sebesar 0.87056. Hal ini berarti bahwa peningkatan rendemen tebu Indonesia sebesar satu persen akan meningkatkan produktivitas gula hablur perkebunan
besar negara sebesar 0.87056 tonHa, ceteris paribus. Respon rendemen tebu Indonesia bersifat elastis dalam jangka pendek yaitu dengan nilai elastisitas
sebesar 1.02284 artinya jika rendemen tebu Indonesia naik sebesar satu persen maka akan meningkatkan produktivitas gula hablur perkebunan besar swasta
sebesar 1.02284 persen dalam jangka pendek, ceteris paribus.
6.4. Produksi Gula
Produksi gula kristal putih merupakan persamaan identitas dari hasil kali antara luas areal perkebunan tebu dengan produktivitasnya dengan faktor
konstanta SHS = 1.003 Rahman, 2013. Persamaan produksi gula kristal putih dapat dirumuskan sebagai berikut :
QGTR
t
= LATR
t
YGTR
t
1.003 QGTN
t
= LATN
t
YGTN
t
1.003 QGTS
t
= LATS
t
YGTS
t
1.003 Produksi gula kristal putih domestik merupakan persamaan identitas dari
penjumlahan produksi gula kristal putih perkebunan rakyat, produksi gula kristal putih perkebunan besar negara, dan produksi gula kristal putih perkebunan besar
swasta. Secara matematis persamaan identitas dari produksi gula kristal putih domestik dapat dirumuskan sebagai berikut :
QGKP
t
= QGTR
t
+ QGTN
t
+ QGTS
t
Produksi gula domestik merupakan persamaan identitas dari penjumlahan produksi gula kristal putih domestik dengan produksi gula kristal rafinasi yang
berbahan baku gula mentah. Persamaan produksi gula domestik dapat dirumuskan sebagai berikut :
QGTT
t
= QGKP
t
+ QGKR
t
Persamaan di atas menunjukkan bahwa setiap perubahan kebijakan atau perubahan faktor lain yang mempengaruhi luas areal perkebunan tebu atau
produktivitas gula hablur maka akan mempengaruhi total produksi gula domestik. Selanjutnya perubahan total produksi gula domestik akan memberikan pengaruh
kepada variabel endogen lain baik secara langsung maupun tidak langsung.
6.5. Penawaran Gula
Penawaran gula merupakan persamaan identitas dari produksi gula domestik ditambah dengan stok dan impor dikurangi ekspor gula. Secara
matematis persamaan identitas dari penawaran gula dapat dirumuskan sebagai berikut :
QSGT
t
= QGTT
t
+ STGT
t
+ MGTT
t
- XGTT
t
Persamaan tersebut menunjukkan bahwa setiap perubahan kebijakan atau perubahan faktor lain yang mempengaruhi produksi gula domestik atau volume
impor gula akan mempengaruhi penawaran gula di Indonesia. Selanjutnya perubahan penawaran gula akan memberikan pengaruh kepada variabel endogen
lain baik secara langsung maupun tidak langsung.
6.6. Permintaan Gula
6.6.1. Permintaan Gula Rumahtangga
Koefisien determinasi R
2
dari persamaan permintaan gula rumahtangga sebesar 0.65689. Hal ini berarti bahwa 65.689 persen keragaman permintaan gula
rumahtangga dapat dijelaskan oleh keragaman variabel-variabel penjelas dalam persamaan, sementara 34.311 persen keragaman permintaan gula rumahtangga
dijelaskan oleh keragaman variabel lain yang tidak terdapat dalam persamaan tersebut. Variabel-variabel penjelas secara bersama-sama mampu menjelaskan
dengan baik variabel endogen permintaan gula rumahtangga yaitu dengan nilai prob-F sebesar 0.0002 Tabel 24.
Tabel 26. Hasil Estimasi Parameter Permintaan Gula Rumahtangga di Indonesia Tahun 1990-2012
Variabel Parameter
Estimasi Elastisitas
Prob T
Nama Variabel SR
LR
Intercept 956245.3
- -
0.2426 Intercept PKGR
-0.23811 -0.48426
- 0.0040 Harga riil gula di tingkat
konsumen RpTon DPOPU
0.49404 0.63677
- 0.1481 Perubahan jumlah penduduk
Indonesia Jiwa PPKR
0.09247 0.45008
- 0.0001 PDB riil per kapita
RpJiwa
R-Sq 0.65689
F Value 11.49
Adj R-Sq 0.59971
Pr F 0.0002
DW Stat 2.6493
DH Stat -
Keterangan : taraf signifikansi yang digunakan α = 0.15
Hasil estimasi parameter permintaan gula rumahtangga menunjukkan bahwa dari tiga variabel penjelas yang digunakan dalam persamaan, seluruhnya
berpengaruh nyata pada taraf α sebesar 15 persen. Ketiga variabel penjelas
tersebut yaitu harga riil gula di tingkat konsumen, perubahan jumlah penduduk Indonesia, dan pendapatan per kapita.
Harga riil gula di tingkat konsumen berpengaruh secara negatif terhadap permintaan gula rumahtangga dengan nilai koefisien dugaan sebesar 0.23811. Hal
ini berarti bahwa peningkatan harga riil gula di tingkat konsumen sebesar Rp 1ton akan menurunkan permintaan gula rumahtangga sebesar 0.23811 ton, ceteris
paribus . Perubahan jumlah penduduk Indonesia berpengaruh positif terhadap
permintaan gula rumahtangga dengan nilai koefisien dugaan sebesar 0.49404. Hal ini berarti bahwa peningkatan perubahan jumlah penduduk Indonesia sebesar 1
jiwa akan meningkatkan permintaan gula rumahtangga sebesar 0.49404 ton, ceteris paribus
. Pendapatan per kapita berpengaruh positif terhadap permintaan gula rumahtangga dengan nilai koefisien dugaan sebesar 0.09247. Hal ini berarti
bahwa peningkatan pendapatan per kapita sebesar Rp 1jiwa akan meningkatkan permintaan gula rumahtangga sebesar 0.09247 ton, ceteris paribus.
6.6.2. Permintaan Gula Industri
Koefisien determinasi R
2
dari persamaan permintaan gula industri sebesar 0.91693. Hal ini berarti bahwa 91.693 persen keragaman permintaan gula
industri dapat dijelaskan oleh keragaman variabel-variabel penjelas dalam persamaan, sementara 8.307 persen keragaman permintaan gula industri
dijelaskan oleh keragaman variabel lain yang tidak terdapat dalam persamaan tersebut. Variabel-variabel penjelas secara bersama-sama mampu menjelaskan
dengan baik variabel endogen permintaan gula industri yaitu dengan nilai prob-F sebesar .0001 Tabel 25.
Hasil estimasi parameter permintaan gula industri menunjukkan bahwa dari empat variabel penjelas yang digunakan dalam persamaan, terdapat dua
variabel yang berpengaruh nyata yaitu tren waktu dan permintaan gula industri tahun sebelumnya. Harga riil gula di tingkat pedagang besar tahun sebelumnya