Luas Areal Perkebunan Tebu Negara

berpengaruh nyata terhadap produktivitas gula hablur perkebunan rakyat pada taraf α sebesar 15 persen. Rendemen tebu Indonesia berpengaruh positif terhadap produktivitas gula hablur perkebunan rakyat dengan nilai koefisien dugaan sebesar 0.68168. Hal ini berarti bahwa peningkatan rendemen tebu Indonesia sebesar satu persen akan meningkatkan produktivitas gula hablur perkebunan rakyat sebesar 0.68168 tonHa, ceteris paribus. Respon rendemen tebu Indonesia bersifat inelastis dalam jangka pendek, namun bersifat elastis dalam jangka panjang yaitu dengan nilai elastisitas sebesar 4.42305 artinya jika rendemen tebu Indonesia naik sebesar satu persen maka akan meningkatkan produktivitas gula hablur perkebunan rakyat sebesar 4.42305 persen dalam jangka panjang, ceteris paribus. Variabel produktivitas gula hablur perkebunan rakyat tahun sebelumnya berpengaruh nyata. Kondisi ini menunjukkan bahwa produktivitas gula hablur perkebunan rakyat memerlukan tenggat waktu yang relatif lambat untuk menyesuaikan diri dalam merespon perkembangan situasi ekonomi gula domestik dan dunia. Luas areal perkebunan tebu rakyat tidak berpengaruh nyata secara statistik pada taraf α sebesar 15 persen terhadap produktivitas gula hablur perkebunan rakyat. Hal ini dikarenakan kebijakan pemerintah yang bias pada sektor non- pertanian membuat lahan untuk usahatani tebu yang sesuai semakin sulit diperoleh sehingga luas areal tebu yang ditambah lokasinya semakin jauh dari pabrik gula Susila, 2005. Curah hujan Indonesia tidak berpengaruh nyata secara statistik pada taraf α sebesar 15 persen terhadap produktivitas gula hablur perkebunan rakyat. Hal ini menunjukkan bahwa kenaikan produktivitas gula hablur perkebunan rakyat tidak hanya dipengaruhi oleh curah hujan Indonesia. Tren waktu tidak berpengaruh nyata secara statistik pada taraf α sebesar 15 persen terhadap produktivitas gula hablur perkebunan rakyat. Hal ini dikarenakan petani tebu rakyat masih menanam varietas yang sudah tua dengan produktivitas yang lebih rendah dibandingkan varietas-varietas yang baru. Petani tebu rakyat juga tidak melakukan peremajaan secara berkala sehingga tanaman tebu yang dimiliki umumnya tanaman keprasan Susila, 2005.

6.3.2. Produktivitas Gula Hablur Perkebunan Besar Negara

Koefisien determinasi R 2 dari persamaan produktivitas gula hablur perkebunan besar negara sebesar 0.58114. Hal ini berarti bahwa 58.114 persen keragaman produktivitas gula hablur perkebunan besar negara dapat dijelaskan oleh keragaman variabel-variabel penjelas dalam persamaan, sementara 41.886 persen keragaman produktivitas gula hablur perkebunan besar negara dijelaskan oleh keragaman variabel lain yang tidak terdapat dalam persamaan tersebut. Variabel-variabel penjelas secara bersama-sama mampu menjelaskan dengan baik variabel endogen produktivitas gula hablur perkebunan besar negara yaitu dengan nilai prob-F sebesar 0.0100 Tabel 22. Tabel 24. Hasil Estimasi Parameter Produktivitas Gula Hablur Perkebunan Besar Negara di Indonesia Tahun 1990-2012 Variabel Parameter Estimasi Elastisitas Prob T Nama Variabel SR LR Intercept -0.3626 - - 0.3915 Intercept LATN 1.89E-06 0.03816 0.04743 0.4422 Luas areal perkebunan tebu negara Ha CRHJ -0.00023 -0.10503 -0.13056 0.1440 Curah hujan Indonesia mmTahun REND 0.49930 0.84487 1.05017 0.0030 Rendemen tebu Indonesia T 0.03815 - - 0.1011 Tren LYGTN 0.19550 - - 0.2136 Produktivitas gula hablur perkebunan besar negara tahun sebelumnya TonHa R-Sq 0.58114 F Value 4.44 Adj R-Sq 0.45024 Pr F 0.0100 DW Stat 2.7486 DH Stat - Keterangan : taraf signifikansi yang digunakan α = 0.15 Hasil estimasi parameter produktivitas gula hablur perkebunan besar negara menunjukkan bahwa dari lima variabel penjelas yang digunakan dalam persamaan, terdapat tiga variabel yang berpengaruh nyata yaitu curah hujan Indonesia, rendemen tebu Indonesia, dan tren waktu. Luas areal perkebunan tebu negara dan produktivitas gula hablur perkebunan besar negara tahun sebelumnya tidak berpengaruh nyata terhadap produktivitas gula hablur perkebunan besar negara pada taraf α sebesar 15 persen. Curah hujan Indonesia berpengaruh secara negatif terhadap produktivitas gula hablur perkebunan besar negara dengan nilai koefisien dugaan sebesar 0.00023. Hal ini berarti bahwa peningkatan curah hujan Indonesia sebesar 1 mmtahun akan menurunkan produktivitas gula hablur perkebunan besar negara sebesar 0.00023 tonHa, ceteris paribus. Rendemen tebu Indonesia berpengaruh positif terhadap produktivitas gula hablur perkebunan besar negara dengan nilai koefisien dugaan sebesar 0.49930. Hal ini berarti bahwa peningkatan rendemen tebu Indonesia sebesar satu persen akan meningkatkan produktivitas gula hablur perkebunan besar negara sebesar 0.49930 tonHa, ceteris paribus. Respon rendemen tebu Indonesia bersifat inelastis dalam jangka pendek, namun bersifat elastis dalam jangka panjang yaitu dengan nilai elastisitas sebesar 1.05017 artinya jika rendemen tebu Indonesia naik sebesar satu persen maka akan meningkatkan produktivitas gula hablur perkebunan besar negara sebesar 1.05017 persen dalam jangka panjang, ceteris paribus. Peningkatan teknologi yang diproksi oleh tren waktu berpengaruh positif terhadap produktivitas gula hablur perkebunan besar negara dengan nilai koefisien dugaan sebesar 0.03815. Hal ini berarti bahwa peningkatan teknologi yang diproksi oleh tren waktu sebesar satu satuan akan meningkatkan produktivitas gula hablur perkebunan besar negara sebesar 0.03815 tonHa, ceteris paribus. Luas areal perkebunan tebu negara tidak berpengaruh nyata secara statistik pada taraf α sebesar 15 persen terhadap produktivitas gula hablur perkebunan besar negara. Hal ini berarti peningkatan luas areal perkebunan tebu negara tidak menjadi tolak ukur bagi peningkatan produktivitas gula hablur negara. Produktivitas gula hablur perkebunan besar negara tahun sebelumnya tidak berpengaruh nyata secara statistik pada taraf α sebesar 15 persen terhadap produktivitas gula hablur perkebunan besar negara. Hal ini mengindikasikan bahwa tidak ada tenggang waktu yang dibutuhkan oleh produktivitas gula hablur perkebunan besar negara untuk menyesuaikan diri kembali pada tingkat keseimbangannya dalam merespon perkembangan situasi ekonomi gula domestik dan dunia.

6.3.3. Produktivitas Gula Hablur Perkebunan Besar Swasta

Koefisien determinasi R 2 dari persamaan produktivitas gula hablur perkebunan besar swasta sebesar 0.38603. Hal ini berarti bahwa 38.603 persen keragaman produktivitas gula hablur perkebunan besar swasta dapat dijelaskan