Surplus Produsen dan Surplus Konsumen

nasional. Guna menjaga ketersedian stok gula dalam negeri, maka perlu dilakukan impor. Penerapan tarif impor terhadap komoditas gula terus mengalami perubahan dari tahun ke tahun sesuai dengan kondisi perekonomian nasional, perdagangan internasional, ataupun kesepakatan regional. ASEAN Economic Community AEC merupakan salah satu kesepakatan regional yang mendukung penurunan tarif secara progresif dan penghapusan tarif impor gula dalam pasar perdagangan ASEAN. Penurunan dan rencana penghapusan tarif ini menyebabkan tingginya impor gula yang berdampak terhadap harga domestik dan kesejahteraan masyarakat. Gambar 4. Diagram Alur Kerangka Pemikiran Operasional Produksi gula relatif rendah Permintaan gula berkelanjutan Impor gula meningkat Pengaruh terhadap penawaran, permintaan, harga, surplus produsen, dan surplus konsumen gula Rekomendasi kebijakan perdagangan gula di Indonesia Faktor-faktor yang mempengaruhi penawaran, permintaan, impor, dan harga gula 2SLS Simulasi historis dengan menggunakan skenario kebijakan impor sesuai skema ASEAN Economic Community AEC Kebijakan ekonomi dan tarif impor pada komoditas gula Berdasarkan uraian tersebut, maka dilakukan analisis pengaruh kebijakan ekonomi pada komoditas gula dan kebijakan tarif impor gula terhadap harga domestik dan kesejahteraan masyarakat Indonesia. Skenario yang dibangun dalam penelitian ini adalah penurunan tarif impor menjadi 10 persen, penurunan tarif impor menjadi 5 persen, penghapusan tarif impor menjadi sebesar nol persen, peningkatan harga gula di tingkat petani sebesar 30 persen, dan peningkatan stok gula sebesar 20 persen. Analisis penelitian ini diharapkan dapat menjawab faktor- faktor apa saja yang mempengaruhi penawaran, permintaan, dan harga gula serta pengaruh perubahan kebijakan ekonomi pada komoditas gula dan kebijakan tarif impor terhadap variabel endogen dan kesejahteraan sehingga dapat diperoleh rekomendasi kebijakan perdagangan gula yang efektif di Indonesia.

IV. METODE PENELITIAN

4.1. Jenis dan Sumber Data

Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder dalam bentuk time series tahunan dengan rentang waktu penelitian tahun 1990 sampai 2012. Data dalam penelitian ini diperoleh dari instansi-instansi yang terkait dengan tema penulisan skripsi ini seperti Kementerian Perdagangan Republik Indonesia Kemendag RI, Kementerian Pertanian Republik Indonesia Kementan RI, Dewan Gula Indonesia DGI, Nusantara Sugar Club NSC, dan Badan Pusat Statistik BPS. Selain itu penelitian ini juga akan didukung oleh oleh beberapa bahan referensi data guna kelengkapan serta penyesuaian data. Bahan referensi yang dibutuhkan diperoleh dari Institut Pertanian Bogor IPB, Pusat Sosial Ekonomi dan Kebijakan Pertanian PSEKP, Food Agricultural Organization FAO, dan World Bank WB.

4.2. Spesifikasi Model

Model merupakan suatu abstraksi atau penyederhanaan dari fenomena yang ada di dunia nyata. Salah satu model pendekatan kuantitatif yang sering digunakan untuk analisis masalah ekonomi adalah model ekonometrika Hallam, 1990. Menurut Koutsoyiannis 1977 dalam membangun model ekonometrika terdapat empat tahap utama yang harus dilalui yaitu spesifikasi model, estimasi model, validasi model, dan penerapan model. Model yang baik harus dapat memenuhi kriteria ekonomi dan kriteria statistik yang dilihat dari suatu derajat ketepatan goodness of fit biasanya dengan melihat R 2 signifikan secara statistik dan kriteria ekonometrika yaitu apakah suatu pendugaan model memiliki sifat unbias , konsistensi, kecukupan, dan efisiensi. Salah satu hal yang sangat penting diperhatikan adalah tahapan spesifikasi model yang diharapkan dapat benar-benar mendekati fenomena seungguhnya. Berdasarkan tinjauan perkembangan perdagangan gula, relevansi dengan penelitan terdahulu, serta kerangka teoritis maka Model Perdagangan Gula Indonesia dispesifikasikan dalam bentuk persamaan simultan yang keterkaitan antar variabelnya disajikan dalam Gambar 5. Hal ini merupakan hipotesis