tingkat konsumen, suku bunga kredit riil, dan perubahan harga riil pupuk urea tidak berpengaruh nyata terhadap luas areal perkebunan tebu swasta pada taraf α
sebesar 15 persen. Kapasitas produksi pabrik gula berpengaruh positif terhadap luas areal
perkebunan tebu swasta dengan nilai koefisien dugaan sebesar 0.26591. Hal ini berarti bahwa peningkatan kapasitas produksi gula sebesar 1 tonhari akan
meningkatkan luas areal tebu rakyat sebesar 0.26591 Ha, ceteris paribus. Respon kapasitas produksi pabrik gula bersifat inelastis dalam jangka pendek, namun
bersifat elastis dalam jangka panjang yaitu dengan nilai elastisitas sebesar 3.15157 artinya jika kapasitas produksi pabrik gula naik sebesar satu persen maka akan
meningkatkan luas areal perkebunan tebu swasta sebesar 3.15157 persen dalam jangka panjang, ceteris paribus. Variabel luas areal perkebunan tebu swasta pada
tahun sebelumnya berpengaruh nyata. Kondisi ini menunjukkan bahwa luas areal perkebunan tebu swasta memerlukan tenggat waktu yang relatif lambat untuk
menyesuaikan diri dalam merespon perkembangan situasi ekonomi gula domestik dan dunia.
Perubahan harga riil gula di tingkat konsumen tidak berpengaruh nyata secara statistik pada taraf α sebesar 15 persen terhadap luas areal perkebunan tebu
swasta. Hal ini diduga karena luas areal perkebunan tebu swasta merupakan investasi usahatani yang keputusannya tidak tergantung pada harga yang
cenderung berfluktuasi tetapi lebih dipengaruhi oleh variabel yang bersifat investasi juga seperti kapasitas produksi pabrik gula. Suku bunga kredit riil tidak
berpengaruh nyata secara statistik pada taraf α sebesar 15 persen terhadap luas
areal perkebunan tebu swasta. Hal ini dikarenakan kebijakan pemerintah dalam hal penyediaan kredit untuk usahatani tebu sering terlambat atau jumlahnya tidak
memadai. Sulitnya kredit untuk usahatani tebu ini terjadi karena usahatani tebu relatif lebih lama dari usahatani tanaman pangan lainnya seperti padi, sehingga
usahatani tebu dianggap memiliki masa pengembalian kredit yang relatif lama Susila, 2005. Perubahan harga riil pupuk urea tidak berpengaruh nyata secara
statistik pada taraf α sebesar 15 persen terhadap luas areal perkebunan tebu swasta. Hal ini dikarenakan perkebunan tebu swasta memiliki ketahanan modal
yang kuat sehingga peningkatan harga riil pupuk urea tidak membuat perkebunan
tebu swasta mengurangi kuantitas input sehingga tidak menurunkan luas arealnya Rahman, 2013.
6.3. Produktivitas Gula Hablur Indonesia
6.3.1. Produktivitas Gula Hablur Perkebunan Rakyat
Koefisien determinasi R
2
dari persamaan produktivitas gula hablur perkebunan rakyat sebesar 0.83932. Hal ini berarti bahwa 83.932 persen
keragaman produktivitas gula hablur perkebunan rakyat dapat dijelaskan oleh keragaman variabel-variabel penjelas dalam persamaan, sementara 16.068 persen
keragaman produktivitas gula hablur perkebunan rakyat dijelaskan oleh keragaman variabel lain yang tidak terdapat dalam persamaan tersebut. Variabel-
variabel penjelas secara bersama-sama mampu menjelaskan dengan baik variabel endogen produktivitas gula hablur perkebunan rakyat yaitu dengan nilai prob-F
sebesar .0001 Tabel 21.
Tabel 23. Hasil Estimasi Parameter Produktivitas Gula Hablur Perkebunan Rakyat di Indonesia Tahun 1990-2012
Variabel Parameter
Estimasi Elastisitas
Prob T
Nama Variabel SR
LR
Intercept -1.90643
- -
0.0206 Intercept LATR
6.53E-07 0.02803
0.05035 0.4146 Luas areal perkebunan tebu
rakyat Ha CRHJ
-0.00014 -0.05170
-0.32177 0.1667 Curah hujan Indonesia
mmTahun REND
0.68168 0.93278
4.42305 .0001 Rendemen tebu Indonesia
T 0.00162
- -
0.4477 Tren LYGTR
0.44340 -
- 0.0057 Produktivitas gula hablur
perkebunan rakyat tahun sebelumnya TonHa
R-Sq 0.83932
F Value 16.72
Adj R-Sq 0.78911
Pr F .0001
DW Stat 1.9004
DH Stat 0.3398
Keterangan : taraf signifikansi yang digunakan α = 0.15
Hasil estimasi parameter produktivitas gula hablur perkebunan rakyat menunjukkan bahwa dari lima variabel penjelas yang digunakan dalam
persamaan, terdapat dua variabel yang berpengaruh nyata yaitu rendemen tebu Indonesia dan produktivitas gula hablur perkebunan rakyat tahun sebelumnya.
Luas areal perkebunan tebu rakyat, curah hujan Indonesia, dan tren waktu tidak
berpengaruh nyata terhadap produktivitas gula hablur perkebunan rakyat pada taraf α sebesar 15 persen.
Rendemen tebu Indonesia berpengaruh positif terhadap produktivitas gula hablur perkebunan rakyat dengan nilai koefisien dugaan sebesar 0.68168. Hal ini
berarti bahwa peningkatan rendemen tebu Indonesia sebesar satu persen akan meningkatkan produktivitas gula hablur perkebunan rakyat sebesar 0.68168
tonHa, ceteris paribus. Respon rendemen tebu Indonesia bersifat inelastis dalam jangka pendek, namun bersifat elastis dalam jangka panjang yaitu dengan nilai
elastisitas sebesar 4.42305 artinya jika rendemen tebu Indonesia naik sebesar satu persen maka akan meningkatkan produktivitas gula hablur perkebunan rakyat
sebesar 4.42305 persen dalam jangka panjang, ceteris paribus. Variabel produktivitas gula hablur perkebunan rakyat tahun sebelumnya berpengaruh
nyata. Kondisi ini menunjukkan bahwa produktivitas gula hablur perkebunan rakyat memerlukan tenggat waktu yang relatif lambat untuk menyesuaikan diri
dalam merespon perkembangan situasi ekonomi gula domestik dan dunia. Luas areal perkebunan tebu rakyat tidak berpengaruh nyata secara statistik
pada taraf α sebesar 15 persen terhadap produktivitas gula hablur perkebunan rakyat. Hal ini dikarenakan kebijakan pemerintah yang bias pada sektor non-
pertanian membuat lahan untuk usahatani tebu yang sesuai semakin sulit diperoleh sehingga luas areal tebu yang ditambah lokasinya semakin jauh dari
pabrik gula Susila, 2005. Curah hujan Indonesia tidak berpengaruh nyata secara statistik pada taraf α sebesar 15 persen terhadap produktivitas gula hablur
perkebunan rakyat. Hal ini menunjukkan bahwa kenaikan produktivitas gula hablur perkebunan rakyat tidak hanya dipengaruhi oleh curah hujan Indonesia.
Tren waktu tidak berpengaruh nyata secara statistik pada taraf α sebesar 15 persen
terhadap produktivitas gula hablur perkebunan rakyat. Hal ini dikarenakan petani tebu rakyat masih menanam varietas yang sudah tua dengan produktivitas yang
lebih rendah dibandingkan varietas-varietas yang baru. Petani tebu rakyat juga tidak melakukan peremajaan secara berkala sehingga tanaman tebu yang dimiliki
umumnya tanaman keprasan Susila, 2005.