Dewa, dan sebagainya, serta dengan ajaran, kebaktian, dan kewajiban-kewajiban yang bertalian dengan kepercayaan itu.
51
Mohammad Daud Ali menjelaskan bahwa agama adalah the problem of ultimate concern yaitu masalah yang mengenai kepentingan mutlak setiap orang.
Karen agama mengenai kepentingan mutlak setiap orang dan setiap orang beragama terlibat dengan agama yang dipeluknya, maka tidaklah mudah membuat
definisi yang mencakup semua agama. Kesulitannya adalah karena setiap orang beragama cenderung memahami agama menurut ajaran agamanya sendiri.
52
Dalam menentukan definisi agama, beruntunglah ada segi-segi agama yang sama, suatu rumusan umum sebagai definisi kerja mungkin dapat
dikemukakan bahwa agama adalah kepercayaan kepada Tuhan yang dinyatakan dengan mengadakan hubungan dengan-Nya melalui upacara, penyembahan dan
permohonan, dan membentuk sikap hidup manusia menurut atau berdasarkan agama itu. Jadi definisi agama yang mungkin bisa dipahami oleh seluruh agama
yaitu agama merupakan sebuah kepercayaan kepada Tuhan. Maksud tuhan di sini adalah tuhan mereka masing-masing.
Selanjutnya adala h kata “Islam”. Abuddin Nata menjelaskan dari segi
bahasa, Islam berasal dari bahasa Arab salima yang kemudian dibentuk menjadi aslama. Dari kata inilah kemudian dibentuk menjadi kata Islam. Dengan demikian
Islam dari segi bahasa adalah bentuk ism mashdar infinitif yang berarti berserah diri, selamat sentosa atau memelihara diri dalam keadaan selamat.
53
Pengertian tersebut telah memperlihatkan bahwa Islam berkaitan dengan sikap berserah diri
kepada Allah SWT dalam upaya memperoleh keridhaan-Nya. Seseorang yang bersikap sebagaimana dimaksud oleh perkataan Islam tersebut disebut Muslim,
yaitu orang yang telah menyatakan dirinya untuk ta’at, berserah diri, patuh, dan tunduk dengan ikhlas kepada Allah SWT.
Makna inti dari Islam dijelaskan oleh Mohammad Daud Ali adalah berserah diri, tunduk, patuh, dan taat dengan sepenuh hati kepada kehendak Ilahi.
51
Poerwadarminta, op. cit., h. 21.
52
Mohammad Daud Ali, Pendidikan Agama Islam, Jakarta: Rajawali Pers, 1998, h. 39- 40.
53
Abuddin Nata, op. cit., h. 11.
Kehendak Ilahi yang wajib ditaati dengan sepenuh hati oleh manusia, manfaatnya bukanlah untuk Allah sendiri tetapi untuk kemaslahatan atau kebaikan manusia
dan lingkungan hidupnya. Islam sebagai agama wahyu yang member bimbingan kepada manusia mengenai semua aspek hidup dan kehidupannya, dapat
diibaratkan seperti jalan raya yang lurus dan mendaki, memberi peluang kepada manusia yang melaluinya sampai ke tempat yang dituju, tempat tertinggi dan
mulia. Jalan raya itu lempeng dan lebar, kiri kanannya berpagar Al- Qur’an dan
Al-Hadis.
54
Islam adalah agama yang menempatkan pendidikan dalam posisi yang sangat vital. Bukanlah suatu yang kebetulan jika lima ayat pertama yang
diwahyukan Allah kepada Muhammad dalam surat al- „Alaq dimulai dengan
perintah membaca iqra’. Selain itu, pesan-pesan al-Qur’an dalam hubungannya
dengan pendidikan pun dapat dijumpai dalam berbagai ayat dan surat dengan aneka ungkapan pernyataan, pertanyaan, dan kisah. Lebih khusus lagi, kata ilm
dan derivasinya digunakan paling dominan dalam al- Qur’an untuk menunjukkan
perhatian Islam yang luar biasa terhadap pendidikan.
55
Memadukan makna dari setiap kata yang terangkai dalam pendidikan agama Islam. Pada akhirnya dapat diambil kesimpulan bahwa pendidikan agama
Islam adalah upaya sadar dan terencana dalam menyiapkan peserta didik untuk mengenal, memahami, menghayati, hingga mengimani ajaran agama Islam.
Pendidikan agama Islam merupakan usaha sadar yang dilakukan pendidik dalam rangka mempersiapkan peserta didik untuk meyakini, memahami, dan
mengamalkan ajaran Islam melalui kegiatan bimbingan, pengajaran, atau pelatihan yang telah ditentukan untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan.
Apabila menurut Zakiyah Daradjat, pendidikan agama Islam adalah suatu usaha untuk membina dan mengasuh peserta didik agar senantiasa dapat
memahami ajaran Islam secara menyeluruh. Lalu menghayati tujuan, yang pada akhirnya dapat mengamalkan serta menjadikan Islam sebagai pandangan hidup.
Definisi lain diberikan Tayar Yusuf yang mengartikan pendidikan agama Islam
54
Mohammad Daud Ali, op. cit., h. 50.
55
Husni Rahim, Arah Baru Pendidikan Islam di Indonesia, Jakarta: Logos, 2001, h. 4.
sebagai usaha sadar generasi untuk mengalihkan pengalaman, pengetahuan, kecakapan, dan keterampilan kepada generasi muda agar kelak menjadi manusia
bertakwa kepada Allah SWT. Sedangkan A. Tafsir mendefinisikan pendidikan agama Islam sebagai bimbingan yang diberikan seseorang kepada seseorang agar
berkembang secara maksimal sesuai dengan ajaran Islam.
56
Demikianlah uraian panjang yang mengelaborasi setiap kata dari mulai “pendidikan”, “agama”, dan
“Islam”. Hingga pemaknaan utuh dari pendidikan agama Islam.
b. Ruang Lingkup Pendidikan Agama Islam
Ruang lingkup pendidikan agama Islam memiliki cakupan sangat luas, memuat ajaran tentang tata hidup yang meliputi seluruh aspek kehidupan manusia.
Maka pendidikan agama Islam sebenarnya harus berarti pengajaran tentang tata hidup yang berisi pedoman pokok yang akan digunakan oleh manusia dalam
menjalani kehidupannya di dunia ini dan untuk menyiapkan kehidupan yang sejahtera di akhirat nanti. Zakiah Darajat menjelaskan ruang lingkup pendidikan
agama Islam meliputi pengajaran pada seluruh aspek kehidupan sebagai berikut.
57
1 Pengajaran Keimanan Iman berarti percaya. Pengajaran keimanan berarti proses belajar mengajar
tentang berbagai aspek kepercayaan. Ilmu tentang keimanan disebut juga ilmu tauhid, karena di dalamnya membahas tentang aqidah Islam, sehinga seringkali
ilmu keimanan biasa disebut dengan istilah lain yaitu Ilmu Aqidah atau Aqaid yang membahas tentang kepercayaan, keimanan kepada wujud dan keesaan Allah.
Ruang lingkup pengajaran keimanan itu meliputi rukun iman yang enam, yaitu percaya kepada Allah, kepada para Rasul Allah, kepada para Malaikat, kepada
Kitab-kitab Suci yang diturunkan kepada para rasul Allah, kepada Hari Kiamat, dan kepada Qada dan Qadar.
56
Abdul Majid dan Dian Andayani, Pendidikan Agama Islam Berbasis Kompetensi, Bandung: Remaja Rosdakarya, 2006, h. 130.
57
Zakiah Darajat, dkk, Metodik Khusus Pengajaran Agama Islam, Jakarta: Bumi Aksara, 2008, cet. IV, h. 63-117.
2 Pengajaran Akhlak Dalam bahasa Indonesia, secara umum akhlak diartikan dengan “tingkah
laku” atau “budi pekerti”. Pengajaran akhlak berarti pengajaran tentang batin seseorang yang kelihatan pada tingkah lakunya. Dalam pelaknsanaannya,
pengajaran akhlak berarti proses kegiatan belajar mengajar dalam mencapai tujuan supaya yang diajar berakhlak baik. Artinya orang atau anak yang diajar itu
memiliki bentuk batin yang baik menurut ukuran nilai ajaran Islan, dan bentuk batin ini hendaknya kelihatan dalam tindak tanduknya sehari-hari. Pembentukan
ini dapat dilakukan dengan memberikan pengertian tentang baik dan buruk, melatih dan membiasakan berbuat, mendorong dan memberi sugesti agar mau
senang berbuat.
3 Pengajaran Ibadat Dalam pengertian yang luas, ibadat itu ialah segala bentuk pengabdian
yang ditujukan kepada Allah semata yang diawali oleh niat. Sedangkan Ibadat dalam arti khusus adalah suatu upacara pengabdian yang sudah digariskan oleh
syari’at Islam, baik bentuk, cara, waktu, syarat, dan rukunnya. Contohnya seperti shalat, puasa, zakat, haji, dan sebagainya. Materi pelajaran ibadah ini seluruhnya
dimuat dalam ilmu Fiqih. Sehingga ada yang mengidentikkan ibadat dengan Fiqih, mereka menyamakan pelajaran Fiqih dengan pelajaran Ibadat. Ini tentu
tidak benar, karena pelajaran Fiqih tidak hanya membicarakan ibadat saja, tetapi lebih banyak membicarakan kehidupan sosial seperti perdagangan jual-beli,
perkawinan, kekeluargaan, warisan, pelanggaran, hukuman, perjuangan jihad, politik dan pemerintahan, makan dan minum, pakaian, dan lain sebagainya.
Meskipun demikian, materi yang dibicarakan dalam ilmu fikih itu dapat diamalkan dalam rangka berbuat baik yang dihargai sebagai suatu ibadat dengan
niat yang ikhlas karena Allah.
4 Pengajaran Fiqih Fiqih fiqhu artinya paham atau tahu. Menurut istilah yang digunakan
para ahli Fiqih Fuqaha’, Fiqih itu ialah ilmu yang menerangkan hukum-hukum syari’at Islam yang diambil dari dalil-dalil terperinci. Sedangkan dilihat dari segi
ilmu pengetahuan yang berkembang dalam kalangan ulama Islam, Fiqih adalah ilmu pengetahuan yang membicarakan, membahas, dan memuat hukum-hukum
Islam yang bersumber pada Al- qur’an, Sunnah, dan dalil-dalil Syar’i lain.
Pengajaran fiqih itu luas cangkupannya, apabila diperinci lagi dapat dikembangkan menjadi delapan topik pembahasan, yaitu ibadat, ahwalusy
syakhshiyyah, mu’amalat madaniyat, mu’amalat maliyat, jinayat dan „uqubat, murafat’at, ahkamud dusturiyyah, dan ahkamud dualiyah. Dilihat dari segi ruang
lingkup pembahasan Fiqih itu, wajar kalau mata pelajaran Fiqih itu dikembangkan menjadi beberapa mata pelajaran yang berdiri sendiri, karena memang
cakupannya sangat luas.
5 Pengajaran Ushul Fiqih Kata “Ushul Fiqih” adalah kata yang berasal dari bahasa Arab “Ushulul
F iqih” yang berarti asal-usul Fiqih. Maksudnya yaitu bahwasannya pengetahuan
Fiqh itu lahir melalui proses pembahasan yang digariskan dalam ilmu Ushul Fiqih. Pengetahuan Fiqih adalah formulasi dari nash Syari’at yang berbentuk Al-
qur’an dan Sunnah Nabi dengan cara-cara yang disusun dalam pengetahuan Ushul
Fiqih. Sedangkat menurut para ahli Ushul Fiqih, mendefinisikan Ushul Fiqih sebagai suatu ilmu yang membicarakan berbagai ketentuan atau kaidah yang dapat
digunakan dalam menggali dan merumuskan hokum syari’at Islam dari sumbernya. Objek utama dalam pembahasan Ushul Fiqih adalah Adillah
Syar’iyah dalil-dalil syar’i yang merupakan sumber hokum dalam ajaran Islam. Selain membicarakan pengertian dan kedudukannya dalam hokum, Adillah
Syar’iyah juga dilengkapi dengan berbagai ketentuan dalam merumuskan hokum dengan mempergunakan masing-masing dalil.
6 Pengajaran Qira ’at Qur’an
Qira’at Qur’an artinya membaca Al-qur’an. Membaca Al-qur’an tidak sama dengan membaca buku atau Kitab Suci lain. Membaca Al-
qur’an adalah suatu ilmu yang mengandung seni, seni membaca Al-
qur’an. Al-qur’an sendiri merupakan wahyu Allah yang dibukukan, diturunkan kepana Nabi Mihammah
saw, sebagai suatu mukjizat, membacanya dianggap ibadat, dan merupakan sumber utama ajaran Islam. Pengajaran Al-
qur’an pada tingkat pertama berisi pengenalan huruf hijaiyah dan kalimah kata, selanjutnya diteruskan dengan
memperkenalkan tanda-tanda baca. Yang terpenting dalam pengajaran Qiraat Al- qur’an ialah keterampilan membaca Al-qur’an dengan baik sesuai dengan kaidah
yang disusun dalam Ilmu Tajwid. Melatih dan membiasakan mengucapkan huruf Arab dengan makhrajnya yang betul pada tingkat permulaan, akan membantu dan
mempermudah mengajarkan tajwid dan lagu pada tingkat membaca dengan irama.
7 Pengajaran Tafsir Pengajaran Tafsir maksunya adalah pengajaran Tafsir Al-
qur’an. Tafsir yang dalam bahasa Arab adalah Tabyin memiliki arti sebagi sebuah penjelasan.
Maksud dari Tafsir Al- qur’an adalah uraian arti Al-qur’an, penjelasan makna dan
penjelasan apa yang dimaksud oleh teks, isyarat, atau rahasia yang terkandung di dalamnya. Pengajaran Tafsir ini bukan berarti pengajar bagaimana menafsir, tetapi
lebih kea pa dan bagaimana tafsirnya. Isi pengajaran tafsir pada tingkat permulaan seperti pada Madrasah Ibtidaiyah misalnya, hanya sekadar terjemahan alih
bahasa ditambah sedikit dengan kansungan ayat. Ayat-ayat yang mendukung topic diterjemahkan, kemudian dikemukakan kandungan ayat yang jelas
hubungannya dengan topic dalam kehidupan sehari-hari. Sementara itu pada tingkat yang lebih tinggi, misalkan tingkat sekolah lanjut, terjemahan itu diperluas
dengan syarah uraian penjelasan. Pada tingkat yang lebih tinggi lagi, seperti di perguruan tinggi, terjemahan itu dilengkapi syarah mufradat menurut berbagai
pendapat, istinbath hukum dengan berbagai pendapat ulama, dengan asbabun nuzul, dan berbagai kemungkinan pelaksanannya serta dilengkapi pula dengan
dalil-dalil naqli dan aqli, seterusnya kandungan ayat dirumuskan dengan kata-kata yang mudah dipahami.
8 Pengajaran Ilmu Tafsir Ilmu Tafsir adalah sekelompok teori ilmu yang dapat digunakan untuk
menafsirkan Al- qur’an. Dalam ilmu ini dibicarakan masalah uslub ayat Al-qur’an,
rangkaian kata dan kalimat serta pengaruhnya, kaidah-kaidah untuk menafsir, syarat-syarat untuk menafsir, istilah-istilah yang digunakan dalam menafsir,
macam-macam tafsiran, ayat muhkam dan mutasyabih, penamaan surat dan tahapan turun ayat dan banyak lagi yang berhubungan dengan berbagai ketentuan
dan cara menafsir. Pengajaran Ilmu Tafsir berarti proses kegiatan belajar mengajar yang berisi bahan Ilmu Tafsir. Dalam pengajaran ini dibicarakan sejumlah teori
atau ilmu yang berhubungan dengan berbagai petunjuk dan ketentuan untuk menafsirkan Al-
qur’an. Dengan memahami pengetahuan ini diharapkan agar orang dapat menafsir Al-
qur’an, sekurang-kurangnya mengerti akan cara para mufassir menafsirkan Al-
qur’an setelah membaca buku-buku Tafsir yang ada. Bahan mengetahui atau alat apa saja yang digunakan oleh para mufassirin dalam
menafsirkan Al- qur’an.
9 Pengajaran Hadis Arti asli dari “hadis” ialah “baru”. Di dalam Al-qur’an, kata hadis ini
berarti berita kabar. Hadis Nabi berarti berita dari Nabi. Menurut pandangan para ahli Ilmu Hadis, Hadis ialah segala sesuatu yang bersumber dari Nabi
Muhammad SAW, baik dari perkataan, perbuatan, ketetapan, ataupun sifat fisik kepribadiannya. Dalam bentuk seperti ini para ahli Hadis menyamakan antara
Hadis dengan Sunnah. Sebagai sumber sumber hukum Islam, sesudah Al- qur’an
diikuti dengan Hadis, sesudah Al-kitab diiringi dengan As-sunnah. Tujuan yang akan dicapai dengan dengan pengajaran hadis adalah mengerti akan ajaran Islam
yang berhubungan dengan masalah yang dibicarakan.