Produktivitas Gula Hablur Perkebunan Besar Swasta

dan nilai tambah industri makanan minuman tidak berpengaruh nyata terhadap permintaan gula industri pada taraf α sebesar 15 persen. Tabel 27. Hasil Estimasi Parameter Permintaan Gula Industri di Indonesia Tahun 1990-2012 Variabel Parameter Estimasi Elastisitas Prob T Nama Variabel SR LR Intercept -86298.9 - - 0.4407 Intercept LPBGR -0.01765 -0.06620 -0.16386 0.4419 Harga riil gula di tingkat pedagang besar tahun sebelumnya RpTon NTIR 3.73823 0.21905 0.54220 0.2346 Nilai tambah riil industri makanan dan minuman Rp T 35466.46 0.36838 0.91183 0.0243 Tren LQDGI 0.59600 - - 0.0267 Permintaan gula industri tahun sebelumnya Ton R-Sq 0.91693 F Value 46.91 Adj R-Sq 0.89738 Pr F .0001 DW Stat 2.4012 DH Stat - Keterangan : taraf signifikansi yang digunakan α = 0.15 Peningkatan teknologi yang diproksi oleh tren waktu berpengaruh positif terhadap permintaan gula industri dengan nilai koefisien dugaan sebesar 35466.46. Hal ini berarti bahwa peningkatan teknologi yang diproksi oleh tren waktu sebesar satu satuan akan meningkatkan permintaan gula industri sebesar 35466.46 ton, ceteris paribus. Variabel permintaan gula industri tahun sebelumnya berpengaruh nyata. Kondisi ini menunjukkan bahwa permintaan gula industri memerlukan tenggat waktu yang relatif lambat untuk menyesuaikan diri dalam merespon perkembangan situasi ekonomi gula domestik dan dunia. Harga riil gula di tingkat pedagang besar tahun sebelumnya tidak berpengaruh nyata secara statistik pada taraf α sebesar 15 persen terhadap permintaan gula industri. Hal ini dikarenakan gula menjadi bahan baku yang sangat esensial bagi industri makanan dan minuman maupun olahannya sehingga peningkatan harga riil gula di tingkat pedagang besar tidak akan langsung direspon dengan penurunan permintaan gula oleh industri makanan dan minuman Rahman, 2013. Nilai tambah industri makanan dan minuman tidak berpengaruh nyata secara statistik pada taraf α sebesar 15 persen terhadap permintaan gula industri. Hal ini menunjukkan bahwa kenaikan permintaan gula industri tidak hanya disebabkan oleh peningkatan nilai tambah industri makanan dan minuman di Indonesia.

6.6.3. Permintaan Gula Domestik

Permintaan gula domestik merupakan persamaan identitas dari penjumlahan permintaan gula rumahtangga dan permintaan gula industri. Secara matematis persamaan identitas dari permintaan gula domestik dapat dirumuskan sebagai berikut : QDGT t = QDGR t + QDGI t Persamaan tersebut menunjukkan bahwa setiap perubahan kebijakan atau perubahan faktor lain yang mempengaruhi permintaan gula rumahtangga atau permintaan gula industri akan mempengaruhi permintaan gula domestik. Selanjutnya perubahan permintaan gula domestik akan memberikan pengaruh kepada variabel endogen lain baik secara langsung maupun tidak langsung.

6.7. Volume Impor Gula

Koefisien determinasi R 2 dari persamaan volume impor gula sebesar 0.76155. Hal ini berarti bahwa 76.155 persen keragaman volume impor gula dapat dijelaskan oleh keragaman variabel-variabel penjelas dalam persamaan, sementara 23.845 persen keragaman volume impor gula dijelaskan oleh keragaman variabel lain yang tidak terdapat dalam persamaan tersebut. Variabel-variabel penjelas secara bersama-sama mampu menjelaskan dengan baik variabel endogen volume impor gula yaitu dengan nilai prob-F sebesar .0001 Tabel 26. Tabel 28. Hasil Estimasi Parameter Volume Impor Gula di Indonesia Tahun 1990-2012 Variabel Parameter Estimasi Elastisitas Prob T Nama Variabel SR LR Intercept 934125.9 - - 0.0807 Intercept QDGT 0.39981 1.21453 - 0.0035 Permintaan gula domestik Ton PMER -0.10443 -0.60490 - 0.0006 Perkalian harga riil gula impor dengan nilai tukar riil RpTon LTMGT -30161.5 -0.39574 - 0.0087 Tarif impor gula tahun sebelumnya R-Sq 0.76155 F Value 19.16 Adj R-Sq 0.72181 Pr F .0001 DW Stat 1.9906 DH Stat - Keterangan : taraf signifikansi yang digunakan α = 0.15 Hasil estimasi parameter volume impor gula menunjukkan bahwa dari tiga variabel penjelas yang digunakan dalam persamaan, seluruhnya berpengaruh nyata pada taraf α sebesar 15 persen. Ketiga variabel penjelas tersebut yaitu permintaan gula domestik, harga riil gula impor yang dikali dengan nilai tukar riil, dan tarif impor gula tahun sebelumnya. Permintaan gula domestik berpengaruh positif terhadap volume impor gula dengan nilai koefisien dugaan sebesar 0.39981. Hal ini berarti bahwa peningkatan permintaan gula domestik sebesar satu ton akan meningkatkan volume impor gula sebesar 0.49404 ton, ceteris paribus. Respon permintaan gula domestik bersifat elastis dalam jangka pendek yaitu dengan nilai elastisitas sebesar 1.21453 artinya jika permintaan gula domestik naik sebesar satu persen maka akan meningkatkan volume impor gula sebesar 1.21453 persen dalam jangka pendek, ceteris paribus. Harga riil gula impor yang dikali dengan nilai tukar riil berpengaruh secara negatif terhadap volume impor gula dengan nilai koefisien dugaan sebesar 0.10443. Hal ini berarti bahwa peningkatan harga riil gula impor sebesar Rp 1ton akan menurunkan volume impor gula sebesar 0.10443 ton, ceteris paribus. Tarif impor gula tahun sebelumnya berpengaruh secara negatif terhadap volume impor gula dengan nilai koefisien dugaan sebesar 30161.5. Hal ini berarti bahwa peningkatan tarif impor gula tahun sebelumnya sebesar satu persen akan menurunkan volume impor gula sebesar 30161.5 ton, ceteris paribus.

6.8. Harga Riil Gula Impor

Koefisien determinasi R 2 dari persamaan harga riil gula impor sebesar 0.93559. Hal ini berarti bahwa 93.559 persen keragaman harga riil gula impor dapat dijelaskan oleh keragaman variabel-variabel penjelas dalam persamaan, sementara 6.441 persen keragaman harga riil gula impor dijelaskan oleh keragaman variabel lain yang tidak terdapat dalam persamaan tersebut. Variabel- variabel penjelas secara bersama-sama mampu menjelaskan dengan baik variabel endogen harga riil gula impor yaitu dengan nilai prob-F sebesar .0001 Tabel 27. Hasil estimasi parameter harga riil gula impor menunjukkan bahwa dari tiga variabel penjelas yang digunakan dalam persamaan, seluruhnya berpengaruh