanfaatan teknologi, khususnya teknologi informasi dan komunikasi (Information and Communication Technology atau ICT) dalam pembelajaran.

4. Kondisi teritorial negara Indonesia yang sangat luas, mengakibatkan jauhnya jarak antara lokasi tempat belajar dengan tempat tinggal peserta didik.


(22)

C. Pembatasan Masalah

Dalam rangka memperdalam dan menfokuskan pembahasan dalam penelitian, perlu adanya pembatasan ruang lingkup permasalahan yang akan diteliti. Penelitian ini dibatasi pada penerapan e-learning dalam sistem pendidikan jarak jauh yang dilakukan pada mata kuliah Pendidikan Agama Islam dengan studi kasus tutorial online di UT. Studi kasus tutorial online yang diteliti fokus pada bagaimana penerapan pembelajaran dalam tutorial online. Peneliti tidak meneliti dari segi bagaimana mempersiapkan sistem atau teknologi yang digunakan dalam pelaksanaan tutorial online.

D. Perumusan Masalah

Berdasarkan pembatasan masalah di atas, maka ditemukan rumusan masalah sebagai berikut ini:

1. Bagaimana perencanaan tutorial online dalam sistem pendidikan jarak jauh pada mata kuliah PAI di UT?

2. Bagaimana pelaksanaan tutorial online dalam sistem pendidikan jarak jauh pada mata kuliah PAI di UT?

3. Bagaimana evaluasi dan tindak lanjut dari hasil pembelajaran menggunakan tutorial online dalam sistem pendidikan jarak jauh pada mata kuliah PAI di UT?

4. Kendala apa saja yang dihadapi dan bagaimana mengatasi kendala yang ada dalam penerapan tutorial online dalam sistem pendidikan jarak jauh pada mata kuliah PAI di UT?

E. Tujuan Penelitian

Mengacu pada permasalahan sebagaimana telah dirumuskan di atas, maka tujuan yang akan dicapai dalam penelitian ini adalah:

1. Untuk mengetahui perencanaan yang dilakukan untuk mempersiapkan tutorial online dalam sistem pendidikan jarak jauh pada mata kuliah PAI di UT.


(23)

9

2. Untuk mengetahui pelaksanaan tutorial online dalam sistem pendidikan jarak jauh pada mata kuliah PAI di UT.

3. Untuk mengetahui evaluasi dan tindak lanjut dari hasil pembelajaran menggunakan tutorial online dalam sistem pendidikan jarak jauh pada mata kuliah PAI di UT.

4. Untuk mengetahui kendala apa saja yang dihadapi dan bagaimana mengatasi kendala yang ada dalam penerapan tutorial online dalam sistem pendidikan jarak jauh pada mata kuliah PAI di UT.

F. Kegunaan Penelitian

Adapun kegunaan dari penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Kegunaan Teoritis

Penelitian ini diharapkan dapat menambah pengetahuan serta wawasan tentang bagaimana perencanaan, pelaksanaan, evaluasi dan tindak lanjut hasil pembelajaran, serta kendala apa saja yang dihadapi dan bagaimana mengatasi kendala yang ada dalam penerapan tutorial online dalam pendidikan jarak jauh. Penelitian ini juga diharapkan dapat memberikan kontribusi teoritis pada disiplin ilmu teknologi pendidikan dalam penerapan tutorial online lebih khusus penerapannya dalam sistem pendidikan jarak jauh di Indonesia.

2. Kegunaan Praktis

Sedangkan manfaat praktis dalam penelitian ini adalah:

a) Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi para praktisi pendidikan dan mahasiswa Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta Jurusan PAI agar lebih mengetahui bagaimana penerapan tutorial online dalam sistem pendidikan jarak jauh.

b) Agar para mahasiswa dapat memahami bagaimana perencanaan, pelaksanaan, evaluasi dan tindak lanjut, serta kendala apa saja yang dihadapi dan bagaimana mengatasi


(24)

kendala yang ada dalam penerapan tutorial online dalam sistem pendidikan jarak jauh.

c) Untuk melengkapi penelusuran koleksi skripsi pada perpustakaan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, berhubung belum adanya penelitian khusus tentang penerapan e-learning dalam sistem pendidikan jarak jauh pada mata kuliah PAI dengan studi kasus tutorial online di UT.


(25)

11

BAB II

KAJIAN TEORITIS A. Deskripsi Teoretis

1. E-learning

a. Pengertian E-learning

Jargon berawalan huruf “e” belakangan ini sangat popular, berawal dari

popularitas e-mail atau electronic mail yang berarti surat elektronik. Kemudian banyak bermunculan belakangan ini istilah yang menggunakan awalan huruf “e”, seperti e-commerce, e-government, e-banking, dan lainnya. Maka bisa dikatakan, sebenarnya jargon e-learning masih relatif baru. Tian Belawati1 menjelaskan bahwa teknologi masa lalu yang digunakan dunia pendidikan seperti kaset audio dan video, telepon, TV kabel, TV melalui satelit, system audio grafik berbasis, computer, teleteks, video disks, audio, dan video konferens merupakan peralatan elektronik. Namun demikian, belum muncul jargon e-learning pada saat itu.

Banyak pengertian tentang e-learning. Ruth Colvin Clark dan Richard E. Mayer mendefinisikan e-learning sebagai penyampaian intruksi yang dilakukan menggunakan komputer dengan sarana CD-ROM, internet, atau intranet dengan kriteria bahwa konten yang disampaikan relevan dengan objek yang dipelajari, menggunakan metode intruksi contoh atau panduan praktis untuk memudahkan peserta didik, menggunakan media tulisan dan gambar dalam menyampaikan konten dan metode, dan terakhir adalah membangaun pengetahuan baru serta kemampuan pada individu atau organisasi.2

1

Tian Belawati, “Penerapan E-learning dalam Pendidikan Jarak Jauh di Indonesia”, dalam Durri Andriani (ed.), Cakrawala Pendidikan: E-learning dalam Pendidikan, (Jakarta: Universitas Terbuka, 2003), h. 402.

2


(26)

Allan J. Henderson memberi definisi sekaligus karakter dari e-lerning, bahwa e-learning adalah pembelajaran berjarak menggunakan teknologi komputer (biasanya adalah internet), e-learning memungkinkan peserta didik belajar tanpa harus pergi ke ruang kelas, dan pembelajaran e-learning dapat dijadwalkan sesuai kesepakatan antara instruktur dan peserta didik, atau peserta didik dapat menentukan sendiri waktu belajar yang diinginkan.3 Definisi pertama Henderson sama dengan definisi dari sebuah kamus on-line untuk terminology ICT, webopedia.com, mendefinisikan e-learning sebagai suatu bentuk pendidikan di mana peserta didik belajar dengan cara mengoperasikan program pendidikan tertentu dalam computer.4

Dari ketiga definisi tersebut terlihat ada kesamaaa yaitu ketiganya mengungkapkan bahwa e-learning merupakan pembelajaran yang dilaksanakan menggunakan fasilitas komputer. Memang benar, mulai dari menggunakan CD-ROM hingga saat ini menggunakan jaringan internet atau intranet, masing-masing tetap menggunakan fasilitas komputer untuk mengaksesnya. Ace Suryadi5 melengkapi definisi tentang e-learning yang menyatakan bahwa e-learning itu merupakan konsep belajar jarak jauh dengan menggunakan teknologi telekomunikasi dan informasi, seperti internet, siaran radio, televise, video atau audio konferens, dan CD-ROM. Terdapat kesamaan tersendiri dari definisi yang dikemukakan oleh Ace Suryadi dengan definisi Allan J. Hendorsen, kesamaannya adalah keduanya mendefinisikan e-learning sebagai sebuah pembelajaran berjarak (jarak jauh).

Ruth Colvin Clark dan Richard E. Mayer menjelaskan lebih lanjut berkaitan dengan karakter e-learning ditinjau dari segi apa, bagaimana, dan kenapa adanya e-learning. Pembelajaran menggunakan e-learning harus memiliki dua unsur penting yaitu informasi dan metode pengajaran yang memudahkan orang untuk memahami konten pelajaran. Pembelajaran menggunakan e-learning

3

Allan J. Henderson, The E-learning Question and Answer Book, (USA: Amacom, 2003), h. 2.

4

Tian Belawati, op. cit., h. 403.

5Ace Suryadi, Pemanfaatan ICT Dalam Pembelajaran, Jurnal Pendidikan Terbuka dan


(27)

13

dilakukan melalui komputer menggunakan tulisan, suara, atau gambar seperti ilustrasi, photo, animasi, dan video. Pembelajaran menggunakan e-learning diperuntukkan untuk membantu pendidik mengajar seorang peserta didik secara objektif.6

Memang banyak sekali definsi yang diberikan pada e-learning, belum lagi ada yang membedakan e-learning dalam konteks dikotomi dalam penggunaan teknologinya. Tian Belawati mengutip dari Jackson dalam Hong Kong Web Symposium Consortium, menjelaskan bahwa terjadi pembedaan e-learning dalam konteks dikotomi yaitu antara pembelajaran yang difasilitasi oleh teknologi (technology-enhanced learning) dan pembelajaran yang disampaikan melalui teknologi (technology-delivered learning).7

Technology-enhanced learning memiliki ciri-ciri yang tidak terlalu berbeda dengan bentuk pendidikan tatap muka dimana; (1) Siswa mempunyai kesempatan yang tinggi untuk berinteraksi dengan guru atau instruktur secara tatap muka. (2) Proses pembelajaran dipimpin oleh guru atau instruktur secara langsung atau tatap muka di suatu kelas. (3) Bahan belajar suplemen yang dikembangkan dengan bantuan teknologi umumnya bersifat suplemen dan hanya meliputi silabus, bibliografi (sebagai link), dan informasi umum tentang pembelajran terkait. (4) Interaksi atau komunikasi antara siswa dan guru atau instruktur biasanya bersifat asinkronus (asynchronous), baik yang berbasis jaringan (web-based) maupun yang menggunakan suatu perangkat lunak pembelajaran asinkronous lainnya.

Sedangkan technology-delivered learning dikemukakan sebagai suatu pembelajaran yang memiliki cir-ciri; (1) Siswa tidak pernah atau jarang sekali bertemu secara fisik dengan guru atau instruktur. (2) Memiliki karakteristik sebagai belajar jarak jauh yang dikenal dengan sebutan distance education, distributed education, atau distance learning. (3) Pertemuan tatap muka di kelas yang biasanya dipimpin guru atau instruktur dimodifikasi menjadi bentuk lain atau diganti dengan pertemuan langsung secara maya (virtual classroom). (4)

6

Clark dan Mayer. loc. cit.


(28)

Bahan belajar baik yang merupakan kuliah langsung maupun yang berupa paket yang telah diproduksi sebelumnya, disampaikan melalui teknologi.

Apabila dirangkum semua definisi tersebut. Sederhananya, e-learning merupakan proses learning atau pembelajaran yang berbasis electronic yang biasa disingkat dengan huruf “e”. Pembelajaran dilakukan menggunakan komputer, serta teknologi telekomunikasi dan informasi, seperti internet, siaran radio, televisi, video atau audio konferens, dan CD-ROM. Karakteristik penggunaan e-learning digunakan dalam pendidikan yang berjarak (distance learning) dimana seorang peserta didik tidak harus bertemu dalam satu ruang dan waktu tertentu. Meskipun terjadi dikotomi antara pembelajaran yang difasilitasi oleh teknologi atau pembelajaran yang disampaikan melalaui teknologi. Kecenderungan belakangan ini yang berkembang adalah bahwa e-learning merupakan pembelajaran yang disampaikan melalui teknologi, karena saat ini e-learning sangat erat kaitannya dengan pembelajaran jarak jauh.

Supaya lebih jelas lagi, nampaknya perlu dipetakan perbedaan antara konsep pembelajaran tatap muka dengan konsep pembelajaran menggunakan e-learning. Beruntunglah Tri Darmayanti, Made Yudhi Setiani, dan Boedhi Oetojo telah membuat pemetaan perbedaan antara konsep tersebut dalam sebuah tabel. Terlihat jelas dalam tabel perbedaan konsep pembelajaran tatap muka yang dilakukan di dalam kelas nyata dengan konsep pembelajaran e-learning yang dilaksanakan melalui kelas maya.

Tabel 2.1 Perbandingan Pembelajaran Tatap Muka dan Pembelajaran dengan E-learning

Pembelajaran Tatap Muka Pembelajaran dengan e-learning Pembelajaran dilakukan secara tatap

muka Menggunakan sistem belajar jarak jauh

Interaksi antara dosen dan mahasiswa dilakukan secara tatap muka

Interaksi antara dosen dan mahasiswa dilakukan melalui media dalam konsep maya


(29)

15

Peran dosen sangat dominan Terfokus pada mahasiswa Kemajuan belajar tergantung pada

dosen

Mahasiswa sangat berperan dalam kemajuan dan keberhasilan belajarnya Dosen dan mahasiswa harus bertemu

pada waktu yang sama

Dosen dan mahasiswa tidak harus bertemu pada waktu yang sama Dosen sangat berperan dalam proses

belajar mahasiswa Menerapkan konsep belajar mandiri Karena tatap muka, maka kedua belah

pihak harus memiliki kemampuan berkomunikasi dalam konteks tatap muka

Dibutuhkan kemampuan berkomunikasi dengan bahasa tulis

Bagi dosen, khususnya, harus memiliki kemampuan berbicara di depan kelas

Kedua belah pihak dituntut untuk memiliki kemampuan dalam

menggunakan media atau komputer dan jaringan internet

Perbedaan pertama yang sangat jelas terlihat yaitu bahwa e-learning menggunakan sistem belajara jarak jauh, sedangkan pembelajaran tatap muka dilakukan dengan tatap muka. Maka tidak salah jika dalam penjelasan sebelumnya disimpulkan bahwa karakteristik e-learning dilakukan dalam pembelajaran jarak jauh. Perbedaan lain yang menonjol terlihat bahwa dalam e-learning mahasiswa atau peserta didik lebih aktif, karena pembelajaran terfokus pada peserta didik bukan pada pendidi. Selain itu dalam e-learning peserta didik sangat fleksibilitas dalam memilih ruang dan waktu dalam belajar.

b. Berbagai Teknologi E-learning

Jargon e-learning yang menjadi sangat populer saat ini adalah akibat dari ketenaran e-mail atau electronic-mail atau surat elektronik. Sangat menarik apabila membahas berkaitan dengan e-mail terlebih dahulu sebelum jauh membahas berbagai teknologi e-learning. Karena e-mail bisa dikatakan sebagai awal dari semua perubahan yang terjadi.


(30)

E-mail telah mengubah pola komunikasi antar perorangan yang dulu diwujudkan melalui surat-menyurat melalui layanan pos. Dalam wujud lamanya, apa yang ingin disampaikan itu diungkapkan dalam bentuk tulisan pada kertas surat, dan dikirimkan ke alamat orang yang akan menerimanya. Alamat yang digunakan dalam berkomunikasi lewat e-mail bukan lagi alamat tempat tinggal atau kantor. Penerima e-mail yang bepergian juga tidak lagi harus pulang ke rumahnya dulu untuk membacanya. E-mail bisa dikirim oleh si pengirim tadi dan dibaca oleh si penerima di mana saja. Hal ini berarti keberadaan e-mail sudah tidak terikat dengan suatu ruang dan waktu tertentu. E-mail bisa terkirim dalam kurun waktu yang begitu cepat hanya dalam hitungan sepersekian detik. Waktu yang dibutuhkan dalam proses pengiriman sudah bukan lagi dalam hitungan hari atau minggu. Berarti efektifitas dan efisiensi waktu sudah sangat terlihat jelas lebih efektif dan efisien.

Teknologi e-learning secara berkesinambungan berkembang dari sisi jumlah, kompleksitas, dan kemampuannya. Lambot Simamora dengan mengutip dari A. Chute, M. Thompson, dan B. Hancock menyuguhkan sebuah tabel yang berisi berbagai opsi teknologi e-learning berdasarkan tipe interaktifitas yang dapat dilakukan dan format informasi yang dipertukarkan. Menjelaskan teknologi e-learning mulai dari audiobroadcasting (audio satu arah) hingga kolaborasi interaktif multimedia (multimedia dua arah), dimana setiap peserta dari berbagai lokasi dapat saling melihat, mendengar, dan berkolaborasi.8

Tabel 2.2 Tipe Informasi dan Teknologi E-learning dalam One-way Interactive

One-way Interactive

Information Type E-learning Technology

Audio Audiotape, Radio broadcasting, dial acces audio Resoursces Data CBT, videotext, Bulletinboard, Internet

8

Lambot Simamora, “E-learning: Konsep dan Perkembangan Teknologi yang Mendukungnya”, dalam Durri Andriani (ed.), Cakrawala Pendidikan: E-learning dalam Pendidikan, (Jakarta: Universitas Terbuka, 2003), h. 355-356.


(31)

17

Video Videotape, Videobroadcast, one-way video, VCD Audio/Data Audio on WWW resources

Video/Data Video on CBT, Videotext, WWW

Audio/Video Audio/Video supplemented by Audio/videotapes, dial acces, audio, VCD

Audio/Video/Data Multimedia programming

Tabel 2.3 Tipe Informasi dan Teknologi E-learning dalam Two-way Interactive Asyncronous (times delayed)

Two-way Interactive Asyncronous (times delayed)

Information Type E-learning Technology

Audio Voice mail

Data Email, Internet

Video Video messaging

Audio/Data Audio supplemented by email, voice mail Video/Data Video messaging

Audio/Video Audio/Video supplemented by voice mail or video messaging Audio/Video/Data Multimedia messaging

Tabel 2.4 Tipe Informasi dan Teknologi E-learning dalam Two-way Interactive Syncronous (real times)

Two-way Interactive Syncronous (real times)

Information Type E-learning Technology

Audio Phone, audioconferencing Data Telecollaboration, Internet Video IVDL, Two-way Video

Audio/Data Audiographics, PC appl, sharing, telecollaboration Video/Data Video programs supplemented by telecollaboration Audio/Video Audio/Video supplemented by audioconferencing Audio/Video/Data Interactive AVA collaboration


(32)

Sudah pasti setiap teknologi yang ada memiliki kekurangan dan kelebihan masing-masing. Maka tidak ada teknologi e-learning tunggal yang dapat memberikan solusi ideal dan menyeluruh bagi penyelenggaraan proses pembelajaran jarak jauh. Pemanfaatan beberapa teknologi e-learning dapat menjadi solusi yang baik bagi lingkungan pendidikan dan pelatihan dalam menerapkan e-learning. Menggunakan berbagai teknologi e-learning, kekurangan dari satu teknologi akan dapat ditutupi oleh teknologi lain. Namun yang perlu diingat, pemilihan teknologi harus dapat didasarkan pada kebutuhan dari sistem atau proses e-learning yang akan diterapkan pada suatu institusi pendidikan.

Tian Belawati9 memberi catatan penting tentang pemanfaatan teknologi e-learning. Belawati menjelaskan, seperti pemanfaatan teknologi pada umumnya, kemapuan teknologi pendukung e-learning tidak selalu dimanfaatkan secara penuh. Para praktisi pendidikan merancang e-learning dalam berbagai tingkat sesuai situasi dan kondisi masing-masing. Misalkan di Amerika Serikat, dimana e-learning sudah sangat umum digunakan di setiap perguruan tinggi tatap muka maupun jarak jauh, penerapan e-learning masih dikombinasikan dengan penggunaan bahan ajar cetak. Penggunaan bahan ajar cetak tetap mendominasi metode penyampaian materi ajar utama di banyak institusi pendidikan jarak jauh di Amerika.

Jadi pada intinya pemilihan teknologi yang akan digunakan untuk melaksanakan e-learning dalam suatu institusi pendidikan harus tetap mempertimbangkan kebutuhan dan kemampuan masing-masing dari setiap institusi. Karena pada kenyataannya masih banyak yang mengkombinasikan antara pembelajaran tatap muka dengan e-learning. Analisis kebutuhan ini sangat penting demi berlangsungnya pembelajaran menggunakan e-learning yang efektif dan efisien.

9


(33)

19

c. Urgensi Penerapan E-learning

Secara utuh e-learning merupakan perwujudan dari upaya menghubungkan pembelajar (murid) dengan sumber belajarnya (database, pakar atau guru, perpustakaan) yang secara fisik terpisah atau bahkan berjauhan namun dapat saling berkomunikasi, berinteraksi, dan berkolaborasi secara langsung (synchronous) maupun tidak langsung (asynchronous).10

Allison Rossett menyatakan dalam bukunya berjudul The ASTD E-learning Handbook bahwa salah satu manfaat besar dari e-learning adalah bahwa hal itu memungkinkan setiap orang untuk dapat belajar kapan dan di mana saja mereka memilih. Lebih detail lagi Rossett memaparkan 10 manfaat penerepan e-learning.11

1) E-learning menghemat uang. E-learning sangat potensial untuk menghemat uang, apalagi dengan menggunakan sumber online, dengan nilai yang lebih tinggi dan pengguna yang lebih banyak. Manfaat ini sangat nyata, apalagi kalau sebelumnya harus menempuh perjalanan jauh untuk menuju tempat belajar.

2) E-learning mendistribusikan pesan yang terstandarisasi. Hal ini sangat terasa pada e-learning. Menggunakan e-learning dapat mendeistribusikan pesan atau materi yang sama pada setiap pembelajaran. Sehingga tidak menimbulkan perbedaan dalam penyampaian materi.

3) E-learning menghubungkan dengan para ahli, yang mana mereka tidak dapat datang secara langsung. Apabila tidak dapat belajar secara langsung (tatap muka) dengan seorang ahli, dengan e-learning kita tetap bisa berkomunikasi dengannya, dan proses belajar tetap berlangsung tanpa ada masalah.

4) E-learning memberi pengalaman belajar kelas dunia. E-learning banyak menggunakan berbagai teknologi dan media canggih. Seperti inilah pengalaman merasakan sebuah pembelajaran kelas dunia.

10

Lambot Simamora, op. cit., h. 351.

11


(34)

5) E-learning mudah diperbarui dan didistribusikan untuk semua orang. E-learning dapat dengan mudah diperbarui dan didistribusikan. Memang perlu sebuah komintmen untuk selalu bisa memperbarui materi yang telah ada, apalagi pasti sangat sulit dilakukan oleh seorang insinyur yang sangat sibuk.

6) E-learning nyaman dan kontekstual. E-learning dapat digunakan dengan nyaman dengan teknologi yang canggih. Materi yang disampaikan menggunakan e-learning dapat dengan mudah dikontekstualisasikan.

7) E-learning dapat digunakan secara interaktif. Teknologi canggih dalam e-learning memungkinkan untuk melakukan komunikasi dua arah. Sehingga memiliki tingkat interaktif yang tinggi.

8) E-learning meningkatkan sumber daya organisasi. Sangat benar, e-learning dapat meningkatkan sumber daya organisasi dalam tiga hal: (1) menggugah, menangkap, dan menyebar kecerdasan organisasi, (2) memberi modal intelektual, (3) memungkinkan penggunaan kembali dalam pekerjaan di seluruh organisasi.

9) E-learning memiliki komponen yang terintegrasi dengan cakupan lebih besar. Sistem e-learning dapat terintegrasi ke berbagai penjuru dengan jaringan internet. Sehingga bisa mengakses secara luar dengan cakupan yang lebih besar.

10)E-learning memungkinkan penyajian dan pertimbangan berbagai perspektif. E-learning juga memungkinkan untuk akses ke pandangan yang relevan pada banyak masalah.

Sangat banyak manfaat dari e-learning. Pada intinya urgensi dari penerapan e-learning dalam pembelajaran adalah terciptanya pembelajaran yang efektif, efisien, dan fleksibel. E-learning memiliki fleksibilitas yang tinggi karena belajar dapat dilakukan kapan dan dimana saja sesuai keinginan, hal ini juga sekaligus mencerminkan efektifitas dan efisiensi e-learning.


(35)

21

2. Tutorial Online

a. Pengertian Tutorial Online

Tutorial online berakar dari sebuah tutorial konvensional namun bedanya tutorial online menggunakan medium internet. Apabila didefinsian, tutorial dalam konteks konvensional, Alfred Bork dan Sigrun Gunnarsdottir12 menjelaskan bahwa istilah tutorial merujuk pada sebuah pembelajaran yang dilakukan oleh seorang tutor yang memiliki skill tinggi dengan seorang siswa atau sekolompok kecil siswa. Pembelajaran berfokus pada setiap individu siswa dan lebih mengarah pada pembelajaran daripada pengajaran. Pembelajaran sepenuhnya melibatkan siswa secara aktif.

Jadi dalam tutorial siswa diposisikan sebagai seorang pembelajar aktif, bukan sekadar sebagai seorang yang menerima informasi secara pasif. Apabila tutorial diampu oleh seorang tutor yang bagus, pendekatan pembelajaran tutorial dapat menciptakan pembelajaran yang unggul. Tutorial sangat efektif dalam meningkatkan pemahaman siswa pada suatu materi atau pelajaran, karena pembelajaran dalam tutorial tidak melibatkan siswa dalam jumlah banyak, sehingga pembelajaran berlangsung efektif dan efisien. Namun yang biasanya dikeluhkan adalah, ketika tutorial diampu oleh tutor yang memiliki skill rendah, kurang menguasai materi yang diajarkan, maka hasil dari pelaksanaan tutorial kurang maksimal.

Tutoring atau bimbingan belajar adalah sistem yang sukses untuk pembelajaran tradisional. Prensky menyatakan bahwa pembelajaran tutorial lebih efisien daripada belajar di kelas tradisional, karena interaksi terjadi satu per satu secara pribadi antara guru dan siswa. Namun bimbingan belajar tradisional (fisik) masih memerlukan biaya yang mahal untuk melakukan pembelajaran. Prensky memilki pandangan bahwa teknologi saat ini memungkinkan untuk menghubungkan lebih banyak siswa dengan guru tunggal dengan biaya yang lebih rendah dan jarak yang lebih luas.13

12

Alfred Bork dan Sigrun Gunnarsdottir, Tutorial Distance Learning, (New York: Plenum Publishers, 2001), h. 72.

13

Viktorija Sulcic dan Alja Sulcic, Can Online Tutors Improve the Quality of E-learning?,


(36)

Menganalisa pendapat Prensky di atas. Prensky sangat pintar melihat sebuah peluang yang ada dari sebuah perkembangan teknologi. Dengan perkembangan teknologi saat ini sungguh sangat memungkinkan untuk melakukan sebuah bentuk tutorial online menggunakan teknologi komputer dan internet. Sebenarnya pernyataan senada juga dikemukakan oleh Alfred Bork dan Sigrun Gunnarsdottir yang menyatakan bahwa situasi sekarang telah berubah. Sekarang telah ada teknologi dan ilmu pengetahuan yang dapat digunakan untuk menyediakan tutorial online bagi enam milyar orang di dunia.

Dalam istilah yang digunakan oleh Alfred Bork dan Sigrun Gunnarsdottir, turorial online disebutnya sebagai Computer-based Tutors yang digambarkannya sebagai tutorial dengan tingkat interaksifitas tinggi menggunakan komputer.14 Sedangkan menurut Gayle V. Davidson-Shivers dan Karen L. Rasmussen, tutorial online disebutnya sebagai Web-Based Instruction (WBI) yang diartikannya sebagai sebuah bentuk instruksi yang disampaikan secara online dalam pendidikan jarak jauh. Dalam WBI antara siswa dan instruktur atau tutor tidak melakukan interaksi atau bertemu secara tatap muka. Semua materi dan tugas disampaikan melalui Web.15

Selama pencarian referensi pustaka, belum ada yang mendefinisikan leterlek apa itu tutorial online. Karena justru pola pembelajaran seperti tutorial online memiliki istilah lain sebagaimana telah dikemukakan di atas. Namun apabila dirangkum, maka tutorial online dapat didefinisikan sebagai sebuah pembelajaran yang berfokus pada individu atau sekolompok kecil siswa, menitikberatkan pada keaktifan siswa dengan dipandu oleh seorang tutor secara jarak jauh tanpa tatap muka, dan interaksi, penyampaian materi, serta tugas, sepenuhnya dilakukan secara online menggunakan internet.

b. Perencanaan Tutorial Online

Perencanaan merupakan suatu kegiatan menyusun langkah-langkah yang akan dilaksanakan untuk mencapai tujuan yang telah ditentukan. Menyusun

14

Alfred Bork dan Sigrun Gunnarsdottir, op. cit,. h. 73.

15

Gayle V. Davidson-Shivers dan Karen L. Rasmussen, Web-Based Learning: Design, Implementation, and Evaluation, (New Jersey: Pearson, 2006), h. 24.


(37)

23

perencanaan dapat disusun berdasarkan kebutuhan dalam jangka waktu tertentu sesuai dengan keinginan pembuat perencanaan. Hal yang sangat perlu diperhatikan dalam menyusun perencanaan adalah bahwa perencanaan yang dibuat harus dapat dilaksanakan dengan mudah dan tepat sasaran.

Definisi dari perencanaan dijelaskan oleh Cunningham dalam Hamzah B. Uno16, mengemukakan bahwa perencanaan adalah menyeleksi dan menghubungkan pengetahuan, fakta, imajinasi, dan asumsi untuk masa yang akan datang dengan tujuan memvisualisasi dan memformulasi hasil yang diinginkan, urutan kegiatan yang diperlukan, dan perilaku dalam batas-batas yang dapat diterima yang akan digunakan dalam penyelesaian. Jadi dapat diamati bahwa perencanaan di sini menekankan pada usaha menyelesaikan dan menghubungkan sesuatu dengan kepentingan masa yang akan datang serta usaha untuk mencapainya. Apa wujud yang akan datang itu dan bagaimana usaha untuk mencapainya merupakan perencanaan.

William H. Newman dalam Abdul Majid mengemukakan bahwa

“perencanaan adalah menentukan apa yang akan dilakukan. Perencanaan

mengandung rangkaian-rangkaian putusan yang luas dan penjelasan-penjelasan dari tujuan, penentuan kebijakan, penentuan program, penentuan metode-metode dan prosedur tertentu dan penentuan kegiatan berdasarkan jadwal sehari-hari.”17 Jadi sederhananya perencanaan merupakan langkah membuat suatu rencana terhadap apa yang ingin dilakukan dengan segenap rangkaian putusan dan penjelasan.

Tutorial online merupakan bagian dari sebuah kegiatan pengajaran, yaitu pengajaran dalam bentuk bimbingan belajar atau tutorial menggunakan media internet. Pengajaran sendiri secara sederhana menurut Darwin Syah18 dapat diartikan sebagai suatu proses yang dilakukan oleh para guru dalam membimbing, membantu, dan mengarahkan peserta didik untuk memiliki pengalaman belajar.

16

Hamzah B. Uno, Perencanaan Pembelajaran, (Jakarta: Bumi Aksara, 2006), h. 1.

17

Abdul Majid, Perencanaan Pembelajaran, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2005), h. 15.

18

Darwyn Syah dkk., Perencanaan Sistem Pengajaran Pendidikan Agama Islam, (Jakarta: Gaung Persada Press, 2007), h. 30.


(38)

Dengan kata lain pengajaran adalah suatu cara bagaimana memberikan pengalaman belajar serta keterampilan kecakapan hidup bagi peserta didik.

Maka dalam konteks pengajaran, menurut Abdul Majid perencanaan dapat diartikan sebagai proses penyusunan materi pelajaran, penggunaan media pengajaran, dan penilaian dalam suatu alokasi waktu yang akan dilaksanakan pada masa tertentu untuk mencapai tujuan yang telah ditentukan.19 Perencanaan dalam konteks pengajaran memang memiliki definisi yang lebih sempit daripada perencanaan dalam halnya pendidikan secara luas. Jadi perencanaan dalam konteks pembelajaran itu meliputi proses kegiatan menyusun materi pelajaran, penggunaan media pengajaran, dan perencanaan penilaian dalam suatu alokasi waktu.

Memahami definisi perencanaan dalam konteks pengajaran yang dikemukakan oleh Abdul Majid. Apabila digunakan dalam konteks perencanaan dalam pengajaran tutorial online. Maka maksud dari perencanaan tutorial online dapat meliputi proses penyusunan materi, penggunaan media, dan rencana penilaian dalam tutorial online. Melakukan perencanaan meliputi tiga hal tersebut menjadi dasar dalam berjalannya sebuah tutorial online yang baik, sesuai dengan tujuan yang diharapkan sebelumnya.

c. Pelaksanaan Tutorial Online

Setelah merencanakan dengan matang berkaitan dengan persiapan apa saja yang dilakukan untuk melaksanakan tutorial online. Maka selanjutnya adalah bagaimana melaksanaan tutorial online. Gayle V. Davidson-Shivers dan Karen L. Rasmussen menjelaskan, dalam pelaksanaan tutorial online digunakan sebuah sistem manajemen pembelajaran yang disebut sebagai Learning Management Systems (LMS).

LMS adalah aplikasi perangkat lunak untuk melakukan dokumentasi, administrasi, pelaporan, pelacakan, dan pengiriman program pendidikan atau program pelatihan. LMS merupakan sebuah sistem untuk mengelola catatan pelatihan dan pendidikan. Merupakan sebuah perangkat lunak untuk

19


(39)

25

mendistribusikan program kuliah online atau (hibrida) melalui internet dengan kemampuan fitur untuk melakukan kolaborasi online. Perguruan tinggi dan universitas menggunakan LMS untuk memberikan kursus online dan meningkatkan efektifitas kursus di kampus. Departemen pelatihan perusahaan menggunakan LMS untuk memberikan pelatihan online, serta mengotomatisasi pencatatan dan pendaftaran karyawan.

Kebanyakan LMS menyediakan struktur yang membantu desainer dalam mengorganisir website instruksional. Saat mengembangkan flowchart (diagram alur), desainer memeriksa struktur LMS, termasuk bagaimana konten yang ditampilkan dan bagaimana fitur seperti chat dan diskusi diakses, untuk meminimalkan konflik antara struktur. Elliott20 mengevaluasi berbagai jenis urutan instruksional. Desain yang paling erat terkait dengan konseptualisasi kursus adalah hirarkis dengan asosiasi. Kursus ini akan dimasukkan ke LMS. Menggunakan kerangka struktural dari LMS, Elliott menciptakan flowchart (diagram alur) berikut untuk menggambarkan bagaimana peserta didik belajar. Bentuk flowchart (diagram alur) seperti inilah yang biasanya digunakan dalam pembelajaran online, termasuk salah satunya adalah tutorial online.

20


(40)

Gambar 2.1 Flowchart Pembelajaran Online oleh Elliott

Dalam pelaksanaan tutorial online, mendukung peserta didik dan tutor melalui peran yang berbeda. Berge mendefinisikan empat peran dasar dari sebuah tutor online; pedagogis, manajerial, sosial dan teknis.21 Dalam tutorial online peran pedagogis mendukung proses belajar itu sendiri dengan memberikan petunjuk, pertanyaan, contoh, umpan balik, motivasi, dan lain-lain. Peran manajerial memerlukan tutor untuk melakukan kursus dasar administrasi, track kemajuan siswa, dan data-data lainnya. Peran sosial tutor meliputi upaya untuk membangun lingkungan yang ramah dan nyaman dan komunitas yang merangsang pembelajaran. Sedangkan peran teknis membutuhkan tutor untuk mengenalkan para siswa dengan dirinya sendiri atau dirinya sendiri dengan TIK yang digunakan untuk e-learning, dan juga untuk menyediakan beberapa dukungan teknis kepada siswa.

Untuk menjadi sukses dalam semua peran yang dibutuhkan, tutor online harus memiliki keterampilan dan karakter tertentu. Thomas membuat empat

21


(41)

27

kriteria tutor online yang baik; positif, proaktif, sabar dan persisten.22 Banyak pengamat menekankan perlunya tutor untuk menjadi ahli di bidang yang mereka les. Tutor juga harus memiliki semangat untuk mengembangkan keterampilan komunikasi online, menjadi melek TIK, akrab dengan teknologi e-learning dan memiliki sikap positif terhadap siswa dan pembelajaran. Maka tutor dituntut untuk berpartisipasi dalam program-program pelatihan yang membantu untuk mengembangkan keterampilan, belajar tentang peran sebagai tutor online dan belajar tentang karakteristik e-learning yang berbeda dari pembelajaran tradisional (face-to-face).

d. Evaluasi Tutorial Online

Evaluasi merupakan bagian integral dalam pendidikan sebagai sarana untuk mengetahui tolak ukur keberhasilan dari sebuah pengajaran. Edwind Wandt dan Gerald W. Brown dalam Anas Sudijono mendefinisikan evaluasi sebagai

berikut: “evaluation refer to the act or process to determining the value of something.”23Menurut definisi ini berarti istilah evaluasi itu menunjuk pada suatu pengertian sebuah tindakan atau proses untuk menentukan nilai dari sesuatu.

Dalam definisi lain, B.S. Bloom dalam W. Gulo yang dikutip oleh Slameto menyatakan bahwa “evaluation, as we see it, is the systematic collection of evidence to determine wether in fact certain changes are taking place in the learns as well as to determine the amount or degree of change in individual

students.”24

Jadi evaluasi dalam definisi ini berarti usaha untuk mengetahui sejauh mana perubahan itu telah terjadi pada masing-masing siswa melalui kegiatan belajar mengajar.

Dari dua terminologi evaluasi diatas, dapat disimpulkan bahwa evaluasi merupakan sebuah tindakan, dan tindakan ini berarti sebuah usaha untuk menentukan nilai dan mengetahui sejauh mana perubahan yang telah terjadi dari sebuah kegiatan belajar mengajar.

22

Ibid., h. 203.

23

Anas Sudijono, Pengantar Evaluasi Pendidikan, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2007), h. 1.

24


(42)

Evaluasi atau penilaian menurut fungsinya dibedakan menjadi empat jenis yaitu formatif, sumatif, penempatan dan diagnostik. Menurut caranya, evaluasi dibedakan atas penilaian kualitatif dan kuantitatif. Sedangkan menurut tekniknya, dibedakan antara tes dan non tes. Dalam proses pembelajaran, evaluasi berdasarkan fungsi yang biasa digunakan adalah evaluasi formatif dan sumatif. Sedangkan dari segi tekniknya bisa dalam bentuk tes maupun non tes.25

Crooks dan Scriven dalam Peter W. Airasian menjelaskan perbedaan antara evaluasi formatif dan sumatif sebagi berikut: “Being interactive, such assessments are often called formative assessments because they are influential forming the process under way. Summative assessments come at the end of a process, when it is difficult to alter or rectify what has gone on.”26 Jadi evaluasi formatif itu dilakukan saat proses rangkaian pembelajaran berlangsung, sedangkan evaluasi sumatif dilakukan diakhir setelah seluruh rangkain proses pembelajaran selesai.

Evaluasi formatif pada umumnya dilakukan pada akhir satuan pelajaran (SAP) dan terutama diarahkan kepada bidang tingkah laku kognitif. Evaluasi sumatif langsung diarahkan kepada keberhasilan siswa mempelajari suatu program pengajaran. Biasanya dilakukan pada akhir program pengajaran yang relatif besar, misalnya triwulan, semester, akhir tahun, atau pada akhir jenjang persekolahan.

Evaluasi dalam tutorial online dapat dilakukan dengan mengadaptasi dari proses evaluasi pembelajaran yang biasa dilakukan, yaitu dengan evaluasi formatif dan sumatif. Jadi evaluasi formatif dalam tutorial online dilakukan pada saat setelah pelaksanaan tutorial online mingguan dilaksanakan. Sedangkan evaluasi sumatif dilakukan pada akhir tutorial online setelah seluruh tutorial online mingguan selesai dilaksanakan.

25

Ibid., h. 25.

26


(43)

29

3. Sistem Pendidikan Jarak Jauh

a. Pengertian Sistem Pendidikan Jarak Jauh

Sistem pendidikan jarak jauh (PJJ) berawal dari sebuah bentuk pendidikan koresponden. Matheswaran menjelaskan bahwa pendidikan koresponden telah eksis selama lebih dari 100 tahun, dan sampai sekarang masih lazim digunakan dalam pendidikan jarak jauh.27 Paulina Pannen juga mengungkapkan bahwa pada awalnya pendidikan jarak jauh berbentuk pendidikan koresponden. Pendidikan koresponden mulai dikenal sekitar tahun 1720-an sebagai bentuk pendidikan orang dewasa. Proses pendidikan koresponden terjadi melalui bahan ajar cetak yang dikenal sebagai self-instruction texts, dikombinasikan dengan komunikasi tertulis antara pengajar dan siswa. Ketika media pembelajaran non-cetak mulai populer, istilah pendidikan koresponden dianggap menjadi terlalu sempit. Maka kemudian muncul istilah independent study (belajar mandiri), home study (belajar di rumah), dan external study (belajar di luar sekolah). Baru pada sekitar tahun 1970-an, bersama dengan berdirinya Open Universitry di Inggris, istilah pendidikan jarak jauh menjadi popular dan digunakan untuk mencakup pendidikan korespondensi, independent study, home study, dan external study.28

Berbagai ahli pendidikan memiliki definisi pendidikan jarak jauh menurut sudut pandangnya masing-masing. Paulina Pannen29 merangkum berbagai pendapat ahli tersebut. Menurut para ahli pendidikan jarak jauh adalah:

1) Suatu bentuk pembelajaran mandiri yang terorganisasi secara sistematis, di mana konseling, penyajian materi pembelajaran, dan penyelia serta pemantauan keberhasilan siswa dilakukan oleh sekelompok tenaga pengajar yang memiliki tanggung jawab yang saling berbeda. Pembelajaran dilaksanakan secara jarak jauh dengan menggunakan bantuan media. Sebaliknya dari system pendidikan jarak jauh adalah system pendidikan langsung atau tatap muka, suatu sistem

27

Matheswaran, V. P, Distance Education. (New Delhi: Anmol Publication PVT. LTD, 2005), h. 5.

28

Paulina Pannen, “Pengertian Sistem Terbuka dan Jarak Jauh”, dalam Tian Belawati (ed.), Pendidikan Terbuka dan Jarak Jauh, (Jakarta: Universitas Terbuka, 1999), h. 11.

29


(44)

pembelajaran yang terjadi karena adanya kontak langsung antara tenaga pengajar dengan siswa (Dohmen, 1967).

2) Suatu metode pembelajaran yang menggunakan korespondensi sebagai alat komunikasi antara tenaga pengajar dengan siswa, ditambah dengan adanya interaksi antar siswa dalam proses pembelajaran (MacKenzie, Christensen, & Rigby, 1968).

3) Sistem pendidikan yang tidak mempersyaratkan adanya tenaga pengajar di tempat seseorang belajar, namun dimungkinkan adanya pertemuan-pertemuan antara tenaga pengajar dan siswa pada waktu-waktu tertentu (French Law, 1971).

4) Suatu metode untuk menyampaikan ilmu pengetahuan, keterampilan, dan sikap yang dikelola berdasarkan pada penerapan konsep ban berjalan (division of labor), prinsip-prinsip organisasi, dan pemanfaatan media secara ekstensif terutama dalam reproduksi bahan ajar, sehingga memungkinkan terjadinya proses pembelajaran pada siswa dalam jumlah banyak pada saat bersamaan di manapun mereka berada. Merupakan suatu bentuk industry dari belajar dan pengajaran (Paters, 1973).

5) Suatu metode pembelajaran di mana proses pengajaran terjadi secara terpisah dari proses belajar, sehingga komunikasi antara tenaga pengajar dan siswa harus difasilitasikan melalui bahan cetak, media elektronik, dan media-media lain (Moore, 1973).

6) Suatu bentuk pendidikan yang meliputi beragam bentuk pembelajaran pada berbagai tingkat pendidikan yang terjadi tanpa adanya penyeliaan tutor secara langsung dan atau terus menerus terhadap siswa dalam suatu lokasi yang sama, namun memerlukan proses perencanaan, pengorganisasian dan pemantauan dari suatu organisasi pendidikan, serta penyediaan proses pembimbingan dan tutorial baik dalam bentuk langsung (real conversation) maupun simulasi (simulated conversation) (Holmberg, 1977).


(45)

31

Jika diperhatikan dari definisi yang sudah dikemukakan para ahli tersebut terdapat beberapa kesamaan sekaligus perbedaan. Masing-masing definisi mencerminkan hal-hal atau konsep-konsep yang menjadi landasan pemikiran masing-masing ahli. Perbedaan yang ada misalkan seperti definisi yang diberikan Peters yang memiliki konsep utama proses industrialisasi pendidikan, sedangkan definisi dari Moore mengemukakan transactional distance dan otonomi siswa sebagai konsep utama otonomi siswa. Perbedaan menonjol juga terlihat pada definisi Holmberg yang memiliki konsep utama otonomi siswa, komunikasi yang tidak terus menerus (non-contiguous), dan guided didactic conversation. Sedangkan Keegan lebih menekankan adanya integrasi kegiatan belajar dan mengajar sebagai konsep utama dalam batasan yang diberikannya.

Terlepas dari perbedaan-perbedaan yang ada, terdapat beberapa kesamaan. Keterpisahan antara siswa dan pengajar tetap menjadi ciri utama sistem pendidikan jarak jauh yang banyak dikemukakan dalam definsi para ahli. Paulina Pannen menegaskan, yang patut dicermati menurut Moore adalah bahwa keterpisahan antara siswa dan pengajar yang dimaksud dalam berbagai definisi tidak semata-mata hanya mencerminkan keterpisahan fisik, waktu, atau geografis, tetapi lebih merupakan konsep pedagogis tentang hubungan antara siswa dan tenaga pengajar yang tetap terjadi walaupun siswa dan pengajar terpisahkan oleh ruang dan atau waktu (space and/or time).30Selain keterpisahan antara siswa dan pengajar, persamaan lain yang dikemukakan oleh berbagai definisi adalah pemanfaatan beragam media dalam sistem pendidikan jarak jauh untuk keperluan komunikasi. Sesungguhnya sistem pendidikan jarak jauh adalah sistem belajar dan mengajar melalui media. Bahkan tanpa ada media, tidak akan ada pendidikan jarak jauh.

Selama abad ke-18,19, dan 20 pendidikan jarak jauh memang dilakukan menggunakan e-mail atau yang biasa disebut dengan pendidikan korespondensi. Mulai akhir abad ke-20 sampai awal abad ke-21, pendidikan jarak jauh kini semakin populer dengan menggunakan teknologi yang semakin canggih. Pendidikan jarak jauh memiliki generasi perkembangannya, dan pada setiap

30 Ibid.


(46)

generasinya menggunakan media yang berbeda-beda. Selebihnya tentang generasi pendidikan jarak jauh, akan dibahas dalam perkembangan pendidikan jarak jauh.

Pendidikan jarak jauh menurut Matheswaran31, secara lebih luas bisa dipahami sebagai istilah yang mengarah pada sebuah strategi pembelajaran. Penggunaan istilah ini berbeda-beda pada setiap negara. Istilah lain untuk menunjukkan sebuah konsep pendidikan jarak jauh dan negara yang menggunakannya adalah antara lain; Correspondence Education (digunakan oleh mayoritas Negara termasuk India), Home Study (Amerika utara dan Eropa), Independent Study (Amerika Utara), External Studies, Open Learning, Open University, Off-Campus studies (Australia), Extra-Mural (New Zealand), Education a Distance (Spanyol), Tele-Enalignment (perancis), Fern Universitat (Jerman).

Berbeda dengan pemahaman di atas. Paulina Pannen melihat pendidikan jarak jauh lebih pada sebuah pendekatan terhadap proses belajar. Selama tiga dasawarsa terakhir, istilah sistem pendidikan jarak jauh yang berasal dari bahasa Inggris distance education, digunakan untuk menjelaskan beragam pendekatan terhadap proses belajar mengajar, seperti home study, correspondence education, independent study, tele-education, open learning, dan external studies. Pemahaman demikian muncul karena mengutip dari Keegan bahwa sistem pendidikan jarak jauh mempunyai dua komponen yaitu sistem belajar jarak jauh (distance learning) dan sistem pengajaran jarak jauh (distance teaching).32 Sistem belajar jarak jauh memberi penekanan kepada siswa dan proses belajar (learner-centered), sedangkan sistem pengajaran jarak jauh lebih berfokus pada proses pengajaran, sistem organisasi, dan pengajarannya (teacher and system centered). Sementara itu, sistem pendidikan jarak jauh berfokus pada kedua sisi secara utuh, baik pada siswa dan proses belajarnya, maupun pada proses pengajaran, sistem organisasi, dan pengejarnya.

Apabila diambil kesimpulan dari berbagai definsi tentang sistem pendidikan jarak jauh yang telah dikemukakan di atas. Dapat disimpulkan bahwa

31

Matheswaran, V. P, op. cit., h. 7.

32


(47)

33

sistem pendidikan jarak jauh adalah pendidikan yang pelaksanaannya didasarkan pada keterpisahan antara siswa dan pengajar dalam suatu ruang dan waktu, pemanfaatan bahan belajar yang dirancang dan diproduksi dengan sistematis, adanya komunikasi terus menerus antara siswa dengan siswa, tutor, dan organisasi pendidikan melalui beragam media, serta terdapat kontrol atau pemantauan yang intensif dari suatu organisasi pendidikan.

b. Perkembangan Sistem Pendidikan Jarak Jauh

Berawal dari sebuah pendidikan koresponden yang mulai dikenal sekitar tahun 1720-an sebagai suatu bentuk pendidikan orang dewasa. Paulina Pannen menjelaskan lebih dalam lagi bahwa pada saat itu istilah pendidikan jarak jauh hampir sama dengan terminologi sistem pendidikan terbuka, kedua istilah tersebut digunakan secara bergantian untuk menunjukkan sebuah sistem pendidikan di mana siswa dan guru terpisah secara fisik atau geografis.33 Beranjak pada tahun 1980-an dengan munculnya terobosan baru dalam bidang pembelajaran individual, yang dikenal dengan nama flexible learning, istilah sistem pendidikan terbuka menjadi populer dan memiliki makna tersendiri. Demikian juga dengan sistem pendidikan jarak jauh yang memiliki perubahan makna seiring dengan perkembangan teknologi informasi yang sangat pesat di akhir abad ke-20. Menjelang abad ke-21, sistem pendidikan terbuka dan sistem pendidikan jarak jauh menjadi kecenderungan sistem pendidikan di banyak negara.

Bagaimana lahirnya sistem pendidikan jarak jauh juga dijelaskan oleh Garry B. Shelly, Glenda A. Gunter, dan Randolph E. Gunter. Karena memang kelahiran pendidikan jarak jauh bukan seperti kelahiran manusia yang sudah jelas lahir pada tanggal, hari, dan tahun yang pasti. Sedangkan lahirnya pendidikan jarak jauh adalah berdasarkan sebuah fenomena yang terjadi pada waktu itu, maka wajar jika terdapat perbedaan. Shelly, Gunter, dan Gunter menjelaskan lahirnya pendidikan jarak jauh terjadi pada permulaan tahun 1700-an. Pada waktu itu terjadi perubahan penggunaan metode penyampaian yang berbeda. Instruksi

33


(1)

9

4 Nana Syaodih Sukmadinata, Metode Penelitian Pendidikan, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2010), h. 94.

5 Tian Belawati, “Penerapan E-learning dalam Pendidikan Jarak Jauh di Indonesia”, dalam Durri Andriani (ed.), Cakrawala Pendidikan: E-learning dalam Pendidikan, (Jakarta: Universitas Terbuka, 2003), h. 408-409.

6 Nana Syaodih Sukmadinata, Metode Penelitian Pendidikan, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2010), h. 216-221.

7 Ivanovich Agusta, “Teknik Pengumpulan dan

Analisis Data Kualitatif,” Makalah disampaikan dalam pelatihan metode kualitatif, Pusat Penelitian Sosial Ekonomi, Bogor, 27 Pebruari 2003.

8 Sonny Sumarsono, Metode Riset Sumber Daya Manusia, (Yogyakarta: Graha Ilmu, 2004), h. 69 9 Lexy J. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif,

(Bandung: Remaja Rosdakarya, 2009), h. 186. 10 Nigel King dan Christine Horrocks, Interviews in

Qualitative Research, (Los Angeles: Sage, 2011), h. 1.

11 Ian Parker, Psikologi Kualitatif, Terj. dari Qualitative Psychology: Introducing Radical research oleh Victorius Didik Suryo Hartoko, (Yogyakarta: Penerbit ANDI, 2008), h. 79-80.

BAB IV

1 Tim Penulis UT, Katalog Universitas Terbuka 2008 Non Pendas, (Jakarta: Universitas Terbuka, 2008), h. 1.


(2)

10

Terbuka, (Jakarta: Universitas Terbuka, 2007), h. 1-3.

3 Tim Penulis UT, Rencana Strategis 2010-2021 Rencana Operasional 2010-2013 Universitas Terbuka, (Jakarta: Universitas Terbuka, 2011), h. 47-48.

4 Tim Penulis UT, Rencana Strategis 2010-2021 Rencana Operasional 2010-2013 Universitas Terbuka, (Jakarta: Universitas Terbuka, 2011), h. 47-48.

5 Tim Penulis UT, Rencana Strategis 2010-2021 Rencana Operasional 2010-2013 Universitas Terbuka, (Jakarta: Universitas Terbuka, 2011), h. 47.

6 Tim Penulis UT, Rencana Strategis 2010-2021 Rencana Operasional 2010-2013 Universitas Terbuka, (Jakarta: Universitas Terbuka, 2011), h. 49.

7 Tim Penulis UT, Rencana Strategis 2010-2021 Rencana Operasional 2010-2013 Universitas Terbuka, (Jakarta: Universitas Terbuka, 2011), h. 49.

8 Tri Darmayanti, Lilik Asliehati dan Firman Karim, Penerapan E-learning untuk Tutorial pada Pendidikan Jarak Jauh, Jurnal TEKNODIK, 10, 2002, h. 60-63.

9 Asnah Said, dkk (ed.), Perkembangan Universitas Terbuka, (Jakarta: Universitas Terbuka, 2007), h. 239.


(3)

11

10 Wawancara dengan Syaiful Mikdar, Jakarta, 25 April 2013.

11 Ali Nurdin, Syaiful Mikdar, dan Wawan Suharwan, Pendidikan Agama Islam, (Jakarta: Universitas Terbuka, 2009), h. iii.

12 Zakiah Darajat, dkk, Metodik Khusus Pengajaran Agama Islam, (Jakarta: Bumi Aksara, 2008), cet. IV, h. 63-117.

13 Tim Penulis UT, Panduan Tutorial Online UT, (Jakarta: Universitas Terbuka, 2011), h. 1-3.

14 Wawancara dengan Hasani Ahmad Said, Jakarta, 28 Januari 2013.

15 Syaiful Mikdar dan Hasani Ahmad Said, Kit Tutorial Mata Kuliah Pendidikan Agama Islam, (Jakarta: Universitas Terbuka, 2012), h. 3-5.

16 Syaiful Mikdar dan Hasani Ahmad Said, Kit Tutorial Mata Kuliah Pendidikan Agama Islam, (Jakarta: Universitas Terbuka, 2012), h. 6-7.

17 Wawancara dengan Syaiful Mikdar, Jakarta, 23 Januari 2013.

18 Wawancara dengan Syaiful Mikdar, Jakarta, 23 Januari 2013.

19 Wawancara dengan Hasani Ahmad Said, Jakarta, 28 Januari 2013.

20 Tim Penulis UT, Katalog Universitas Terbuka 2013 Non Pendas, (Jakarta: Universitas Terbuka, 2013), h. 33.

21 Wawancara dengan Syaiful Mikdar, Jakarta, 23 Januari 2013.


(4)

12

23 Wawancara dengan Syaiful Mikdar, Jakarta, 23 Januari 2013.

24 Wawancara dengan Syaiful Mikdar, Jakarta, 23 Januari 2013.

25 Gayle V. Davidson-Shivers dan Karen L. Rasmussen, Web-Based Learning: Design, Implementation, and Evaluation, (New Jersey: Pearson, 2006), h. 258-259.

26 Anas Sudijono, Pengantar Evaluasi Pendidikan, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2007), h. 1.

27 Tim Penulis UT, Katalog Universitas Terbuka 2013 Non Pendas, (Jakarta: Universitas Terbuka, 2013), h. 39-44.

28 Wawancara dengan Syaiful Mikdar, Jakarta, 23 Januari 2013.

29 Wawancara dengan Hasani Ahmad Said, Jakarta, 28 Januari 2013.

30 Wawancara dengan Arya Kurniawan, 29 Maret 2013.

31 Wawancara melalui email dengan Syaiful Mikdar, Jakarta, 23 Januari 2013.

32 Wawancara melalui email dengan Ummi Habibah, 30 Maret 2013.

33 Wawancara melalui email dengan Herlyan, 30 Maret 2013.

34 Wawancara melalui email dengan Tri Indah Setyo Rahayu, 28 Maret 2013.

35 Wawancara dengan Hasani Ahmad Said, Jakarta, 28 Januari 2013.


(5)

13

36 Wawancara dengan Syaiful Mikdar, Jakarta, 23 Januari 2013.

37 Wawancara dengan Hasani Ahmad Said, Jakarta, 28 Januari 2013.

Mengetahui, Pembimbing

Dra. Siti Khadijah, MA NIP. 19700727 199703 2 004


(6)

Imam Fitri Rahmadi, berdarah asli kelahiran Wedi, Klaten, Jawa Tengah, 18 April 1991. Mahasiswa yang ketagihan ngandroid, ngeblog, dan menggiatkan Citizen Journalisme atau Jurnalisme Warga. Memiliki nama pena Imam FR Kusumaningati di kedua bukunya; Jadi Jurnalis itu Gampang!!! Dan NGANDROID, keduanya diterbitkan oleh Elex Media Komputindo.

Baginya menulis bukanlah bermaksud untuk menggurui atau bahkan mempengaruhi, melainkan sekadar untuk berbagi apa yang dialami, dengar, lihat, dan lakukan. Sesuai dengan semangat dasar Jurnalisme Warga yaitu spirit of sharing yang dibahas di buku pertamanya.

Sejak April 2013, penulis menjadi Sekretaris Redaksi akumassa – Forum Lenteng. Akumassa adalah program pendidikan dan pemberdayaan komunitas melalui media. Penulis juga menjadi kontributor majalah komunitas KOMBINASI. Selain itu, penulis juga aktif berkomunitas di Komunitas Djuanda.

Jika teman-teman ingin sekadar lebih mengenalnya, silakan saja mampir-mampir ke blog sekadarnya di www.tigabelase.com, sekadar blog berbagi. Kebetulan pada Juli 2012, blog tersebut terpilih menjadi pemenang blog award ISBA 2012 sesi 8 kategori Bronze. Nah, jika masih ingin lebih sekadar lagi, mention saja twitternya di @tigabelase. Mau lebih sekadar lagi dan lagi juga boleh, kirim email saja ke imamfrkusumaningati@gmail.com.