Evaluasi atau penilaian menurut fungsinya dibedakan menjadi empat jenis yaitu formatif, sumatif, penempatan dan diagnostik. Menurut caranya, evaluasi
dibedakan atas penilaian kualitatif dan kuantitatif. Sedangkan menurut tekniknya, dibedakan antara tes dan non tes. Dalam proses pembelajaran, evaluasi
berdasarkan fungsi yang biasa digunakan adalah evaluasi formatif dan sumatif. Sedangkan dari segi tekniknya bisa dalam bentuk tes maupun non tes.
25
Crooks dan Scriven dalam Peter W. Airasian menjelaskan perbedaan antara evaluasi formatif dan sumatif sebagi berikut:
“Being interactive, such assessments are often called formative assessments because they are influential
forming the process under way. Summative assessments come at the end of a process, when it is difficult to alter or
rectify what has gone on.”
26
Jadi evaluasi formatif itu dilakukan saat proses rangkaian pembelajaran berlangsung, sedangkan
evaluasi sumatif dilakukan diakhir setelah seluruh rangkain proses pembelajaran selesai.
Evaluasi formatif pada umumnya dilakukan pada akhir satuan pelajaran SAP dan terutama diarahkan kepada bidang tingkah laku kognitif. Evaluasi
sumatif langsung diarahkan kepada keberhasilan siswa mempelajari suatu program pengajaran. Biasanya dilakukan pada akhir program pengajaran yang
relatif besar, misalnya triwulan, semester, akhir tahun, atau pada akhir jenjang persekolahan.
Evaluasi dalam tutorial online dapat dilakukan dengan mengadaptasi dari proses evaluasi pembelajaran yang biasa dilakukan, yaitu dengan evaluasi
formatif dan sumatif. Jadi evaluasi formatif dalam tutorial online dilakukan pada saat setelah pelaksanaan tutorial online mingguan dilaksanakan. Sedangkan
evaluasi sumatif dilakukan pada akhir tutorial online setelah seluruh tutorial online mingguan selesai dilaksanakan.
25
Ibid., h. 25.
26
Peter W. Airasian, Classroom Assessment, New York: McGraw-Hill, 1991, h. 150.
3. Sistem Pendidikan Jarak Jauh
a. Pengertian Sistem Pendidikan Jarak Jauh
Sistem pendidikan jarak jauh PJJ berawal dari sebuah bentuk pendidikan koresponden. Matheswaran menjelaskan bahwa pendidikan koresponden telah
eksis selama lebih dari 100 tahun, dan sampai sekarang masih lazim digunakan dalam pendidikan jarak jauh.
27
Paulina Pannen juga mengungkapkan bahwa pada awalnya pendidikan jarak jauh berbentuk pendidikan koresponden. Pendidikan
koresponden mulai dikenal sekitar tahun 1720-an sebagai bentuk pendidikan orang dewasa. Proses pendidikan koresponden terjadi melalui bahan ajar cetak
yang dikenal sebagai self-instruction texts, dikombinasikan dengan komunikasi tertulis antara pengajar dan siswa. Ketika media pembelajaran non-cetak mulai
populer, istilah pendidikan koresponden dianggap menjadi terlalu sempit. Maka kemudian muncul istilah independent study belajar mandiri, home study belajar
di rumah, dan external study belajar di luar sekolah. Baru pada sekitar tahun 1970-an, bersama dengan berdirinya Open Universitry di Inggris, istilah
pendidikan jarak jauh menjadi popular dan digunakan untuk mencakup pendidikan korespondensi, independent study, home study, dan external study.
28
Berbagai ahli pendidikan memiliki definisi pendidikan jarak jauh menurut sudut pandangnya masing-masing. Paulina Pannen
29
merangkum berbagai pendapat ahli tersebut. Menurut para ahli pendidikan jarak jauh adalah:
1 Suatu bentuk pembelajaran mandiri yang terorganisasi secara sistematis, di mana konseling, penyajian materi pembelajaran, dan
penyelia serta pemantauan keberhasilan siswa dilakukan oleh sekelompok tenaga pengajar yang memiliki tanggung jawab yang
saling berbeda. Pembelajaran dilaksanakan secara jarak jauh dengan menggunakan bantuan media. Sebaliknya dari system pendidikan jarak
jauh adalah system pendidikan langsung atau tatap muka, suatu sistem
27
Matheswaran, V. P, Distance Education. New Delhi: Anmol Publication PVT. LTD, 2005, h. 5.
28
Paulina Pannen , “Pengertian Sistem Terbuka dan Jarak Jauh”, dalam Tian Belawati
ed., Pendidikan Terbuka dan Jarak Jauh, Jakarta: Universitas Terbuka, 1999, h. 11.
29
Ibid., h. 13-14.
pembelajaran yang terjadi karena adanya kontak langsung antara tenaga pengajar dengan siswa Dohmen, 1967.
2 Suatu metode pembelajaran yang menggunakan korespondensi sebagai alat komunikasi antara tenaga pengajar dengan siswa, ditambah dengan
adanya interaksi antar siswa dalam proses pembelajaran MacKenzie, Christensen, Rigby, 1968.
3 Sistem pendidikan yang tidak mempersyaratkan adanya tenaga pengajar di tempat seseorang belajar, namun dimungkinkan adanya
pertemuan-pertemuan antara tenaga pengajar dan siswa pada waktu- waktu tertentu French Law, 1971.
4 Suatu metode untuk menyampaikan ilmu pengetahuan, keterampilan, dan sikap yang dikelola berdasarkan pada penerapan konsep ban
berjalan division of labor, prinsip-prinsip organisasi, dan pemanfaatan media secara ekstensif terutama dalam reproduksi bahan
ajar, sehingga memungkinkan terjadinya proses pembelajaran pada siswa dalam jumlah banyak pada saat bersamaan di manapun mereka
berada. Merupakan suatu bentuk industry dari belajar dan pengajaran Paters, 1973.
5 Suatu metode pembelajaran di mana proses pengajaran terjadi secara terpisah dari proses belajar, sehingga komunikasi antara tenaga
pengajar dan siswa harus difasilitasikan melalui bahan cetak, media elektronik, dan media-media lain Moore, 1973.
6 Suatu bentuk pendidikan yang meliputi beragam bentuk pembelajaran pada berbagai tingkat pendidikan yang terjadi tanpa adanya penyeliaan
tutor secara langsung dan atau terus menerus terhadap siswa dalam suatu lokasi yang sama, namun memerlukan proses perencanaan,
pengorganisasian dan pemantauan dari suatu organisasi pendidikan, serta penyediaan proses pembimbingan dan tutorial baik dalam bentuk
langsung real
conversation maupun
simulasi simulated
conversation Holmberg, 1977.
Jika diperhatikan dari definisi yang sudah dikemukakan para ahli tersebut terdapat beberapa kesamaan sekaligus perbedaan. Masing-masing definisi
mencerminkan hal-hal atau konsep-konsep yang menjadi landasan pemikiran masing-masing ahli. Perbedaan yang ada misalkan seperti definisi yang diberikan
Peters yang memiliki konsep utama proses industrialisasi pendidikan, sedangkan definisi dari Moore mengemukakan transactional distance dan otonomi siswa
sebagai konsep utama otonomi siswa. Perbedaan menonjol juga terlihat pada definisi Holmberg yang memiliki konsep utama otonomi siswa, komunikasi yang
tidak terus menerus non-contiguous, dan guided didactic conversation. Sedangkan Keegan lebih menekankan adanya integrasi kegiatan belajar dan
mengajar sebagai konsep utama dalam batasan yang diberikannya. Terlepas dari perbedaan-perbedaan yang ada, terdapat beberapa kesamaan.
Keterpisahan antara siswa dan pengajar tetap menjadi ciri utama sistem pendidikan jarak jauh yang banyak dikemukakan dalam definsi para ahli. Paulina
Pannen menegaskan, yang patut dicermati menurut Moore adalah bahwa keterpisahan antara siswa dan pengajar yang dimaksud dalam berbagai definisi
tidak semata-mata hanya mencerminkan keterpisahan fisik, waktu, atau geografis, tetapi lebih merupakan konsep pedagogis tentang hubungan antara siswa dan
tenaga pengajar yang tetap terjadi walaupun siswa dan pengajar terpisahkan oleh ruang dan atau waktu space andor time.
30
Selain keterpisahan antara siswa dan pengajar, persamaan lain yang dikemukakan oleh berbagai definisi adalah
pemanfaatan beragam media dalam sistem pendidikan jarak jauh untuk keperluan komunikasi. Sesungguhnya sistem pendidikan jarak jauh adalah sistem belajar dan
mengajar melalui media. Bahkan tanpa ada media, tidak akan ada pendidikan jarak jauh.
Selama abad ke-18,19, dan 20 pendidikan jarak jauh memang dilakukan menggunakan e-mail atau yang biasa disebut dengan pendidikan korespondensi.
Mulai akhir abad ke-20 sampai awal abad ke-21, pendidikan jarak jauh kini semakin populer dengan menggunakan teknologi yang semakin canggih.
Pendidikan jarak jauh memiliki generasi perkembangannya, dan pada setiap
30
Ibid.