Produksi Gula FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENAWARAN, PERMINTAAN, DAN HARGA GULA DI INDONESIA

Hasil estimasi parameter volume impor gula menunjukkan bahwa dari tiga variabel penjelas yang digunakan dalam persamaan, seluruhnya berpengaruh nyata pada taraf α sebesar 15 persen. Ketiga variabel penjelas tersebut yaitu permintaan gula domestik, harga riil gula impor yang dikali dengan nilai tukar riil, dan tarif impor gula tahun sebelumnya. Permintaan gula domestik berpengaruh positif terhadap volume impor gula dengan nilai koefisien dugaan sebesar 0.39981. Hal ini berarti bahwa peningkatan permintaan gula domestik sebesar satu ton akan meningkatkan volume impor gula sebesar 0.49404 ton, ceteris paribus. Respon permintaan gula domestik bersifat elastis dalam jangka pendek yaitu dengan nilai elastisitas sebesar 1.21453 artinya jika permintaan gula domestik naik sebesar satu persen maka akan meningkatkan volume impor gula sebesar 1.21453 persen dalam jangka pendek, ceteris paribus. Harga riil gula impor yang dikali dengan nilai tukar riil berpengaruh secara negatif terhadap volume impor gula dengan nilai koefisien dugaan sebesar 0.10443. Hal ini berarti bahwa peningkatan harga riil gula impor sebesar Rp 1ton akan menurunkan volume impor gula sebesar 0.10443 ton, ceteris paribus. Tarif impor gula tahun sebelumnya berpengaruh secara negatif terhadap volume impor gula dengan nilai koefisien dugaan sebesar 30161.5. Hal ini berarti bahwa peningkatan tarif impor gula tahun sebelumnya sebesar satu persen akan menurunkan volume impor gula sebesar 30161.5 ton, ceteris paribus.

6.8. Harga Riil Gula Impor

Koefisien determinasi R 2 dari persamaan harga riil gula impor sebesar 0.93559. Hal ini berarti bahwa 93.559 persen keragaman harga riil gula impor dapat dijelaskan oleh keragaman variabel-variabel penjelas dalam persamaan, sementara 6.441 persen keragaman harga riil gula impor dijelaskan oleh keragaman variabel lain yang tidak terdapat dalam persamaan tersebut. Variabel- variabel penjelas secara bersama-sama mampu menjelaskan dengan baik variabel endogen harga riil gula impor yaitu dengan nilai prob-F sebesar .0001 Tabel 27. Hasil estimasi parameter harga riil gula impor menunjukkan bahwa dari tiga variabel penjelas yang digunakan dalam persamaan, seluruhnya berpengaruh nyata pada taraf α sebesar 15 persen. Ketiga variabel penjelas tersebut yaitu pertumbuhan volume impor gula, harga riil gula dunia, dan harga riil gula impor tahun sebelumnya. Tabel 29. Hasil Estimasi Parameter Harga Riil Gula Impor di Indonesia Tahun 1990-2012 Variabel Parameter Estimasi Elastisitas Prob T Nama Variabel SR LR Intercept -301.300 - - 0.0202 Intercept GMGTT 0.07070 0.01690 0.05135 0.1121 Pertumbuhan volume impor gula PWGR 1.30219 0.63423 1.92750 0.0064 Harga riil gula dunia USTon LPMGR 0.67096 - - .0001 Harga riil gula impor tahun sebelumnya USTon R-Sq 0.93559 F Value 87.15 Adj R-Sq 0.92485 Pr F .0001 DW Stat 1.6784 DH Stat 0.8131 Keterangan : taraf signifikansi yang digunakan α = 0.15 Pertumbuhan volume impor gula berpengaruh positif terhadap harga riil gula impor dengan nilai koefisien dugaan sebesar 0.07070. Hal ini berarti bahwa peningkatan pertumbuhan volume impor gula sebesar satu persen akan meningkatkan harga riil gula impor sebesar 0.07070 USton, ceteris paribus. Harga riil gula dunia berpengaruh positif terhadap harga riil gula impor dengan nilai koefisien dugaan sebesar 1.30219. Hal ini berarti bahwa peningkatan harga riil gula dunia sebesar 1 USton akan meningkatkan harga riil gula impor sebesar 1.30219 USton, ceteris paribus. Respon harga riil gula dunia bersifat bersifat inelastis dalam jangka pendek, namun bersifat elastis dalam jangka panjang yaitu dengan nilai elastisitas sebesar 1.92750 artinya jika harga riil gula dunia naik sebesar satu persen maka akan meningkatkan harga riil gula impor sebesar 1.92750 persen dalam jangka panjang, ceteris paribus. Variabel harga riil gula impor tahun sebelumnya berpengaruh nyata. Kondisi ini menunjukkan bahwa harga riil gula impor memerlukan tenggat waktu yang relatif lambat untuk menyesuaikan diri dalam merespon perkembangan situasi ekonomi gula domestik dan dunia.