baku untuk semua departemen terkait. Komunikasi eksternal dengan LP POM MUI dilakukan dengan cara berkonsultasi bila ada perubahan proses atau bahan
baku baru, serta melakukan pelaporan rutin dalam enam bulanan oleh IHAC.
4.3.8. Audit internal
Audit internal, dilakukan untuk mengevaluasi pelaksaan SJH dan menentukan departemen-departemen yang masih memerlukan perbaikan. Sistem
audit internal dilakukan dengan cara melakukan audit internal yang bertujuan untuk mengevaluasi bahwa sistem benar-benar berjalan sesuai dengan yang
diputuskan oleh LP POM MUI, efektifitas penerapan SJH dan pendataan ketidaksesuaian dengan sistem yang telah diberlakukan. Pelaksanaan audit
internal untuk setiap komponen dari SJH dilakukan setiap 6 bulan dari tanggal sertifikat halal dan dibuatkan laporannya kepada LP POM MUI.
Tim audit halal internal yang diketuai oleh Internal Halal Audit Coordinator IHAC merupakan orang atau tim di dalam perusahaan yang dapat
meng-audit secara langsung kepada semua departemen yang berhubungan dengan masalah halal. IHAC berasal dari departemen yang berhubungan dengan proses
produksi seperti Pembelian, RD, QAQC, Produksi, dan Departemen Gudang dan Transportasi; serta Manajer Umum.
Seorang Internal Halal Audit Coordinator IHAC mempunyai tugas dan wewenang sebagai berikut :
• Mempunyai kewenangan mengkoordinasikan penerapan SJH perusahaan.
• Memonitor proses produksi halal dimulai dari pemilihan bahan baku sampai kepada produk jadi.
• Mengerti tentang Haram Critical Point dalam bahan baku dan proses produksi.
• Mengisi dan memperbaharui seluruh dokumentasi yang berhubungan dengan produk halal.
• Melakukan internal audit dan melaporkannya ke LP POM MUI setiap enam bulan.
• Mengkomunikasikan dengan LP POM MUI untuk setiap perubahan bahan baku, bahan pembantu, dan bahan tambahan.
Pelaksaan audit internal terbagi menjadi waktu pelaksaan audit halal internal, metode pelaksanaan, pelaksana auditor, dan pihak yang diaudit
auditee. 1.
Waktu pelaksanaan Audit halal intertnal dilaksanakan sekurang-kurangnya sekali setiap enam
bulan atau pada saat terjadi perubahan-perubahan yang mungkin mempengaruhi status kehalalan produk seperti : perubahan manajemen,
kebijakan, formulasi, bahan baku, proses, maupun keluhan konsumen.
2. Metode pelaksanaan
Audit halal internal dapat dilaksanakan secara bersamaan dengan audit sistem yang lain, tetapi formulir audit halal internal dan pelaporannya harus
dibuat terpisah dari audit sistem yang lain. Audit dilakukan dengan metode wawancara, pengujian dokumen, dan observasi di lapangan.
3. Pelaksana auditor
Audit halal internal dilakukan oleh Tim Auditor Halal Internal. Pelaksana audit internal dilakukan oleh audit halal internal dari departemen yang berbeda
cross audit.
4. Pihak yang diaudit auditee
Pihak yang diaudit adalah seluruh bagian yang terkait dalam proses produksi seperti :
- Bagian pembelian
- Bagian pengawasan mutu
- Bagian produksi
- Bagian riset dan pengembangan RD
- Bagian penggudangan
- Bagian transportasi
- Bagian pengembangan SDM