Lokasi dan Waktu Penelitian Hasil Penelitian Pendahuluan Simpulan

- Organisasi manajemen halal - Kelengkapan dolumen acuan teknis pelaksanaan SJH - Implementasi dokumen - Pelaksanaan sosialisasi SJH - Pelatihan - Komunikasi internal dan eksternal dalam pelaksanaan SJH - Pemantauan dan evaluasi pelaksaan SJH - Pelaporan internal dan eksternal pelaksaan SJH - Pengambilan bukti berupa format-format atau hal-hal lain tentang pelaksaan SJH di perusahaan jika diperlukan IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian Pendahuluan

Penelitian pendahuluan dilakukan dengan cara wawancara dengan manajemen PT GIA yang terdiri dari direktur dan manajer umum, dan dilanjutkan dengan wawancara dengan semua departemen yang ada di dalam perusahaan yang meliputi departemen penjualan, departemen riset dan pengembangan RD, departemen pembelian, departemen QAQC, departemen produksi, departemen gudang yang merangkap dengan pengiriman produktransportasi, dan departemen keuangan. Hasil wawancara menemukan kendala-kendala yang dihadapi oleh manajemen puncak dan semua departemen yang ada di PT GIA. Kendala utama adalah proses sertifikasi produk perisa tidak dapat diajukan ke LP POM MUI karena perusahaan belum memiliki Sistem Jaminan Halal SJH. Kendala umum yang dihadapi dengan belum adanya SJH ini adalah belum disusunnya Uraian Kerja Job Description yang tertulis untuk setiap departemen dan manajemen puncak Direktur dan Manajer Umum, dan kendala selanjutnya adalah belum adanya Standard Operation Procedure SOP dan Work Instruction WI dari setiap departemen yang berhubungan dengan proses produksi.

B. Hasil Penelitian Utama

1. Pembentukan Tim SJH

Pada tahap awal dilakukan pembentukan tim penyusun SJH agar dapat dilakukan proses lebih lanjut dalam rangka penyusunan SJH seperti Tabel 1. Tim penyusun SJH ini mewakili semua kepala departemen yang yang mempunyai wewenang dan otorisasi di dalam departemennya. Departemen yang dimaksudkan adalah semua departemen yang ikut dan terkait dalam proses produksi dari mulai pengembangan produk perisa, pembelian bahan baku, kedatangan bahan baku, pemakaian bahan baku dalam proses produksi, pengecekan bahan baku dan produk jadi, serta pengiriman dan penjualan ke pelanggan. Serta penunjukan seorang IHAC yang dipilih berdasarkan kriteria bahwa orang tersebut benar-benar memahami atas alur proses produksi, mengerti atas spesifkasi bahan baku yang digunakan, serta bahan-bahan baku yang termasuk kritis dalam status kehalalannya. IHAC adalah merupakan perpanjangan tangan dari LP POM MUI di dalam perusahaan untuk mengawasi pelaksanaan SJH. Maka seorang IHAC dipilih dari Departemen RD. Sebagai wakil dari manajemen dan bentuk komitmen perusahaan maka Direktur dimasukkan ke dalam tim, dan Manajer Umum sebagai wakil manajemen yang bertanggung jawab dalam pelaksanaan operasional SJH di perusahaan. Tabel 1. Tim penyusun SJH di PT GIA No. Jabatan dalam perusahaan Jabatan dalam tim penyusun sistem SJH 1 Direktur Penasehat 2 Manajer Umum Penasehat 3 Calon Internal Halal Audit Coordinator IHAC Ketua 4 Manajer RD Anggota 5 Manajer QAQC Anggota 6 Manajer Pembelian Anggota 7 Manajer Penjualan Anggota 8 Manajer Produksi Anggota 9 Manajer Gudang dan Transportasi Anggota Dari Tabel 1 terlihat bahwa tim penyusun sistem jaminan halal di PT GIA terdiri dari 9 orang. Tim ini dipimpin oleh calon Internal Halal Audit Coordinator IHAC. Calon IHAC diambil dari seorang Staf Departemen RD yang banyak mengetahui alur proses produksi dalam perusahaan dan mengerti mengenai Syariah Islam serta telah mengikuti pelatihan Audit Halal Internal yang diselenggarakan oleh LP POM MUI. Dari Tabel 1 tersebut terlihat juga bahwa seluruh manajer perusahaan terlibat sebagai anggota, dimana Direktur dan Manajer Umum bertindak sebagai Penasehat Tim. Komposisi tim ini menunjukkan kesungguhan perusahaan dalam menyiapkan sistem jaminan halal SJH karena dinilai dengan keberadaan sistem ini berdampak besar terhadap pemasaran produk dan kemajuan perusahaan dimasa mendatang.

2. Analisis Kebutuhan Perusahaan

Rapat pertama dilakukan di awal bulan Agustus 2010 dengan agenda telaah komponen yang dipersaratkan dalam SJH serta analisis kebutuhan perusahaan yang didasarkan pada hasil telaah persaratan SJH. Setelah pembuatan daftar komponen yang harus ada dalam Manual SJH dilakukan kemudian menganalisis kebutuhan perusahaan yang didasarkan pada daftar komponen tersebut. Acuan pembuatan daftar komponen yang harus ada dalam Manual SJH adalah panduan yang dikeluarkan oleh LP POM MUI LP POM MUI, 2008. Hampir semua komponen ini belum ada di PT GIA atau pun bila sudah ada belum tersusun menjadi sebuah dokumentasi. Dokumen Manual SJH memiliki komponen-komponen seperti dalam Tabel 2. Tabel 2. Hasil analisis kebutuhan perusahaan untuk menyusun Manual SJH No. Komponen SJH Kebutuhan Perusahaan Investigasi 1 Kendali dokumen Membuat daftar isi Manual SJH Belum ada Membuat lembar pengesahan SJH Belum ada Membuat daftar distribusi manual Belum ada Membuat daftar revisi dokumen Belum ada 2 Pendahuluan Membuat profil perusahaan yang berisi : nama perusahaan, alamat, jenis produk, kapasitas produksi, jenis lini produksi, dan jangkauan pasar sudah ada tapi belum tersusun Belum tersusun Menentukan tujuan penerapan SJH secara tertulis di Manual SJH Belum ada Menentukan lingkup penerapan SJH di perusahaan Belum ada 3 Komponen SJH Menganalisis komponen SJH sebagai berikut : 3a Kebijakan halal Membuat pernyataan tertulis kebijakan perusahaan tentang memproduksi produk perisa halal secara konsisten Belum ada 3b Panduan halal Menentukan pengertian halal dan haram Belum ada Menuliskan dasar Al-Qur’an dan Fatwa MUI tentang Belum ada No. Komponen SJH Kebutuhan Perusahaan Investigasi produk halal Membuat pohon keputusan untuk identifikasi titik kritis keharaman bahan dan proses produksi Belum ada Membuat hasil identifikasi titik kritis keharaman bahan dan tindakan pencegahannya Belum ada Membuat tabel identifikasi titik kritis peluang kontaminasi proses produksi dari bahan haramnajis dan tindakan pencegahannya Belum ada Membuat matrik bahan baku Belum ada Melengkapi kelengkapan dokumen bahan Belum ada Menandai peralatan produksi halal dan non halal Belum ada Menandai lokasi bahan bakuproduk jadi yang halal dan non halal Belum ada 3c Organisasi Membuat struktur organisasi manajemen halal Belum ada Membuat surat pengangkatan IHAC oleh manajemen Belum ada Membentuk tim penyusun SJH Organisasi manajemen halal adalah Tim Auditor Halal Internal Belum ada Membuat uraian tugas Tim Auditor Halal Internal secara umum Belum ada 3d Standard Operation Procedure Membuat matrik untuk SOP, WI dan format baku untuk semua departemen terkait Belum ada Membuat format-format baku sebagai bentuk saringan dari SJH dan menjaga keterkaitan dari semua departemen terkait Belum ada 3e. Acuan teknis Departemen Pembelian Membuat matrik bahan baku beserta nama pemasok dan kelengkapan dokumennya Belum ada Membuat daftar pemasok yang digunakan dan disetujui oleh perusahaan Belum ada Membuat daftar lembaga sertifikasi halal yang diakui oleh LP POM MUI dan kebijakan dari masing-masing lembaga sertifikasi tersebut sebagai acuan dan dibuat oleh IHAC Belum ada Membuat SOP penambahan pemasok baru Belum ada Departemen RD Membuat daftar bahan meliputi nama bahan, pemasok, dan produsen yang telah disusun oleh IHAC dan diketahui oleh LP POM MUI Belum ada Membuat daftar lembaga sertifikasi halal yang diakui oleh LP POM MUI dan kebijakan dari masing-masing lembaga sertifikasi tersebut sebagai acuan dan dibuat oleh IHAC Belum ada Membuat tabel hasil identifikasi titik kritis keharaman bahan yang dibuat oleh IHAC Belum ada Membuat SOP penggunaan bahan baku baru Belum ada Belum ada Departemen Produksi Membuat daftar bahan meliputi nama bahan, pemasok, dan produsen yang telah disusun oleh IHAC dan diketahui oleh LP POM MUI Belum ada Melaksanakan dan menyimpan formulasi dan WI produksi sesuai dengan matrik bahan Belum ada Membuat tabel hasil identifikasi titik kritis keharaman bahan yang dibuat oleh IHAC Belum ada Membuat SOP untuk proses produksi halal Belum ada No. Komponen SJH Kebutuhan Perusahaan Investigasi Departemen QAQC Membuat daftar bahan meliputi nama bahan, pemasok, dan produsen yang telah disusun oleh IHAC dan diketahui oleh LP POM MUI Belum ada Membuat daftar lembaga sertifikasi halal yang diakui oleh LP POM MUI dan kebijakan dari masing-masing lembaga sertifikasi tersebut sebagai acuan dan dibuat oleh IHAC Belum ada Membuat SOP penerimaan bahan Belum ada Departemen Gudang dan Transportasi Membuat daftar bahan meliputi nama bahan, pemasok, dan produsen yang telah disusun oleh IHAC dan diketahui oleh LP POM MUI Belum ada Memberikan tanda pada kemasan logo, nomor lot, nama dan alamat lokasi penyimpanan bahan baku dan produk jadi yang harus disesuaikan dengan dokumen kehalalan Belum ada Membuat prosedur penyimpanan bahan baku dan produk jadi serta pengiriman produk jadi yang menjamin terhindarnya dari kontaminasi oleh barang haramnajis. Belum ada Membuat SOP penerimaan bahan baku, penyimpanan bahan baku dan produk jadi, serta pengiriman produk jadi ke pelanggan. Belum ada 3f Sistem administrasi Membuat diagram alir proses produksi Belum ada Membuat daftar distribusi format bakuGF Belum ada 3g Sistem dokumentasi Membuat folder untuk order pembelian bahan baku Belum ada Membuat buku inventarisasi bahan baku masuk oleh departemen QAQC Belum ada Membuat kartu lokasi penyimpanan bahan baku dan lokasi bahan baku di dalam sistem computer Belum ada Membuat format formulasi RD Belum ada Membuat format proses produksi dan pembersihan fasilitas produksi Belum ada Membuat format penyimpanan bahan baku dan produk jadi Belum ada Membuat format untuk pengiriman produk jadi Belum ada Membuat format laporan berkala mengenai evaluasi dan monitor proses pelaksanaan SJH Belum ada Membuat jadwal kegiatan pelatihan dan sosialisasi mengenai SJH bagi karyawan Belum ada Membuat format mengenai tindakan perbaikan atas ketidaksesuaian Belum ada Melakukan kaji ulang manajemen Belum ada 3h Sosialisasi Membuat notulen rapat internal bulanan Belum ada 3i Pelatihan Membuat jadwal pelatihan berkala untuk karyawan Belum ada 3j Komunikasi internal dan eksternal Melakukan rapat bulanan tentang pelaksanaan SJH, dan pelaporan berkala ke LP POM MUI Belum ada 3k Audit Internal Melakukan audit internal SJH secara berkala untuk dokumentasi dan pelaksanaan di lapangan Belum ada 3l Tindakan perbaikan Membuat format bakuGF dan melakukan kaji ulang manajemen untuk perbaikan yang perlu dilakukan dalam pelaksanaan dan penerapan SJH Belum ada 3m Kaji ulang manajemen Melakukan rapat berkala dengan seluruh karyawan untuk membahas tindak lanjut dalam perbaikan proses Belum ada No. Komponen SJH Kebutuhan Perusahaan Investigasi penerapan SJH 4 Lampiran Membuat panduan SJH Belum ada Membuat diagram alir penetapan titik kritis bahan dan produk jadi Belum ada Membuat SOP untuk setiap departemen Belum ada Membuat daftar bahan, titik kritis, dan tindakan pencegahannya Belum ada Membuat daftar proses produksi, titik kritis, dan tindakan pencegahannya Belum ada Membuat matrik bahan baku, bahan tambahan, bahan penolong untuk semua produk yang disertifikasi halal Belum ada Membuat format audit halal internal yang berisi pokok- pokok pertanyaan yang harus dicakup pada saat pelaksanan audit halal internal Belum ada Membuat format laporan berkala Belum ada Membuat format laporan ketidaksesuaian Belum ada Membuat daftar lembaga sertifikasi halal yang diakui oleh LP POM MUI Belum ada Membuat notulen pertemuan tindakan manajemen Belum ada Membuat surat pengangkatan IHAC Belum ada Membuat format administrasi untuk : pembelian, penerimaan bahan oleh QAQC yang menyangkut kehalalan bahan, format penyimpanan bahan, format aktifitas RD, produksi, penyimpanan produk, dan distribusi Belum ada

3. Diskusi dengan Manajemen Puncak dan Pakar SJH

Diskusi dengan Manajemen Puncak adalah untuk membahas hasil analisis kebutuhan perusahaan untuk menyusun SJH serta membahas kesiapan perusahaan dalam rangka pemenuhan kebutuhan tersebut. Berdasarkan hasil diskusi disarankan untuk melakukan pengkajian kesenjangan perusahaan dibandingkan kebutuhan dan prasyarat yang harus dipenuhi oleh setiap departemen yang terkait. Langkah selanjutnya membuat daftar yang perlu ditelaah, siapa yang bertanggung jawab dalam menelaahnya, dan waktu yang harus dipenuhi untuk pemenuhannya. dapat dilihat pada Lampiran 1. Langkah selanjutnya berdiskusi dengan Pakar SJH yang dalam hal ini berdiskusi dengan senior auditor MUI untuk melihat kekurangan yang masih harus dipenuhi oleh perusahaan. Hasil diskusi dengan pakar SJH ini adalah beberapa kekurangan perusahaan berkaitan dengan lingkup komponen implementasi SJH yang akan diperiksa pada saat dilakukan audit SJH seperti yang terlihat pada Tabel 3, dan beberapa kelengkapan yang masih harus dilengkapi yaitu : 1. Organisasi manajemen halal 2. Kelengkapan SOP termasuk WI dan format-format kerja 3. Sosialisasi SJH dan pelatihan SJH 4. Sistem komunikasi eksternal dan internal dalam pelaksanaan SJH 5. Sistem pemantauan dan evaluasi pelaksanaan SJH 6. Sistem pelaporan internal dan eksternal pelaksanaan SJH Tabel 3. Lingkup komponen audit implementasi SJH No Departemen Dokumen yang dipersiapkan Penanggung jawab departemen Lokasi departemen 1 Pembelian Acuan teknis pembelian : 1. Daftar bahan baku 2. SOP pengajuan material baru 3. Daftar lembaga sertifikasi halal yang diakui LP POM MUI, dll. Manajer Pembelian Departemen Pembelian 2 QAQC Acuan teknis QAQC : 1. Daftar bahan baku 2. SOP QAQC, dll. Manajer QAQC Area QAQC 3 Gudang bahan baku Acuan teknis gudang bahan baku : 1. Daftar bahan baku 2. SOP departemen gudang, dll. Manajer Produksi Gudang Area Gudang 4 Produksi Acuan teknis produksi : 1. Daftar bahan baku 2. SOP departemen produksi, dll. Manajer Produksi Gudang Area Produksi 5 RD Acuan teknis RD : 1. Daftar bahan baku 2. SOP departemen RD, dll. Manajer RD Area RD 6 Gudang produk jadi Acuan teknis gudang produk jadi : 1. Daftar produk jadi 2. SOP departemen gudang, dll. Manajer Produksi Gudang Area Gudang 7 Departemen lain yang terkait 1. Acuan teknis bagian 2. SOP, dll. Manajer departemen terkait Area masing- masing departemen Untuk keperluan pengajuan audit SJH ke LP POM MUI, perusahaan diminta untuk mempersiapkan dokumen teknis dan administratif yang berkaitan dengan proses auditing sebagai berikut : 1. Bagan alir proses manual proses 2. Spesifikasi untuk masing-masing bahan baku dan bahan tambahan 3. Dokumen pembelian bahan-bahan dalam tiga bulan terakhir 4. Contoh bahan baku dan produk akhir berikut kemasannya 5. Pada saat audit berlangsung, bila audit akan sekalian dengan sertifikasi produk maka produk-produk yang didaftarkan untuk mendapatkan sertifikasi halal supaya proses produksinya sedang berlangsung pada saat dilakukan audit. Rancangan dokumen SJH sebelumnya dibuat dalam bahasa Inggris dan berdasarkan masukan dari pakat SJH ini selanjutnya dibuatkan dalam dua bahasa yaitu Bahsa Indonesia dan Bahasa Inggris. Hal ini bertujuan agar seluruh karyawan paham akan manual SJH yang diterbitkan serta agar pelanggan asing yang memerlukan panduan SJH dalam bahasa Inggris sudah tersedia. Pakar SJH juga memberikan masukan yang lainnya yaitu mengenai informasi dasar perusahaan. Hal ini sudah dilampirkan dalam Company Profile. Lembar pengesahan oleh pimpinan memang belum dilakukan karena rancangan manual SJH ini masih berupa konsep. Lingkup penerapan SJH sudah dilengkapi yaitu mulai dari kedatangan bahan baku di gudang sampai kepada pengiriman produk perisa jadi ke pelanggan. Persyaratan tugas IHAC sudah pula diperbaiki, serta acuan teknis untuk setiap departemen sudah dimasukkan dalam perbaikan dalam rancangan SOP untuk masing-masing departemen. Lampiran yang diminta oleh LP POM MUI meliputi format laporan berkala, format laporan temuanketidaksesuaian, notulen pertemuan tindakan manajemen serta surat pengangkatan IHAC sudah dibuatkan. Demikian juga untuk daftar seluruh bahan baku yang akan disertifikasi halal sudah disiapkan dan terlampir. Pada Tabel 4 dapat dilihat hasil evaluasi dokumen SJH yang dilakukan oleh pakar SJH dari LP POM MUI, yang dilakukan pada minggu pertama bulan Desember 2010. Sebagian besar dari hasil pemeriksaan tersebut sudah “YA” yang berarti sudah memenuhi standar minimal yang dipersyaratkan oleh LP POM MUI. Ada beberapa yang masih “TIDAK”, hal ini berarti dokumen SJH tersebut masih memerlukan perbaikan. Pada klausul pelatihan belum adanya daftar pelatihan berkala untuk karyawan khususnya untuk sosialisasi dan pelatihan halal bagi karyawan. Kekurangan ini sudah diperbaiki pada proses penyusunan dan pengkajian ulang perancangan SJH pada rapat berikutnya. Tabel 4. Hasil pemeriksaan dokumen SJH oleh Pakar LP POM MUI a. Bagian PPlC Pergudangan YA Catatan : disesuaikan dengan kondisi perusahaan 1. Apakah SOP untuk tiap bagian tsb telah mencukupi aspek Kehalalan seperti pada Buku Panduan Penyusunan SJH hal 53-56 ? a. Bagian RD YA b. Bagian QAQC YA c. Bagian Pembelian YA d. Bagian Produksi YA e. Bagian PPIC Pergudangan YA F. SISTEM ADMINISTRASI DAN DOKUMENTASI 1. Apakah dalam manual halal di jelaskan sistem administrasi dokumentasi produksi halal yang menggambarkan keterkaitan antar bagian kemampuan telusur halal ? YA 2. Apakah dalam manual halal dilampirkan contoh borang-borang terkait dgn pertanyaan No.F1 YA G. PELATIHAN TIDAK 1. Apakah ada perencanaan pelatihan SJH kepada karyawan ? TIDAK 2. Apakah ada perencanaan sosialisasi SJH kepada karyawan? H. PEMANTAUAN DAN EVALUASI 1. Apakah ada prosedur audit internal SJH ? hal 22-24 YA 2. Apakah ada daftar pertanyaan atau pokok- pokok yang harus dicakup oleh auditor ketika melakukan audit ? hal 57-63 YA 3. Apakah ada format laporan temuan, tindakan perbaikan dan pencegahan masuknya unsur haram hal 65. I. KAJI ULANG MANUAL SJH Apakah ada prosedur kaji ulang dan revisi terhadap manual Sistem Jaminan Halal SJH ? YA KESIMPULAN: - Dokumen Sistem Jaminan Halal yang dibuat masih perlu perbaikanrevisi. - Agar dokumen Sistem Jaminan Halal disusun dalam bahasa Indonesia juga. - Untuk revisi atau perbaikan harap tetap menggunakan Buku Panduan Penyusunan Sistem Jaminan Halal Rangkuman Komponen yang harus dilakukan Perbaikanrevisi, disempurnakan atau belum dilampirkan. Perlu Perbaikan Disempumakan Belum Dibuat dituliskan Belum dilampir kan A1 Informasi dasar perusahaan X A2 Lembar pengesahan yang ditandatangani oleh Pimpinan X B3 Lingkup penerapan SJH X D3 Persyaratan dan tugas AHI X El Acuan teknis sebagai rujukan tiap bagiandepartemen X G1 Perencanaan pelatihan dan sosialisasi X LAMPIRAN 1 Format Laporan Berkala X 2 Format Laporan TemuanKetidaksesuaian X 3 Notulen Pertemuan Tindakan Manajemen X 4 Daftar seluruh Bahan Baku yang disertifikasi Halal X 5 Surat Keputusan Pengangkatan Tim Auditor Halal Internal X Rekomendasi: Pemeriksa Ir. Nur Wahid MSi. • DDA SJH Dapat Dilakukan Audit Tgl.Dokumen 17 Desember 2010 • PTTM SJH Perbaikan tanpa tatap muka V Tgl. Periksa 22 Desember 2010 • PDTM SJH Perbaikan dengan tatap muka EdisiSubmitke Baru1

4. Penyusunan Rancangan Draft Manual SJH

Penyusunan rancangan draft manual SJH ini dilakukan oleh Tim SJH dengan didasarkan panduan yang dikeluarkan oleh LP POM MUI LP POM MUI, 2008 dan dengan mengambil bahan dari hasil perancangan yang telah dilakukan. Hasil dari penyusunan rancangan manual SJH ini adalah berupa konsep manual SJH perusahaan.

4.1. Kendali dokumen document control

Kendali dokumen terdiri dari : daftar isi Manual SJH, lembar pengesahan SJH, dan daftar distribusi dokumen. Dalam hal ada perbaikan atau rivisi dari dokumen SJH, IHAC akan menginformasikannya dalam rapat internal perusahaan yang dihadiri oleh semua departemen yang berhubungan dan dihadiri pula oleh Manajemen Puncak. Dokumen yang obsolete akan dipegang oleh IHAC. Master Dokumen dari SJH harus disahkan approved by Manajer Umum dan diketahui oleh Direktur dan semua Kepala Departemen Perwakilan Departemen yang bersangkutan. Setiap ada perubahan dokumen harus disebarkan kepada semua pemegang dokumen dan harus dibuatkan daftarnya seperti Tabel 5. Tabel 5. Daftar distribusi penerima dokumen Jumlah Nama Dokumen Pemegang Dokumen 1 Sistem Jaminan Halal R-0 Copy Direktur Manajer Umum 1 Sistem Jaminan Halal R-0 Copy Departemen RD Manajer RD 1 Sistem Jaminan Halal R-0 Copy Departemen QAQC Manajer QAQC 1 Sistem Jaminan Halal R-0 Copy Departemen Pembelian Manajer Pembelian 1 Sistem Jaminan Halal R-0 Copy Departemen Penjualan Manajer Penjualan 1 Sistem Jaminan Halal R-0 Copy Departemen Produksi Manajer Produksi 1 Sistem Jaminan Halal R-0 Copy Departemen Gudang Manajer Gudang dan Transportasi 1 Sistem Jaminan Halal R-0 Copy Departemen Keuangan Finance Controller 1 Sistem Jaminan Halal R-0 Copy Internal Halal Audit Coordinator IHAC 1 Sistem Jaminan Halal R-0 Master Internal Halal Audit Coordinator IHAC Daftar distribusi untuk dokumen dan format baku dapat dilihat pada Lampiran 2. Tabel distribusi dokumen, yang memuat departemen mana yang menerbitkan format baku tersebut, departemen mana saja yang terlibat dan harus menyetujui hasil dari format baku tersebut, serta departemen mana saja yang harus mendapatkan kopiannya dan departemen mana yang harus menyimpan dokumen aslinya.

4.2. Pendahuluan

Pendahuluan Manual SJH terdiri dari : informasi dasar perusahaan, tujuan penerapan SJH, dan ruang lingkup penerapan SJH.

4.2.1. Informasi dasar perusahaan

Informasi dasar perusahaan merupakan pernyataan identitas diri atau profil perusahaan berisi nama perusahaan, alamat, jenis produk, kapasitas produksi, tempat maklon jika ada, jumlah lini produksi, jumlah tenaga kerja, jangkauan pasar, dan lain-lain Lampiran 3. Untuk saat ini PT GIA baru memproduksi perisa dalam bentuk cair. Proses pembuatan perisa cair ini dimulai dengan adanya formula produksi dari Bagian RD, selanjutnya pengumpulan bahan baku sesuai dengan lot yang sudah ditentukan dalam lembar formulasi tersebut. Pengecekan sesuai lot yang akan dipakai oleh IHAC untuk memastikan bahwa semua lot tersebut telah sesuai dari persaratan kehalalan bahan bankunya. Semua bahan baku tersebut dimasukkan ke dalam suatu tangki pencampuran. Pertama-tama dimasukkan pelarut, biasanya propylene glycol PG untuk perisa yang larut dalam air, ataupun digunakan minyak tumbuhan atau minyak kelapa sebagai pelarut perisa yang tidak larut dalam air atau perisa yang larut minyak. Selanjutnya dimasukkan bahan-bahan baku lainnya sesuai dengan urutan yang ada dalam lembar formula produksi. Proses pemanasan bahan terkadang dilakukan untuk melarutkan bahan, misalnya untuk mempercepat pelarutan vanillin atau ethyl vanillin di dalam PG. Proses selanjutnya adalah pengadukan dengan menggunakan pengaduk listrik dengan putaran kecepatan yang disesuaikan dengan jenis dan jumlah bahan yang ada di dalam tangki pengadukan. Setelah rata maka segera dimasukkan ke dalam jerigen biru sambil ditimbang. Kemasan produk yang ada di PT GIA adalah paling kecil 1 kilogram yang biasanya dipakai sebagai contoh untuk percobaan produksi pelanggan, kemudian kemasan jerigen 5 kilogram, dan kemasan normal yaitu 25 kilogram. Langkah selanjutnya adalah pelabelan produk jadi yang berisi kode produk, nama produk, tanggal produksi, nomor bat, serta alamat perusahaan. Diagram alir proses produksi dapat dilihat pada Gambar 2, dan diagram alir proses produksi perisa cair dapat dilihat pada Lampiran 4. Pada saat ada proyek baru dari pelanggan melalui departemen penjualan maka akan diteruskan ke departemen RD untuk dilakukan proses pengembangan produk. Departemen RD akan menggunakan bahan baku yang sudah ada juga memerlukan bahan baku baru. Bahan baku baru dimintakan oleh departemen RD ke departemen pembelian dengan terlebih dahulu ditentukan spesifikasi bahan baku yang diperlukan. Kemudian departemen pembelian memintakan contoh bahan baku dari pemasok yang harus dilengkapi dengan dokumen bahan yang meliputi spesifikasi produk, lembar keselamatan bahan, halal sertifikat dan atau diagram alir pembuatan bahan. Contoh daftar pemasok bahan baku dapat dilihat pada Lampiran 5, dan Lampiran 6. Contoh daftar produsen bahan baku. Setelah contoh bahan baku diterima oleh departemen pembelian selanjutnya diberikan ke departemen RD. Bila bahan baku tersebut bisa dipakai dan sesuai dengan spesifikasi permintaan dari departemen RD, maka proses pembelian dapat dilanjutkan dengan cara meminta penawaran harga, jumlah minimal pembelian, ketersediaan bahan baku, dan waktu ketersediaan bahan baku tersebut. Apabila semua telah sesuai dari segi harga dan kelengkapan dokumennya, maka departemen pembelian akan mengeluarkan order pembelian yang terlebih dahulu harus melalui pengesahan dari manajer umum. Pada saat bahan baku tersebut datang maka harus disertai dengan sertifikat analisis dan semua dokumen pendukung lainnya dan disesuaikan dengan order pembelian baik menyangkut spesifikasi bahan, jumlah, dan harganya. Order bahan baku baru tersebut masuk ke departemen gudang, departemen gudang melakukan pengecekan fisik barang, kelengkapan dokumen seperti yang disebutkan termasuk sertifikat halalnya. Kalau semua dokumen lengkap dan barang sesuai dengan order pembelian maka departemen gudang akan menempelkan label kuning sebagai tanda “Awaiting QC” atau menunggu pengecekan oleh departemen QAQC. Apabila tidak sesuai maka bahan baku tersebut segera diberitahukan ke departemen pembelian untuk segera dikembalikan. Langkah selanjutnya departemen QAQC mengambil contoh bahan baku tersebut dan dibandingkan dengan standar. Standar yang digunakan untuk pembanding pertama departemen QAQC ini adalah standar yang diberikan dari departemen RD. Apabila dari segi dokumen dan hasil panel sudah sesuai maka departemen QAQC akan memberikan label hijau “QC Approved” yang berarti telah di setujui departemen QAQC. Tetapi apabila tidak sesuai, maka departemen QAQC akan menerbitkan surat ketidaksesuaian bahan baku yang ditujukan ke departemen pembelian untuk diteruskan ke pemasoknya agar segera dilakukan penggantian. Untuk bahan baku yang sudah disetujui oleh departemen QAQC, selanjutnya bahan baku tersebut disimpan dilokasi tertentu oleh departemen gudang sesuai dengan karakteristik produk tersebut yang didapatkan dari lembar keselamatan bahan dan spesifikasi produk berdasarkan juga saran dari departemen QAQC. Departemen produksi hanya akan memakai bahan baku dari lot yang sudah disetujui oleh deprtemen QAQC dan sudah diberi label hijau. Proses produksi dilakukan, dan hasil produk jadi akan diperiksa ulang oleh departemen QAQC untuk mengetahui kesesuainnya dengan standar dan spesifikasinya. Standar pertama ini diberikan oleh departemen RD, dan standar selanjutnya ditentukan oleh departemen QAQC yang didapat dari bat atau lot yang sudah disetujuiapproved. Bila departemen QAQC sudah menyetujui dan menempelkan label hijau, maka produk jadi tersebut dibawa ke departemen gudang untuk diregistrasi. Tatacara pembuatan label produk dapat dilihat pada Lampiran 7. Langkah selanjutnya dilakukan persiapan pengiriman kepada pelanggan sesuai dengan jadwal permintaan dari departemen penjualan. Diagram alir proses produksi dapat dilihat pada Gambar 2. Gambar 2. Diagram alir proses produksi

4.2.2. Tujuan penerapan SJH

Perusahaan harus menyatakan secara tertulis tujuan penerapan SJH di perusahaannya sesuai dengan aturan yang telah digariskan oleh LP POM MUI, yaitu : menjamin kehalalan produk yang dihasilkan secara sinambung dan konsisten sesuai dengan syariat Islam yang ditetapkan berdasarkan fatwa MUI. Tujuan penerapan ini dituangkan dalam kebijakan halal dari PT GIA.

4.2.3. Ruang lingkup penerapan manual SJH

Perusahaan menjelaskan jangkauan penerapan sistem jaminan perusahaan di lingkungan perusahaan, antara lain pembelian, penerimaan bahan, lini produksi, penyimpanan bahan dan produk, transportasi, dan distribusi. Cakupan Halal dari PT GIA dimulai dari pengembangan produk baru, pembelian bahan baku, Proyek dari pelanggan melalui departemen penjualan Permintaan bahan baku baru oleh departemen RD Permintaan contohpembelian bahan baku oleh departemen pembelian Penerimaan bahan baku oleh departemen gudang Pengecekan bahan baku oleh departemen QAQC Penyimpanan bahan baku di gudang Pemakaian bahan baku oleh departemen produksi Pengecekan produk jadi oleh departemen QAQC Penyimpanan di gudang dan proses pengiriman ke pelanggan penanganan bahan baku yang tiba di gudang, penyimpanan bahan baku yang baru datang, pengecekan bahan baku yang baru datang oleh QAQC, proses persiapan lot bahan baku yang akan dipakai produksi, proses produksi, pengecekan hasil produksi oleh departemen QAQC, penyimpanan produk akhir, persiapan pengiriman bahan jadi dan pengiriman ke pelanggan.

4.3. Komponen Manual SJH

Sistem Jaminan Halal mempunyai komponen-komponen sebagai berikut :

4.3.1. Kebijakan halal

Kebijakan halal adalah pernyataan tertulis tentang komitmen perusahaan untuk memproduksi produk halal secara konsisten, mencakup konsistensi dalam penggunaan dan pengadaan bahan baku, bahan tambahan, dan bahan penolong, serta konsistensi dalam proses produksi halal. PT GIA berkomitmen untuk memproduksi perisa yang halal secara konsisten dan mengacu pada standar dari LP POM MUI dan memelihara kehalalan perisa dalam setiap tahapan proses produksinya. Hal ini berhubungan dengan pemakaian bahan baku yang halal dan pemisahan tempat untuk bahan baku yang TIDAK HALAL, begitu juga untuk peralatan dalam proses produksinya. Sistem Jaminan Halal SJH akan dikomunikasikan dan diterapkan kepada seluruh tingkatan manajemen dan karyawan PT GIA dengan tujuan menjadikan standar proses produksi, pergudangan, pengepakan, dan seluruh urutan proses sesuai dengan peraturan halal untuk semua produk perisa yang halal. Sebagai bentuk komitmen dari manajemen didokumentasikan dengan daftar hadir dari setiap rapat SJH, dan dokumentasi ini disimpan oleh IHAC sebagai bukti pertanggung jawaban kepada LP POM MUI.

4.3.2. Panduan halal

Panduan halal adalah pedoman perusahaan dalam melaksanakan kegiatan untuk menjamin produksi halal. Definisi dari produk halal adalah yang sesuai dengan syariah dan ketentuan produk halal menurut aturan Islam yaitu : a. Tidak mengandung babi dan atau bagian maupun produk turunannya. b. Semua bahan baku yang berasal dari hewan yang halal harus disembelih menurut aturan dan Syariah Islam. c. Semua peralatan yang digunakan untuk produksi, wadah, gayung, dan kemasan tidak terkontaminasi babi dan sesuatu yang diharamkan. d. Transportasi dan penyimpanan harus dipisahkan dari bahanproduk yang mengandung ataupun yang berasal dari babi dan atau sesuatu yang diharamkan. e. Jika hal-hal yang tersebut di atas pernah digunakan atau terkontaminasi oleh babi dan turunannya dan atau dari sesuatu produk yang diharamkan maka harus dibersihkan sesuai dengan aturan dan syariah Islam. f. Tidak mengandung khamr etanol Matrik untuk bahan baku tidak dapat dimuat lengkap dalam tulisan ini berhubungan dengan kerahasiaan perusahaan, namun contoh dari sebagian matrik bahan baku yang berisi nama bahan, kode bahan, nama pemasok, nama produsen, negara produsen, kelengkapan data yang didapat dari internet, buku Archtander’s sebagai buku panduan bahan baku perisa, spesifikasi produk, lembar keselamatan bahan, sertifikat analisis, in-house halal statement, halal sertifikat, dan tambahan informasi data terlampir pada Lampiran 8. Contoh daftar bahan baku yang dipakai dan contoh penggolongan bahan baku berdasarkan kriteria kritis keharaman dapat dilihat pada Lampiran 9. Semua kelengkapan dokumen dari bahan baku didokumentasikan dengan cara dipindai dan disimpan dalam folder di komputer. Penyimpanan dokumentasi berdasarkan kode dan nama bahan baku dan sebagai intisari dari daftar dokumen. Untuk mempermudah dalam pencarian data, maka kelengkapan dokumen kelengkapan bahan baku tersebut dimasukkan ke dalam matrik bahan baku yang terus diperbaharuidirevisi setiap tiga bulan sekali atau menurut jumlah banyaknya bahan baku yang baru.

4.3.3. Organisasi manajemen halal

Organisasi manajemen halal, yaitu organisasi internal perusahaan yang mengelola seluruh fungsi dan aktivitas manajemen dalam menghasilkan produk halal. LP POM MUI sebagai lembaga yang mempunyai kewenangan yang paling tinggi didalam struktur organisasi manajemen halal dan berhak untuk memberikan dan mencabut sertifikat halal dari perusahaan. Dalam organisasi perusahaan, IHAC adalah sebagai perwakilan dan perpanjangan tangan LP POM MUI yang mempunyai tanggung jawab dan wewewang penuh terhadap pelaksanaan sistem manajemen halal yang ada di dalam perusahaan dan bertanggung jawab terhadap LP POM MUI. Struktur organisasi manajemen halal PT GIA dapat dilihat pada Gambar 3. Gambar 3. Struktur organisasi manajemen halal Dari Gambar 3 terlihat bahwa posisi Internal Halal Audit Coordinator IHAC cukup penting dan strategis karena berada langsung di bawah Direktur, mengkoordinasikan manajer-manajer QAQC, Penjualan, Pembelian, RD, Produksi, serta Gudang dan Transportasi, IHAC juga melakukan komunikasi dengan LP POM MUI mewakili PT GIA. Uraian kerja Manajemen Puncak dan setiap manajer terkait dapat dilihat pada Lampiran 10. LP POM MUI Perwakilan Manajemen Puncak Manajer Umum Direktur QAQC Dept. QC Manager Internal Halal Audit Coordinator IHAC Pembelian RD Produksi Gudang dan Transportasi Penjualan Manajer Keuangan

4.3.4. Standard Operation Procedure SOP dan acuan teknis

Standard Operation Procedure SOP yaitu suatu perangkat instruksi yang dibakukan untuk menyelesaikan suatu proses kerja rutin dan acuan teknis. SOP sebagai dokumen untuk membantu pekerjaan bidang-bidang terkait dalam melaksanakan fungsi kerjanya. Pelaksanaan SOP adalah merupakan suatu keharusan bagi karyawan untuk melaksanakan fungsi kerjanya. Siapa pun pelaksananya maka SOP tersebut adalah tetap dan tidak boleh dirubah oleh karyawan tanpa seijin dan sepengetahuan dari manajemen.

4.3.5. Sistem administrasi dan dokumentasi

Sistem administrasi, yaitu suatu keharusan bagi perusahaan untuk mendesain suatu sistem administrasi terintegrasi yang dapat ditelusuri traceable dari pembelian bahan sampai dengan distribusi produk ke pelanggan. Serta sistem dokumentasi, yaitu pendokumentasian yang baik dan mudah diakses oleh pihak yang terlibat dalam proses produksi halal termasuk oleh LP POM MUI sebagai lembaga sertifikasi halal. Sistem dokumentasi yang dilakukan di PT GIA yang dilakukan untuk menghindari terjadinya ketidaksesuaian bahan ataupun ketidaksesuaian selama proses produksi perlu dilakukan. Sistem dokumentasi ini juga diperlukan sebagai catatan untuk melakukan tindakan pencegahan dan tindakan perbaikan jangan sampai suatu kesalahan terulang kembali. Sistem dokumentasi ini dapat dilakukan dengan cara sebagai berikut : • Spesifikasi produk, Lembar Data Keselamatan Bahan MSDS = Material Safety Data Sheet, sertifikat halal, dan bagan air produksi. • Tanda terima pembelian bahan. • Catatan pemeriksaan bahan baku Incoming Raw Material Log Book Record. • Catatan pemeriksaan Produk Jadi Finished Goods Log Book Record • HACCP Monitoring Ceklist untuk Departemen Produksi. • Prosedur perbaikan untuk produk yang tidak sesuai dengan persaratan HACCP. • Dokumentasi dari proses produksi. • Dokumentasi dari catatan QAQC untuk setiap lot bahan baku dan produk jadi. Penetapan prosedur pendataan bertujuan untuk mendata agar SOP tepat mengenai sasarannya. Prosedur pendataan dapat dilakukan dengan cara : • Secara berkala memeriksa dokumentasi. • Melibatkan Internal Halal Audit Coordinator IHAC

4.3.6. Sosialisasi serta Pelatihan

Sosialisasi, yaitu SJH yang telah dibuat dan diimplementasikan oleh perusahaan harus disosialisasikan ke seluruh pemangku kepentingan, yaitu seluruh manajemen dan karyawan perusahaan dan pemasok. Tujuannya adalah untuk meningkatkan kepedulian atas pelaksanaan SJH di perusahaan. Serta pelatihan, adalah penjadwalan pelatihan bagi seluruh pelaksana SJH dalam periode waktu tertentu. Pelatihan halal sebagai suatu ketetapan LP POM MUI kepada perusahaan sebagai bentuk komitmen manajemen untuk terlaksananya sistem jaminan halal SJH di perusahaan. Perusahaan akan mengirimkan perwakilannya untuk menghadiri seminar halal dan atau pelatihan internal audit halal yang memberikan prioritas kepada departemen-departemen yang berhubungan. Sosialisasi halal dilakukan dalam diskusi perusahaan dalam rapat internal yang dihadiri semua departemen dan Manajemen Puncak. Hal ini didokumentasikan dari notulen hasil rapat. Contoh jadwal pelatihan berkala untuk karyawan khususnya yang berkaitan dengan pembekalan mengenai SJH dan halal dapat dilihat pada Lampiran 11.

4.3.7. Komunikasi internal dan eksternal

Komunikasi internal dan eksternal. Pengertian komunikasi internal adalah mengkomunikasihan pelaksanaan dan hasil dari penerapan SJH diperusahaan dan komunikasi eksternal dilakukan oleh pihak perusahaan kepada pihak luar seperti pemasok dan LP POM MUI. Komunikasi internal dilaksanakan dengan cara melakukan rapat bulanan dengan seluruh karyawan perusahaan dan menerapkan penggunaan format-format baku untuk semua departemen terkait. Komunikasi eksternal dengan LP POM MUI dilakukan dengan cara berkonsultasi bila ada perubahan proses atau bahan baku baru, serta melakukan pelaporan rutin dalam enam bulanan oleh IHAC.

4.3.8. Audit internal

Audit internal, dilakukan untuk mengevaluasi pelaksaan SJH dan menentukan departemen-departemen yang masih memerlukan perbaikan. Sistem audit internal dilakukan dengan cara melakukan audit internal yang bertujuan untuk mengevaluasi bahwa sistem benar-benar berjalan sesuai dengan yang diputuskan oleh LP POM MUI, efektifitas penerapan SJH dan pendataan ketidaksesuaian dengan sistem yang telah diberlakukan. Pelaksanaan audit internal untuk setiap komponen dari SJH dilakukan setiap 6 bulan dari tanggal sertifikat halal dan dibuatkan laporannya kepada LP POM MUI. Tim audit halal internal yang diketuai oleh Internal Halal Audit Coordinator IHAC merupakan orang atau tim di dalam perusahaan yang dapat meng-audit secara langsung kepada semua departemen yang berhubungan dengan masalah halal. IHAC berasal dari departemen yang berhubungan dengan proses produksi seperti Pembelian, RD, QAQC, Produksi, dan Departemen Gudang dan Transportasi; serta Manajer Umum. Seorang Internal Halal Audit Coordinator IHAC mempunyai tugas dan wewenang sebagai berikut : • Mempunyai kewenangan mengkoordinasikan penerapan SJH perusahaan. • Memonitor proses produksi halal dimulai dari pemilihan bahan baku sampai kepada produk jadi. • Mengerti tentang Haram Critical Point dalam bahan baku dan proses produksi. • Mengisi dan memperbaharui seluruh dokumentasi yang berhubungan dengan produk halal. • Melakukan internal audit dan melaporkannya ke LP POM MUI setiap enam bulan. • Mengkomunikasikan dengan LP POM MUI untuk setiap perubahan bahan baku, bahan pembantu, dan bahan tambahan. Pelaksaan audit internal terbagi menjadi waktu pelaksaan audit halal internal, metode pelaksanaan, pelaksana auditor, dan pihak yang diaudit auditee. 1. Waktu pelaksanaan Audit halal intertnal dilaksanakan sekurang-kurangnya sekali setiap enam bulan atau pada saat terjadi perubahan-perubahan yang mungkin mempengaruhi status kehalalan produk seperti : perubahan manajemen, kebijakan, formulasi, bahan baku, proses, maupun keluhan konsumen. 2. Metode pelaksanaan Audit halal internal dapat dilaksanakan secara bersamaan dengan audit sistem yang lain, tetapi formulir audit halal internal dan pelaporannya harus dibuat terpisah dari audit sistem yang lain. Audit dilakukan dengan metode wawancara, pengujian dokumen, dan observasi di lapangan. 3. Pelaksana auditor Audit halal internal dilakukan oleh Tim Auditor Halal Internal. Pelaksana audit internal dilakukan oleh audit halal internal dari departemen yang berbeda cross audit. 4. Pihak yang diaudit auditee Pihak yang diaudit adalah seluruh bagian yang terkait dalam proses produksi seperti : - Bagian pembelian - Bagian pengawasan mutu - Bagian produksi - Bagian riset dan pengembangan RD - Bagian penggudangan - Bagian transportasi - Bagian pengembangan SDM Tindakan perbaikan atas pelaksanaan SJH dilakukan jika pada saat dilakukan audit halal internal ditemukan ketidaksesuaian pelaksanaannya. Tindakan perbaikan harus dilakukan sesegera mungkin, jika temuan yang didapatkan berdampak langsung terhadap status kehalalan produk. Semua bentuk tindakan perbaikan dilakukan oleh perusahaan dengan dibuatkan berita acara serta laporannya dan terdolumentasikan dengan baik. Kaji ulang manajemen managemen review terhadap SJH secara menyeluruh harus dilakukan dalam kurun waktu tertentu misalnya minimal setahun sekali. Kaji ulang dilakukan karena berbagai hal, antara lain : Perubahan sistem manajemen perusahaan yang mempengaruhi peran SJH secara menyeluruh atau sebagian, misalnya perubahan peranan auditor halal internal, serta ketidaksesuaian yang sering ditemukan dalam pelaksanaan SJH. Kaji ulang manajemen dilakukan dengan melibatkan seluruh bagian yang terlibat dalam SJH termasuk manajemen puncak. Pertemuan kaji ulang dilaporkan dan dibuatkan rekamannya.

4.3.9. Tindakan perbaikan

Semua tindakan perbaikan baik yang ditemukan pada saat pelaksanaan audit maupun saat ditemukan ketidaksesuaian harus dilaksanakan sesegera mungkin dan dibuatkan laporannya dalam berita acara perbaikan.

4.3.10. Kaji ulang manajemen management review

Kaji ulang manajemen management review harus dilakukan dalam kurun waktu tertentu untuk memperbaharui adanya departemen-departemen dari SJH yang direvisi ataupun untuk memperbaiki bagian yang sering ditemukan ketidaksesuaian.

4.4. Lampiran manual

Lampiran yang menjadi bagian dari Manual SJH adalah sebagai berikut :

4.4.1. Panduan halal

Panduan halal adalah buku panduan halal yang dikeluarkan oleh LP POM MUI tahun 2008 yang dipakai sebagai referensi di dalam perancangan Manual SJH dan poin-poin yang harus dipenuhi oleh perusahaan sebagai prasarat minimal untuk memenuhi persaratan minimal SJH perusahaan.

4.4.2. Diagram alir penetapan titik kritis

Diagram alir penetapan titik kritis terdiri dari : - Identifikasi titik kritis bahan - Identifikasi titik kritis bahan hewani - Identifikasi titik kritis bahan mikrobial - Identifikasi titik kritis bahan lain tambang, sintetik - Identifikasi titik kritis penyimpanan dan lini prodiksi - Identifikasi titik kritis distribusi

4.4.3. Standard Operation Procedure SOP setiap departemen

Standard Operation Procedure SOP setiap departemen merupakan panduan umum bagi setiap departemen untuk melaksanakan kegiatan yang berhubungan dengan pelaksanaan SJH. Uraian lebih lanjut mengenai SOP ini dituangkan dalam Work Instruction WI.

4.4.4. Daftar bahan, titik kritis dan tindakan pencegahannya

Penentuan titik kritis keharaman dan identifikasi bahan baku yang haram menurut Panduan Umum SJH LP POM MUI adalah bahan baku sebagai berikut : • Tidak mengandung alkohol etanol • Tidak mengandung babi dan turunannya • Bahan baku yang berasal dari hewan – harus berasal dari spesies yang halal dan disembelih berdasarkan syariah Islam. Tabel contoh hasil penetapan titik kritis bahan baku dan tindakan pencegahannya dapat dilihat pada Lampiran 12. Contoh tabel hasil penetapan titik kritis proses produksi dan tindakan pencegahannya dari bahan haramnajis dapat dilihat pada Lampiran 13.

4.4.5. Daftar proses produksi, titik kritis dan tindakan pencegahannya

Identifikasi titik kritis dalam produksi bertujuan untuk menentukan di tahapan yang mana di dalam proses produksi yang dapat terjadi kemungkinan kontaminasi silang ataupun masuknya bahan yang non-halal ke dalam bahan yang halal. Selanjutnya dilakukan tahapan pencegahan untuk menghilangkan kemungkinan tersebut. Pada penelitian ini baru dilakukan penentuan Haram Analysis Critical Control Points HACCP untuk perisa cair. Sebab produk yang dibuat di lokasi pabrik PT GIA adalah baru hanya produk perisa cair. HACCP untuk perisa cair dapat dilihat pada Lampiran 14.

4.4.6. Matrik bahan baku, bahan tambahan, bahan penolong semua

produk yang disertifikasi halal Matrik bahan baku, bahan tambahan, bahan penolong semua produk yang disertifikasi halal harus dibuatkan daftarnya. Daftar tersebut terdiri dari daftar semua bahan baku yang dipakai dan ada diperusahaan. Daftar tersebut dibuatkan oleh departemen RD dan dan diketahui oleh Manajer Umum dan IHAC. Revisi daftar bahan baku ini harus dilakukan secara rutin dan teregistrasi mulai dari revisi nol dan seterusnya. Daftar untuk bahan penolong juga perlu dibuatkan seperti daftar merek pembersih yang digunakan untuk peralatan produksi dan peralatan laboratorium, bahan pelumas mesin yang selain harus food grade juga harus halal bila bersentuhan dengan produk.

4.4.7. Formulir audit halal internal AHI yaitu pokok-pokok pertanyaan

yang harus dicakup AHI pada saat audit Format audit halal internal AHI yaitu pokok-pokok pertanyaan yang harus dicakup AHI pada saat audit dibuatkan untuk audit dari setiap departemen dan dilakukan secara lintas departemen, misalnya bila dilakuakan audit di departemen pembelian maka yang akan melakukan audit adalah departemen lain yang diketuai oleh IHAC. Hal ini untuk menjaga obyektifitas hasil internal audit tersebut. Format-format internal audit untuk setiap departemen tersebut disimpan oleh IHAC, dan bila akan dilakukan maka format tersebut akan diperbanyak dari master dokumennya.

4.4.8. Format laporan berkala

Format laporan berkala internal audit terdiri dari format bulanan yang memuat tentang intisari dari jumlah lot yang diproduksi, jumlah bahan baku yang dibeli, jumlah ketidaksesuain bahan baku maupun produk jadi berdasarkan mutu maupun dilihat dari segi kritis kehalalannya. Format pelaporan ini akan dibawa ke rapat bulanan manajemen untuk dilakukan tindakan perbaikan. Format pelaporan rutin kepada LP POM MUI disepakati untuk dilakukan enam bulan sekali yang merupakan pengkajian dan pemberitahuan untuk seluruh perubahan yang telah dilakukan di perusahaan berhubungan dengan pelaksanaan SJH dan perubahan bahan baku, perubahan, pemasok, perubahan dokumen, dan sistem organisasi.

4.4.9. Format laporan ketidaksesuaian

Format laporan ketidaksesuaian terbagi menjadi dua format, yatu format ketidaksesuaian yang berhubungan dengan mutu dan pelaksanaan Good Manufacturing Practices GMP dan Hazard Critical Control Points HACCP. Format lainnya adalah format yang berhubungan dengan penyimpangan pelaksanaan SJH dan penyimpangan yang dapat menimbulkan efek fatal terhadap pelaksanaan SJH atau kehalalan produk termasuk kontaminasi oleh bahan yang najis atau haram.

4.4.10. Daftar lembaga sertifikasi halal yang diakui LP POM MUI

Daftar lembaga sertifikasi halal yang diakui LP POM MUI merupakan daftar lembaga sertifikasi yang dikeluarkan dan disetujui oleh LP POM MUI. Daftar lembaga sertifikasi ini terdiri dari Lembaga Sertifikasi Halal Internasional yang masing-masing lembaga tersebut menerapkan tatacara dan kebijakan dalam penentuan dan penerbitan sertifikat halal. Sebagai contoh IFANCA, selain produk yang disertifikasinya harus bersertifikat halal juga untuk setiap produknya harus tercetak logo Cress M, apabila kedua atau salah satu persaratan ini tidak ada maka sertifikasi halal dari produknya tidak diakui oleh LP POM MUI.

4.4.11. Notulen pertemuan tindakan manajemen

Notulen pertemuan tindakan manajemen merupakan perbaikan yang harus dilakukan oleh perusahaan dengan sepengetahuan manajemen perusahaan. Rapat ini dilaksanakan setiap bulan untuk mendiskusikan pelaksanaan proses SJH dan melakukan tindakan perbaikan yang masih harus dilakukan dengan berdasarkan pada prioritasnya. Rapat ini harus dihadiri oleh perwakilan manajemen puncak, yaitu oleh Direktur dan Manajer Umum, sebagai bentuk komitmen perusahaan atas pelaksanaan kebijakan SJH di perusahaan.

4.4.12. Surat keputusan pengangkatan IHAC

Surat keputusan pengangkatan IHAC dilakukan oleh Manajemen Puncak, dalam hal ini ditandatangani oleh Manajer Umum. IHAC merupakan orang yang independen dan tidak dipengaruhi oleh manajer departemen lainnya. IHAC bertanggung jawab kepada Manajer Umum dan merupakan perpanjangan tangan dari LP POM MUI di dalam perusahaan untuk pelaksanaan SJH.

4.4.13. Format administrasi

Format administrasi yang meliputi : pembelian, penerimaan bahan baku oleh gudang, dan pemeriksaannya oleh QAQC menyangkut kehalalan bahan dan dokumen pendukung mutu dan kehalalan, penyimpanan bahan, RD, produksi, penyimpanan produk, dan distribusi produk akhir kepada pelanggan.

5. Analisis Kebutuhan SOP Semua Departemen Terkait

Dari hasil kajian terhadap Panduan Umum Sistem Jaminan Halal yang dikeluarkan LP POM MUI pada 2008, termasuk Manual Sistem Jaminan Halal dan lampirannya, maka dapat dilihat kebutuhan SOP pada PT GIA seperti pada Tabel 6. Sebagai industri perisa, untuk perusahaan ini ada beberapa tambahanmodifikasi SOP terhadap contoh SOP yang tercantum pada lampiran Manual SJH dalam panduan umum tersebut. Tabel 6. Daftar kebutuhan SOP untuk PT GIA dalam rangka penyusunan manual SJH Departemen Standard Operation Procedure SOP RD 1. SOP penetapan bahan baku dan bahan penolong 2. SOP permintaan bahan baku 3. SOP perubahan formula dan pengembangan produk baru Pembelian 4. SOP pemilihan pemasok 5. SOP pembelian bahan baku dan bahan penolong 6. SOP penerimaan bahan baku dan bahan penolong QAQC 7. SOP pemeriksaan bahan baku 8. SOP pemeriksaan produk antara dan produk jadi Penjualan 9. SOP penerimaan order dari pelanggan Produksi 10. SOP pembuatan perisa Gudang dan Transportasi 11. SOP penyimpanan bahan baku dan bahan penolong 12. SOP penyimpanan kemasan 13. SOP penyimpanan produk jadi 14. SOP pengiriman produk jadi ke pelanggan IHAC 15. SOP kendali dokumen 16. SOP audit internal 17. SOP kaji ulang manajemen 18. SOP pelaporan pelaksanaan SJH ke LP POM MUI Manajer Umum 19. SOP Sosialisasi dan pelatihan halal Dari Tabel 6 terlihat bahwa untuk mewujudkan SJH di PT GIA diperlukan 19 SOP untuk mengendalikan proses-proses yang akan dilaksanakan oleh Departemen RD 3 SOP, Departemen Pembelian 3 SOP, Departemen QAQC 2 SOP, Departemen Penjualan 1 SOP, Departemen Produksi 1 SOP, Departemen Gudang dan Transportasi 4 SOP, IHAC 4 SOP, dan Manajer Umum 1 SOP. Dari Tabel tersebut juga dapat dilihat bahwa sangat penting peranan Departemen RD, Departemen Pembelian, dan Departemen QAQC dalam penetapan bahan baku dan bahan penolong serta pembelian dan pemilihan bahan-bahan tersebut. Hal ini dimaksudkan dengan pemilihan bahan baku yang sudah halal akan mempermudah proses produksi produk jadi yang halal pula, kecuali adanya proses kontaminasi silang selama proses penyimapan bahan baku tersebut ataupun selama proses produksinya. Untuk menghindari adanya penyimpangan selama penyimpanan bahan baku, proses produksi, penyimpanan produk jadi, dan pengiriman ke pelanggan maka diperlukan adanya SOP untuk Departemen : Produksi serta Gudang dan Transportasi. Peranan Departemen Penjualan juga penting untuk mendapatkan order masuk dari pelanggan. Peranan IHAC adalah sangat besar dalam menjamin pelaksanaan SOP ini untuk menjamin pelaksanaan SJH di perusahaan.

6. Penyusunan Draft SOP

Sesuai dengan Tabel 6, daftar kebutuhan SOP untuk implementasi SJH di PT GIA telah disusun sebanyak 19 draft SOP dengan rincian seperti pada Tabel 7. Pada Tabel 7 dapat dilihat daftar rancangan SOP untuk 19 kegiatan dalam rangka pelaksanaan SJH di PT GIA. Hasil pengamatan awal uraian kerja setiap departemen terkait dapat dilihat pada Lampiran 15, dan uraian dari 19 draft SOP untuk PT GIA seperti pada Tabel 7 dapat dilihat pada Lampiran 16. SOP tersebut masing-masing terdiri dari 1-2 halaman yang meliputi nama perusahaan PT GIA, judul dan kode Standard Operation Procedure SOP, area departemen yang terkait dengan SOP tersebut, tanggal dan nomor revisi SOP tersebut. Tujuan, ruanglingkup, referensi, dan prosedur merupakan uraian dari setiap SOP termasuk didalamnya format-format pendukung SOP yang berhubungan dan harus dipakai. Contoh surat pengangkatan IHAC dapat dilihat pada Lampiran 17 dan Contoh daftar lembaga sertifikasi halal yang diakui oleh LP POM MUI dapat dilihat pada Lampiran 18. Kedua hal terebut merupakan prasyarat dari LP POM MUIyang harus ada dalam manual SJH. Tabel 7. Draft SOP untuk SJH PT GIA No. SOP Nama SOP No. Format Nama Format 1. SOP-01-RD Penetapan bahan baku dan bahan penolong 01-SOP-01-RD Format permintaan bahan baku baru 2. SOP-02-RD Penggunaan bahan baku 01-SOP-02-RD Format permintan contoh 3. SOP-03-RD Perubahan formula dan pengembangan produk baru 01-SOP-03-RD Format revisi formula produksi 4. SOP-01-PC Pemilihan pemasok 01-SOP-01-PC Format penerimaan contoh bahan baku baru 5. SOP-02-PC Pembelian bahan baku dan bahan penolong 01-SOP-02-PC Format permintaan data bahan baku 6. SOP-03-PC Penerimaan bahan baku dan bahan penolong - - 7. SOP-01-QA Pemeriksaan bahan baku 01-SOP-01-QA Format hasil pengujian panel QAQC 8. SOP-02-QA Pemeriksaan produk antara dan produk jadi 01-SOP-02-QA Format ketidaksesuaian 9. SOP-01-SL Penerimaan order dari pelanggan 01-SOP-01-SL Format order penjualan baru 10. SOP-01-PR Pembuatan perisa 01-SOP-01-PR Format formula produksi 02-SOP-01-PR Format lot bahan baku yang digunakan 11. SOP-01-GT Penyimpanan bahan baku dan bahan penolong - - 12. SOP-02-GT Penyimpanan kemasan - - 13. SOP-03-GT Penyimpanan produk jadi - - 14. SOP-04-GT Pengiriman produk jadi ke pelanggan - - 15. SOP-01-IH Kendali dokumen 01-SOP-01-IH Format memo revisi dokumen SJH 16. SOP-02-IH Audit internal 01-SOP-02-IH Format ceklis audit halal internal 02-SOP-02-IH Format ceklis AHI pembelian 03-SOP-02-IH Format ceklis AHI produksi 04-SOP-02-IH Format ceklis AHI QAQC 05-SOP-02-IH Format ceklis AHI RD No. SOP Nama SOP No. Format Nama Format 06-SOP-02-IH Format ceklis AHI gudang 07-SOP-02-IH Format ceklis AHI transportasi 08-SOP-02-IH Format laporan ketidaksesuaian halal 09-SOP-02-IH Format laporan bulanan AHI 17. SOP-03-IH Kaji ulang manajemen 01-SOP-03-IH Format notulen dari tindakan manajemen 18. SOP-04-IH Pelaporan pelaksanaan SJH ke LP POM MUI 01-SOP-04-IH Format laporan enam bulanan AHI 19. SOP-01-MU Sosialisasi dan pelatihan halal - -

7. Pengkajian Ulang Draft SJH dan SOP-SOP

Pengkajian ulang draft SJH dan SOP-SOP dilakukan dengan cara melakukan audit internal yang dilakukan oleh Tim SJH. Audit internal dilakukan sebanyak tiga kali untuk dapat melakukan penyempurnaan dokumen dan sistemnya. Beberapa hasil dari audit internal dapat dilihat pada Lampiran 19. Pada pengajuan audit SJH oleh LP POM MUI hanya dilakukan audit untuk sistem saja tanpa melakukan audit produk perisa dengan pertimbangan persiapan auditnya lebih terfokus dan bila sistemnya sudah benar maka akan lebih mudah untuk melakukan audit produk perisanya. Hasil pemeriksaan dokumen SJH PT GIA oleh LP POM MUI sebagai hasil pemeriksaaan awal adalah seperti Tabel 4. Sebelum pelaksanaan audit implementasi SJH oleh LP POM MUI memprasyaratkan perusahaan untuk mengisi informasi departemen-departemen yang terkait dalam pelaksanaan SJH dan mengirimkannya terlebih dahulu ke LP POM MUI untuk dilakukan pengkajian. Sebagai langkah selanjutnya adalah pemenuhan kekurangan dokumen yang dimintakan oleh LP POM MUI, kemudian dilakukan audit oleh LP POM MUI setelah kelengkapan prasyarat telah dipenuhi. Beberapa hasil eksternal audit oleh LP POM MUI dapat dilihat pada Lampiran 20. V. SIMPULAN DAN SARAN

A. Simpulan

1. Dari hasil analisis kebutuhan perusahaan PT GIA, diketahui bahwa diperlukan berbagai komponen SJH meliputi kendali dokumen, pendahuluan antara lain profile perusahaan, tujuan penerapan SJH dan lingkup penerapan SJH, kebijakan halal, panduan halal, susunan organisasi, berbagai SOP, acuan teknis, sistem administrasi, sistem dokumentasi, sosialisasi dan pelatihan, komunikasi internal dan eksternal, audit internal, tindakan perbaikan, dan kaji ulang manajemen. Hampir seluruh kebutuhan tersebut belum dimiliki oleh PT GIA. 2. Manual SJH di PT GIA telah tersusun dalam bentuk suatu dokumen sesuai dengan berbagai komponen SJH yang dibutuhkan berdasarkan Panduan Halal yang dikeluarkan oleh LP POM MUI. 3. Telah tersusun 19 draft SOP untuk mendukung penerapan SJH di PT GIA. SOP-SOP tersebut adalah : Penetapan bahan baku dan bahan penolong, penggunaan bahan baku, perubahan formula dan pengembangan produk baru, pemilihan pemasok, pembelian bahan baku dan bahan penolong, penerimaan bahan baku dan bahan penolong, pemeriksaan bahan baku, pemeriksaan produk antara dan produk jadi, penerimaan order dari pelanggan, pembuatan perisa, penyimpanan bahan baku dan bahan penolong, penyimpanan kemasan, penyimpanan produk jadi, pengiriman produk jadi ke pelanggan, kendali dokumen, audit internal, kaji ulang manajemen, pelaporan pelaksanaan pelaksanaan SJH ke LP POM MUI, dan SOP sosialisasi dan pelatihan.

B. Saran

1. PT GIA perlu melakukan review akhir terhadap manual SJH dan SOP- SOP yang telah disusun sebelum diajukan ke LP POM MUI untuk memperoleh sertifikasi SJH. 2. Dalam penerapan manual SJH di masa mendatang, PT GIA perlu melaksanakan secara konsisten sesuai dokumen yang telah disetujui serta melakukan audit internal dan review manajemen secara priodik. 3. PemerintahPemerintah Daerah melalui instansi terkait melakukan pelatihan cara penyusunan manual SJH kepada perusahaan dengan skala kecil dan menengah, khususnya perusahaan perisa. PERANCANGAN MANUAL SISTEM JAMINAN HALAL DI PT GIA DEDDY HARYADY SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2012 DAFTAR PUSTAKA An-nabani, T. 2001. Peraturan Hidup Dalam Islam. Pustaka Tariqul Izzah. Jakarta Apriyantono, A. 2004. Flavouring : Scope and Definition : Lokakarya Sehari Perisa Dalam Produk Pangan. Direktorat Standardisasi Pangan BPOM. Bogor Apriyantono, A. 2005. Masalah Halal : Kaitan antara Syari, Teknologi dan Sertifikasi. Penerbit PT Kiblat Buku Utama. Bandung Bedoukian, P.Z. 1985. Perfumery and Flavoring Synthetics. Allured Publishing Co. USA Blanchfield, J.R. 2000. Food Labelling. Woodhead Publishing Ltd. New York [BPS] Biro Pusat Statistik. 2005. Social Welfare Statistics. Jakarta : BPS. http; www.bps.go.idsectorsocweltable3.shtml. [15 Mei 2011] [BPS] Biro Pusat Statistik. 2011. WWW.bps.go.id [BSN] Badan Standardisasi Nasional. 2006. Bahan Tambahan Pangan : Persyaratan Perisa dan Penggunaan dalam Produk Pangan. SNI-01-7152-2006. Jakarta Crosby, P.B. 1979. Quality Is Free. McGraw-Hill Book Company. New York Direktorat Standardisasi Industri Pangan. 2004. Pedoman Umum Pelebelan Produk Pangan. Deputi Bidang Pengawasan Keamanan Pangan dan Bahan Berbahaya BPOM RI. Jakarta Direktorat Standardisasi Industri Pangan. 2004. Peraturan Pemerintah No. 28 Tahun 2004 tentang Keamanan, Mutu dan Gizi Pangan. Deputi Bidang Pengawasan Keamanan Pangan dan Bahan Berbahaya BPOM RI. Jakarta Direktorat Standardisasi Industri Pangan. 2004. Pedoman Pencantuman Informasi Nilai Gizi Pada Label Pangan. Deputi Bidang Pengawasan Keamanan Pangan dan Bahan Berbahaya BPOM RI. Jakarta Direktorat Standardisasi Industri Pangan. 2004. Peraturan Teknis Penggunaan Bahan Tambahan Pangan Pemanis Buatan Dalam Produk Pangan. Deputi Bidang Pengawasan Keamanan Pangan dan Bahan Berbahaya BPOM RI. Jakarta Direktorat Standardisasi Industri Pangan. 2005. Peraturan Taknis Ketentuan Pokok Pengawasan Pangan Funsional. Deputi Bidang Pengawasan Keamanan Pangan dan Bahan Berbahaya BPOM RI. Jakarta Dunn, N.W. 2001. Public Policy Analysis : An Introduction 2nd edition. Wibawa, S. Pengantar Analisis Kebijakan Publik. Editor : Darwin, M. New Jersey: University of Pittsburgh Terjemahan Fellows, P. 2000. Food Processing Technology, Principle and Practice. Second ed. Woodhead Publishing Ltd. New York Fenaroli, G. 1971. Translated by Thomas E. Furia and Nicolo Bellanca. Fenaroli’s Handbook of Flavor Ingredients. The Chemical Rubber Co. Ohio Hosen, N, et.al. 2008. Panduan untuk para Da’i : Halal sebagai Tema Da’wah. Girindra, A. 2008. Dari Sertifikasi Menuju Labelisasi Halal. Pustaka Jurnal Halal. Bogor Girindra, A. 2002. Kebijakan LPPOM MUI dalam Sertifikasi Halal. Produk Impor Serta Lembaga Sertifikasi Intemasional. Makalah pada Pelatihan Auditor Halal Internal Perusahaan, 16 Oktober 2002, Jakarta. Hardianto. D. 2010. Sabili : 25 Nopember 2010. Kesadaran Produsen akan Produk Halal Terus Meningkat. www.sabili.co.id . [15 Mei 2011] Himpunan Alumni Fakultas Teknologi Pertanian IPB. 2005. Manfaat dan Bahaya Bahan Tambahan Pangan. FTP IPB. Bogor Kadarisman, D. 2006. Pedoman dan Audit Mutu Revisi 1. Materi Kuliah Program Studi Magister Profesi Industri Kecil Menengah PS MPI IPB. IPB Bogor. Kusumah, I. 2007. Panduan Diet Ala Rasulullah. Quntum Media. Jakarta Leffingwell. 2010. 2005-2009 Flavor Fragrance Industry Leaders. WWW.leffingwell.com [LP POM MUI]. 2008. Panduan Umum Sistem Jaminan Halal LP POM MUI. LP POM MUI. Jakarta Mannan. M.A, 1980. Islamic Economics, Theory and Practice. Idarah-I Adabiyat- I Delli. Delhi Manley, C.H, Roy E.M.. 1987. Healthy Eating : A Scientific Perspective, Proceedings of An International Symposium Organized by Quest International. Allure Publishing Co. England Marina, S.J.. 2003. Survei implementasi sistem sertifikasi dan labelisasi halal di Indonesia. Skripsi. Fakultas Teknologi Pertaman. Institut Pertanian Bogor, Bogor Menteri Kesehatan Republik Indonesia. 1988. Peraturan Menteri Kesehatan RI No. 722MenkesPERIX88 tentang Bahan Tambahan Makanan. Menteri Kesehatan RI. Jakarta Menteri Negara Pangan dan Hortikultura. 1999. Peraturan Pemerintah Nomor 69 Tahun 1999 tentang Label dan Iklan Pangan. Meneg PH. Jakarta Muhandri, T. and Darwin Kadarisman. 2008. Sistem Jaminan Mutu Pangan. IPB Press. Bogor Otles, S. 2005. Methos Analysis of Food Componens and Additives : Chemical and Functional Properties of Food Components Series. Taylor Francis CRC Press. Boca Raton Qardhawi, Y. 2000. Halal dan Haram dalam Islam. Robbani Press, Jakarta Quest International. 1989. Emulsifier in Foods. Quest International Zwijndrech. The Netherland Reineccius, G. 1981. Source Book of Flavors. Second ed. Chapman Hall. New York Saaty, T. L. 1986. Decision Making for Leaders, The Analytical Hierarchy Process for Decision in Complex World. Terjemahan. Setiono, L., dan K. Peniwati 1993. Pengambilan Keputusan bagi Para Pemimpin. Pustaka Binawan Pressindo, Jakarta Saifullah, R. 2008. Studi Kebijakan Pangan Halal di Indonesia. Skripsi. Fakultas Teknologi Pertanian. Institut Pertaman Bogor, Bogor Salzer J, Jones. K. 2008. Flavouring : Production, Composition, Applications, Regulation. John Willey Sons, Inc. USA Sampurno. 2001. Label Pangan dan Label Peran: Dalam Prespektif Peran, Tugas dan Tanggung Jawab BPOM. Badan POM, Jakarta Setiadi, N J. 2003. Perilaku Konsumen : Konsep dan Implikasi untuk Strategi dan Penelitian Pemasaran. Kencana Media. Jakarta Sevilla, C, Ochave. J, Punsalam. T, Regala. B, Uriarte. G. 1993. Pengantar Metode Penelitian. UI Press. Jakarta. Shaikh, Y. 2002. Specialty Aroma Chemicals in Flavors and Fragrances. Allured Publishing Co. USA Stone, H. Joel L. Sidel. 2004. Third ed. Sensory Evaluation Practices. Elsevier Academic Press. Amsterdam. Sukandarrumidi. 2006. Metodologi Penilaian : Petunjuk Praktis untuk Peneliti Pemula. Cetakan ketiga. Yogyakarta Takeoka, G.R, et.all. 2001. Aroma Active Compound in Food, Chemistry and Sensory Properties. ACS Symposium Series 794. American Chemical Society. Washington DC Thaheer, H. 2005. Sistem Manajemen HACCP. Bumi Aksara. Jakarta Tim Penerbit Buku Pedoman Halal. 2001. Pedoman Halal bagi Produsen, Importir dan Konsumen di Indonesia, Jakarta. Tim Survei. 2007. Statistik Indonesia Tahun 2007. BPS. Jakarta