Peningkatan stok gula sebesar 20 persen akan berdampak pada peningkatan penawaran gula domestik sebesar 2.4152 persen. Peningkatan
penawaran gula domestik mengakibatkan harga riil gula di tingkat konsumen mengalami penurunan sebesar 0.2721 persen, yang kemudian diikuti oleh
penurunan harga riil gula di tingkat pedagang besar dan petani masing-masing sebesar 0.1348 persen dan 0.1171 persen. Penurunan harga riil gula ini
mengakibatkan luas areal perkebunan tebu mengalami penurunan yang berdampak pada penurunan produktivitas gula hablur dan penurunan produksi
gula kristal putih sebesar 0.0397 persen. Penurunan harga riil gula di tingkat konsumen dan pedagang besar
mengakibatkan peningkatan permintaan gula rumahtangga dan industri masing- masing sebesar 0.1397 persen dan 0.0104 persen sehingga permintaan gula
domestik mengalami peningkatan sebesar 0.0875 persen. Peningkatan permintaan gula ini mengakibatkan peningkatan volume impor sebesar 0.0889 persen.
Peningkatan stok gula dan volume impor ini mampu mengkompensasi penurunan produksi gula sehingga penawaran gula domestik tetap mengalami peningkatan.
7.2.6. Kombinasi Penurunan Tarif Impor Gula menjadi 10 Persen dan
Peningkatan Stok Gula sebesar 20 Persen
Kombinasi penurunan tarif impor gula menjadi 10 persen dan peningkatan stok gula sebesar 20 persen digunakan untuk melihat efektivitas kebijakan
ekonomi pada komoditas gula dalam melindungi konsumen gula di Indonesia. Alternatif ini digunakan untuk melihat dampak kombinasi kebijakan penurunan
tarif impor gula menjadi 10 persen dengan kebijakan peningkatan stok gula sebesar 20 persen terhadap variabel endogen yang ada jika kebijakan tersebut
diterapkan. Hasil simulasi kombinasi kebijakan ini dapat dilihat pada Tabel 37. Penurunan tarif impor gula menjadi 10 persen menyebabkan volume impor
gula mengalami peningkatan sebesar 26.2792 persen. Penawaran gula domestik mengalami peningkatan sebesar 9.7320 persen akibat peningkatan volume impor
gula dan persediaan stok gula sebesar 20 persen. Peningkatan penawaran gula domestik ini mengakibatkan harga riil gula di tingkat konsumen mengalami
penurunan sebesar 1.1618 persen, yang kemudian diikuti oleh penurunan harga
riil gula di tingkat pedagang besar dan petani masing-masing sebesar 0.5830 persen dan 0.5078 persen. Penurunan harga riil gula ini mengakibatkan
permintaan gula rumahtangga dan industri mengalami peningkatan masing- masing sebesar 0.5963 persen dan 0.0489 persen yang pada akhirnya
meningkatkan permintaan gula domestik sebesar 0.3756 persen.
Tabel 39. Hasil Simulasi Kombinasi Penurunan Tarif Impor Gula menjadi 10 Persen dan Peningkatan Stok Gula sebesar 20 Persen di
Indonesia Tahun 2003-2012
No. Variabel
Satuan Nilai Dasar
Nilai Simulasi Perubahan
Unit Persentase
1 LATR
Ha 230438
229937 -501
-0.2174 2
LATN Ha
81420.4 81240.7
-179.7 -0.2207
3 LATS
Ha 91091.1
91078.2 -12.9
-0.0142 4
YGTR TonHa
5.4358 5.4353
-0.0005 -0.0092
5 YGTN
TonHa 4.6004
4.6000 -0.0004
-0.0087 6
YGTS TonHa
6.4201 6.4199
-0.0002 -0.0031
7 QGTR
Ton 1259485
1256609 -2876
-0.2283 8
QGTN Ton
375859 374982
-877 -0.2333
9 QGTS
Ton 588850
588745 -105
-0.0178 10
QGKP Ton
2224194 2220336
-3858 -0.1735
11 QGTT
Ton 3663035
3659177 -3858
-0.1053 12
QSGT Ton
6118503 6713954
595451 9.7320
13 QDGR
Ton 2613424
2629009 15585
0.5963 14
QDGI Ton
1766103 1766967
864 0.0489
15 QDGT
Ton 4379527
4395976 16449
0.3756 16
MGTT Ton
1720679 2172860
452181 26.2792
17 PMGR
USTon 299.2
300 0.8
0.2674 18
PKGR RpTon
5633907 5568451
-65456 -1.1618
19 PBGR
RpTon 4863239
4834886 -28353
-0.5830 20
PPGR RpTon
4441434 4418881
-22553 -0.5078
Penurunan harga riil gula mengakibatkan penurunan luas areal perkebunan tebu rakyat, negara, dan swasta masing-masing sebesar 0.2174 persen, 0.2207
persen, dan 0.0142 persen, sehingga produktivitas gula hablur perkebunan rakyat, negara, dan swasta mengalami penurunan yang berdampak pada penurunan
produksi gula kristal putih sebesar 0.1735 persen. Penurunan produksi gula kristal putih ini mengakibatkan penurunan produksi gula domestik sebesar 0.1053
persen, namun penurunan produksi gula domestik ini lebih rendah dibanding
peningkatan volume impor gula dan stok gula sehingga penawaran gula domestik mengalami peningkatan.
7.2.7. Kombinasi Penghapusan Tarif Impor Gula Menjadi Nol Persen dan
Peningkatan Harga Gula di Tingkat Petani sebesar 30 Persen
Kombinasi penerapan tarif impor gula menjadi nol persen dan peningkatan harga gula di tingkat petani sebesar 30 persen digunakan untuk melihat efektivitas
kebijakan ekonomi pada komoditas gula dalam melindungi produsen gula di Indonesia. Alternatif ini digunakan untuk melihat dampak kombinasi kebijakan
tarif impor gula menjadi nol persen dengan kebijakan peningkatan harga gula di tingkat petani sebesar 30 persen terhadap variabel endogen yang ada jika
kebijakan tersebut diterapkan. Hasil simulasi kombinasi kebijakan ini dapat dilihat pada Tabel 38.
Tabel 40. Hasil Simulasi Kombinasi Penghapusan Tarif Impor Gula Menjadi Nol Persen dan Peningkatan Harga Gula di Tingkat
Petani sebesar 30 Persen di Indonesia Tahun 2003-2012
No. Variabel
Satuan Nilai Dasar
Nilai Simulasi
Perubahan Unit
Persentase
1 LATR
Ha 230438
257081 26643
11.5619 2
LATN Ha
81420.4 81151.8
-268.6 -0.3299
3 LATS
Ha 91091.1
91072.3 -18.8
-0.0206 4
YGTR TonHa
5.4358 5.4639
0.0281 0.5169
5 YGTN
TonHa 4.6004
4.5998 -0.0006
-0.0130 6
YGTS TonHa
6.4201 6.4198
-0.0003 -0.0047
7 QGTR
Ton 1259485
1410569 151084
11.9957 8
QGTN Ton
375859 374545
-1314 -0.3496
9 QGTS
Ton 588850
588696 -154
-0.0262 10
QGKP Ton
2224194 2373811
149617 6.7268
11 QGTT
Ton 3663035
3812652 149617
4.0845 12
QSGT Ton
6118503 7024591
906088 14.8090
13 QDGR
Ton 2613424
2636693 23269
0.8904 14
QDGI Ton
1766103 1767409
1306 0.0739
15 QDGT
Ton 4379527
4404102 24575
0.5611 16
MGTT Ton
1720679 2477149
756470 43.9635
17 PMGR
USTon 299.2
300.5 1.3
0.4345 18
PKGR RpTon
5633907 5536184
-97723 -1.7346
19 PBGR
RpTon 4863239
4820899 -42340
-0.8706 20
PPGR RpTon
4441434 5773864.2
1332430.2 30.0000