Informasi dasar perusahaan Pendahuluan

menempelkan label kuning sebagai tanda “Awaiting QC” atau menunggu pengecekan oleh departemen QAQC. Apabila tidak sesuai maka bahan baku tersebut segera diberitahukan ke departemen pembelian untuk segera dikembalikan. Langkah selanjutnya departemen QAQC mengambil contoh bahan baku tersebut dan dibandingkan dengan standar. Standar yang digunakan untuk pembanding pertama departemen QAQC ini adalah standar yang diberikan dari departemen RD. Apabila dari segi dokumen dan hasil panel sudah sesuai maka departemen QAQC akan memberikan label hijau “QC Approved” yang berarti telah di setujui departemen QAQC. Tetapi apabila tidak sesuai, maka departemen QAQC akan menerbitkan surat ketidaksesuaian bahan baku yang ditujukan ke departemen pembelian untuk diteruskan ke pemasoknya agar segera dilakukan penggantian. Untuk bahan baku yang sudah disetujui oleh departemen QAQC, selanjutnya bahan baku tersebut disimpan dilokasi tertentu oleh departemen gudang sesuai dengan karakteristik produk tersebut yang didapatkan dari lembar keselamatan bahan dan spesifikasi produk berdasarkan juga saran dari departemen QAQC. Departemen produksi hanya akan memakai bahan baku dari lot yang sudah disetujui oleh deprtemen QAQC dan sudah diberi label hijau. Proses produksi dilakukan, dan hasil produk jadi akan diperiksa ulang oleh departemen QAQC untuk mengetahui kesesuainnya dengan standar dan spesifikasinya. Standar pertama ini diberikan oleh departemen RD, dan standar selanjutnya ditentukan oleh departemen QAQC yang didapat dari bat atau lot yang sudah disetujuiapproved. Bila departemen QAQC sudah menyetujui dan menempelkan label hijau, maka produk jadi tersebut dibawa ke departemen gudang untuk diregistrasi. Tatacara pembuatan label produk dapat dilihat pada Lampiran 7. Langkah selanjutnya dilakukan persiapan pengiriman kepada pelanggan sesuai dengan jadwal permintaan dari departemen penjualan. Diagram alir proses produksi dapat dilihat pada Gambar 2. Gambar 2. Diagram alir proses produksi

4.2.2. Tujuan penerapan SJH

Perusahaan harus menyatakan secara tertulis tujuan penerapan SJH di perusahaannya sesuai dengan aturan yang telah digariskan oleh LP POM MUI, yaitu : menjamin kehalalan produk yang dihasilkan secara sinambung dan konsisten sesuai dengan syariat Islam yang ditetapkan berdasarkan fatwa MUI. Tujuan penerapan ini dituangkan dalam kebijakan halal dari PT GIA.

4.2.3. Ruang lingkup penerapan manual SJH

Perusahaan menjelaskan jangkauan penerapan sistem jaminan perusahaan di lingkungan perusahaan, antara lain pembelian, penerimaan bahan, lini produksi, penyimpanan bahan dan produk, transportasi, dan distribusi. Cakupan Halal dari PT GIA dimulai dari pengembangan produk baru, pembelian bahan baku, Proyek dari pelanggan melalui departemen penjualan Permintaan bahan baku baru oleh departemen RD Permintaan contohpembelian bahan baku oleh departemen pembelian Penerimaan bahan baku oleh departemen gudang Pengecekan bahan baku oleh departemen QAQC Penyimpanan bahan baku di gudang Pemakaian bahan baku oleh departemen produksi Pengecekan produk jadi oleh departemen QAQC Penyimpanan di gudang dan proses pengiriman ke pelanggan penanganan bahan baku yang tiba di gudang, penyimpanan bahan baku yang baru datang, pengecekan bahan baku yang baru datang oleh QAQC, proses persiapan lot bahan baku yang akan dipakai produksi, proses produksi, pengecekan hasil produksi oleh departemen QAQC, penyimpanan produk akhir, persiapan pengiriman bahan jadi dan pengiriman ke pelanggan.

4.3. Komponen Manual SJH

Sistem Jaminan Halal mempunyai komponen-komponen sebagai berikut :

4.3.1. Kebijakan halal

Kebijakan halal adalah pernyataan tertulis tentang komitmen perusahaan untuk memproduksi produk halal secara konsisten, mencakup konsistensi dalam penggunaan dan pengadaan bahan baku, bahan tambahan, dan bahan penolong, serta konsistensi dalam proses produksi halal. PT GIA berkomitmen untuk memproduksi perisa yang halal secara konsisten dan mengacu pada standar dari LP POM MUI dan memelihara kehalalan perisa dalam setiap tahapan proses produksinya. Hal ini berhubungan dengan pemakaian bahan baku yang halal dan pemisahan tempat untuk bahan baku yang TIDAK HALAL, begitu juga untuk peralatan dalam proses produksinya. Sistem Jaminan Halal SJH akan dikomunikasikan dan diterapkan kepada seluruh tingkatan manajemen dan karyawan PT GIA dengan tujuan menjadikan standar proses produksi, pergudangan, pengepakan, dan seluruh urutan proses sesuai dengan peraturan halal untuk semua produk perisa yang halal. Sebagai bentuk komitmen dari manajemen didokumentasikan dengan daftar hadir dari setiap rapat SJH, dan dokumentasi ini disimpan oleh IHAC sebagai bukti pertanggung jawaban kepada LP POM MUI.

4.3.2. Panduan halal

Panduan halal adalah pedoman perusahaan dalam melaksanakan kegiatan untuk menjamin produksi halal. Definisi dari produk halal adalah yang sesuai dengan syariah dan ketentuan produk halal menurut aturan Islam yaitu : a. Tidak mengandung babi dan atau bagian maupun produk turunannya. b. Semua bahan baku yang berasal dari hewan yang halal harus disembelih menurut aturan dan Syariah Islam. c. Semua peralatan yang digunakan untuk produksi, wadah, gayung, dan kemasan tidak terkontaminasi babi dan sesuatu yang diharamkan. d. Transportasi dan penyimpanan harus dipisahkan dari bahanproduk yang mengandung ataupun yang berasal dari babi dan atau sesuatu yang diharamkan. e. Jika hal-hal yang tersebut di atas pernah digunakan atau terkontaminasi oleh babi dan turunannya dan atau dari sesuatu produk yang diharamkan maka harus dibersihkan sesuai dengan aturan dan syariah Islam. f. Tidak mengandung khamr etanol Matrik untuk bahan baku tidak dapat dimuat lengkap dalam tulisan ini berhubungan dengan kerahasiaan perusahaan, namun contoh dari sebagian matrik bahan baku yang berisi nama bahan, kode bahan, nama pemasok, nama produsen, negara produsen, kelengkapan data yang didapat dari internet, buku Archtander’s sebagai buku panduan bahan baku perisa, spesifikasi produk, lembar keselamatan bahan, sertifikat analisis, in-house halal statement, halal sertifikat, dan tambahan informasi data terlampir pada Lampiran 8. Contoh daftar bahan baku yang dipakai dan contoh penggolongan bahan baku berdasarkan kriteria kritis keharaman dapat dilihat pada Lampiran 9. Semua kelengkapan dokumen dari bahan baku didokumentasikan dengan cara dipindai dan disimpan dalam folder di komputer. Penyimpanan dokumentasi berdasarkan kode dan nama bahan baku dan sebagai intisari dari daftar dokumen. Untuk mempermudah dalam pencarian data, maka kelengkapan dokumen kelengkapan bahan baku tersebut dimasukkan ke dalam matrik bahan baku yang terus diperbaharuidirevisi setiap tiga bulan sekali atau menurut jumlah banyaknya bahan baku yang baru.