Karakteristik Gula TINJAUAN PUSTAKA

3. Akses pasar yaitu tarifikasi, penurunan tarif yang umum diterapkan berbagai negara ad valorem tariffs dimana negara maju diharapkan mewujudkan tahun 2000 dengan penurunan sebesar 21 hingga 23 persen, sedangkan negara berkembang tahun 2004 sebesar 9 hingga 14 persen dan tarif spesifik yang proporsi penerapannya sangat terbatas berkisar antara 24 hingga 26 persen. 4. Pengurangan subsidi ekspor berdasarkan penurunan volume ekspor, volume yang disubsidi sebesar 18 persen dari produk pertanian yang dipasarkan di dunia dan nilai ekspor. Namun implementasi kesepakatan GATT tersebut belum banyak menyentuh distorsi perdagangan gula Susila dan Sinaga, 2005. Hal ini disebabkan karena Wahyuni et al, 2009 : 1. Gula tidak banyak berpengaruh terhadap kesehatan dan lingkungan. 2. Berbagai fakta kebijakan subsidi yang ditempuh berbagai negara masih menempatkan industri gula menerima subsidi yang besar. Dalam rangka kesepakatan GATT tersebut, pemerintah Indonesia membuka pasar impor secara dramatis. Guna peningkatan efisiensi ekonomi, pemerintah mengeluarkan Kepmenperindag No.25MPPKep11998 yang tidak lagi memberi monopoli pada Bulog untuk mengimpor komoditas strategis, termasuk mengimpor gula Susila dan Sinaga, 2005. Keputusan pemerintah Indonesia untuk mencabut monopoli BULOG dalam pengadaan gula dan menerapkan tarif impor gula sebesar nol persen mengakibatkan industri gula lokal terancam karena harga gula impor lebih murah dibanding harga gula domestik. Hal ini menunjukkan ketidakefisienan dari industri gula di Indonesia sehingga banyak pabrik gula domestik terancam bangkrut karena tidak dapat bersaing dengan gula impor. Melalui surat Keputusan Menteri Keuangan No. 568KMK.011999 yang mulai diberlakukan sejak 1 Januari 2000 maka semua importir baik importir umum IU maupun importir produsen IP termasuk BULOG diperbolehkan mengimpor gula dengan ketentuan dikenakan bea masuk sebesar 20 persen untuk gula mentah dan 25 persen untuk gula kristal putih. Pada tahun 2004, dalam rangka mendukung program akselerasi, pemerintah melakukan perbaikan terhadap kebijakan sebelumnya yaitu dengan menerbitkan Keputusan Menteri Perindustrian dan Perdagangan No. 527MPPKep92004 dimana pemerintah kembali melibatkan BUMN seperti BULOG dan PT Perusahaan Perdagangan Indonesia dalam perdagangan gula di Indonesia. BULOG mempunyai peran sebagai distributor tunggal untuk memasarkan gula milik PTPN dan PT Rajawali Nusantara Indonesia RNI melalui jaringannya yang tersebar diseluruh Indonesia Rahman, 2013. Ketika krisis ekonomi Indonesia mulai berkurang pada tahun 1999, harga gula di dalam negeri justru mengalami penurunan yang signifikan. Penurunan tersebut disebabkan tiga faktor yaitu harga gula dunia terus menurun, nilai tukar rupiah yang menguat, serta tidak adanya tarif impor Wahyuni et al, 2009. Hal ini membuat harga gula dalam negeri mengalami tekanan. Untuk melindungi produsen, maka pemerintah menetapkan harga provenue gula. Kebijakan harga provenue tersebut ternyata merupakan kebijakan yang tidak efektif karena tidak didukung oleh rencana tindak lanjut yang memadai seperti pendanaan guna implementasi kebijakan. Penentuan harga provenue yang terlalu rendah dapat mematikan industri gula karena akan mengalami kesulitan untuk mendapatkan bahan baku. Sebaliknya, penentuan harga yang terlalu tinggi akan menumbuhkan industri gula tetapi meningkatkan subsidi yang harus disediakan oleh pemerintah Malian, 2004. Sebelum tahun 2000 harga gula yang diterima petani adalah harga provenue yang merupakan harga pembelian BULOG kepada petani tebu. Tahun 2000-2003 harga gula yang diterima petani adalah harga gula lelang kesepakatan antara petani dengan investor gula, sedangkan setelah tahun 2004 hingga saat ini harga gula yang diterima petani adalah harga lelang berdasarkan harga pokok penjualan HPP sebagai harga dasar pembelian gula oleh investor. Pemerintah mengeluarkan kebijakan penetapan harga pokok penjualan HPP dalam industri gula untuk memberikan perlindungan kepada petani. HPP gula ini merupakan salah satu insentif bagi petani dalam berbudidaya tebu. Harga pokok penjualan ini besarannya ditetapkan oleh pemerintah dan direvisi angkanya setiap tahun Rahman, 2013. Pemerintah juga mencanangkan program khusus Swasembada Gula Nasional terkait pengendalian impor gula. Swasembada dianggap penting karena harga gula diprediksi akan terus meningkat. Pemerintah berupaya meningkatkan