Kesepakatan Regional ASEAN Economic Community AEC
Perdagangan No. 527MPPKep92004 dimana pemerintah kembali melibatkan BUMN seperti BULOG dan PT Perusahaan Perdagangan Indonesia dalam
perdagangan gula di Indonesia. BULOG mempunyai peran sebagai distributor tunggal untuk memasarkan gula milik PTPN dan PT Rajawali Nusantara
Indonesia RNI melalui jaringannya yang tersebar diseluruh Indonesia Rahman, 2013.
Ketika krisis ekonomi Indonesia mulai berkurang pada tahun 1999, harga gula di dalam negeri justru mengalami penurunan yang signifikan. Penurunan
tersebut disebabkan tiga faktor yaitu harga gula dunia terus menurun, nilai tukar rupiah yang menguat, serta tidak adanya tarif impor Wahyuni et al, 2009. Hal ini
membuat harga gula dalam negeri mengalami tekanan. Untuk melindungi produsen, maka pemerintah menetapkan harga provenue gula. Kebijakan harga
provenue tersebut ternyata merupakan kebijakan yang tidak efektif karena tidak didukung oleh rencana tindak lanjut yang memadai seperti pendanaan guna
implementasi kebijakan. Penentuan harga provenue yang terlalu rendah dapat mematikan industri gula karena akan mengalami kesulitan untuk mendapatkan
bahan baku. Sebaliknya, penentuan harga yang terlalu tinggi akan menumbuhkan industri gula tetapi meningkatkan subsidi yang harus disediakan oleh pemerintah
Malian, 2004. Sebelum tahun 2000 harga gula yang diterima petani adalah harga provenue
yang merupakan harga pembelian BULOG kepada petani tebu. Tahun 2000-2003 harga gula yang diterima petani adalah harga gula lelang kesepakatan
antara petani dengan investor gula, sedangkan setelah tahun 2004 hingga saat ini harga gula yang diterima petani adalah harga lelang berdasarkan harga pokok
penjualan HPP sebagai harga dasar pembelian gula oleh investor. Pemerintah mengeluarkan kebijakan penetapan harga pokok penjualan HPP dalam industri
gula untuk memberikan perlindungan kepada petani. HPP gula ini merupakan salah satu insentif bagi petani dalam berbudidaya tebu. Harga pokok penjualan ini
besarannya ditetapkan oleh pemerintah dan direvisi angkanya setiap tahun Rahman, 2013.
Pemerintah juga mencanangkan program khusus Swasembada Gula Nasional terkait pengendalian impor gula. Swasembada dianggap penting karena
harga gula diprediksi akan terus meningkat. Pemerintah berupaya meningkatkan
produksi dan produktivitas melalui program akselerasi dan perbaikan kebijakan tataniaga serta impor gula. Guna merealisasi Swasembada Gula, mulai
dikembangkan pabrik gula rafinasi yang dimaksudkan untuk membantu mencukupi kebutuhan gula untuk industri makanan dan minuman. Pabrik gula
rafinasi memperoleh kemudahan dalam impor bahan baku gula mentah yaitu dengan keringanan bea masuk atau pajak impor. Ketentuan yang sama tentang
keringanan bea masuk ini juga berlaku kepada industri rafinasi yang melakukan perluasan usahanya. Dalam rangka melindungi harga gula kristal putih domestik,
perdagangan gula
rafinasi diatur
dengan SK
Memperindag No.527MPPKep92004 bahwa gula rafinasi hanya untuk kebutuhan bahan baku
bagi industri pengguna dan distribusi gula rafinasi langsung ke industri pengguna tanpa melalui distributor. Dalam surat Menperdag No.1112009 disebutkan bahwa
dalam memenuhi kebutuhan gula rafinasi untuk industri pengguna atau industri makanan dan minuman setiap produsen gula rafinasi dapat menunjuk distributor
secara resmi, selanjutnya distributor dapat menunjuk subdistributor secara resmi . distributor yang tidak memiliki surat penunjukkan atau pengangkatan dari
produsen gula rafinasi dilarang mendistribusikan atau memperdagangkan gula rafinasi. Hal yang sama juga berlaku bagi subdistributor Wahyuni et al, 2009.