Perkembangan Harga Gula di Indonesia

struktural yang dibangun dalam penelitian ini memiliki nilai VIF kurang dari 10. Terdapat satu variabel penjelas yang memiliki nilai VIF lebih dari 10 yaitu lagged endogenous variable dalam persamaan permintaan gula industri Lampian 7. Hal ini mengindikasikan bahwa satu variabel penjelas mengalami masalah multicollineariy , namun masalah multicollineariy hanya akan mengurangi efisiensi estimasi parameter dan tidak menimbulkan bias estimasi parameter regressi Pindyck dan Rubinfeld, 1998.

6.1.3. Hasil Uji Heteroscedasticity

Berdasarkan uji heteroscedasticity menggunakan metode park diperoleh hasil bahwa sebagian besar 90 persen persamaan struktural yang ditransformasikan ke dalam bentuk logaritma natural menghasilkan nilai probability - t yang tidak berpengaruh nyata pada taraf α sebesar lima persen Lampiran 9. Hal ini mengindikasikan bahwa di dalam model yang dibangun tidak terdapat masalah heteroscedasticity pada data yang digunakan. Sementara satu persamaan lainnya tidak dapat dideteksi masalah heteroscedasticity karena sebagian besar data yang terdapat dalam variabel bebasnya bernilai negatif sehingga data tidak dapat ditransformasikan ke dalam bentuk logaritma natural. Menurut Pindyck dan Rubinfeld 1998 masalah heteroscedasticity hanya akan mengurangi efisiensi estimasi parameter tetapi tidak menimbulkan bias estimasi parameter regressi dan hasil yang tidak konsisten

6.2. Luas Areal Perkebunan Tebu

Persamaan luas areal perkebunan tebu di Indonesia dibagi menjadi tiga persamaan berdasarkan status pengusahaan perkebunan, yaitu : 1 persamaan luas areal perkebunan tebu rakyat, 2 persamaan luas areal perkebunan tebu negara, dan 3 persamaan luas areal perkebunan tebu swasta.

6.2.1. Luas Areal Perkebunan Tebu Rakyat

Koefisien determinasi R 2 dari persamaan luas areal perkebunan tebu rakyat sebesar 0.73401. Hal ini berarti bahwa 73.401 persen keragaman luas areal perkebunan tebu rakyat dapat dijelaskan oleh keragaman variabel-variabel penjelas dalam persamaan, sementara 26.599 persen keragaman luas areal perkebunan tebu rakyat dijelaskan oleh keragaman variabel lain yang tidak terdapat dalam persamaan tersebut. Variabel-variabel penjelas secara bersama- sama mampu menjelaskan dengan baik variabel endogen luas areal perkebunan tebu rakyat yaitu dengan nilai prob-F sebesar 0.0004 Tabel 18. Tabel 20. Hasil Estimasi Parameter Luas Areal Perkebunan Tebu Rakyat di Indonesia Tahun 1990-2012 Variabel Parameter Estimasi Elastisitas Prob T Nama Variabel SR LR Intercept 271512.3 - - 0.0002 Intercept PPGR 0.02218 0.40675 - 0.0580 Harga riil gula di tingkat petani RpTon DPPPR -0.04157 -0.00428 - 0.0958 Perubahan harga riil gabah di tingkat petani RpTon PPUR -0.08622 -0.55208 - .0001 Harga riil pupuk urea RpTon UTKR -0.85009 -0.05014 - 0.1901 Upah riil tenaga kerja sektor perkebunan RpHari DKPPG 1.19524 0.01284 - 0.0813 Perubahan kapasitas produksi pabrik gula TonHari R-Sq 0.73401 F Value 8.83 Adj R-Sq 0.65089 Pr F 0.0004 DW Stat 1.5848 DH Stat - Keterangan : taraf signifikansi yang digunakan α = 0.15 Hasil estimasi parameter luas areal perkebunan tebu rakyat menunjukkan bahwa dari lima variabel penjelas yang digunakan dalam persamaan, terdapat empat variabel yang berpengaruh nyata yaitu harga riil gula di tingkat petani, perubahan harga riil gabah di tingkat petani, harga riil pupuk urea, dan perubahan kapasitas produksi pabrik gula. Upah riil tenaga kerja sektor perkebunan tidak berpengaruh nyata terhadap luas areal perkebunan tebu rakyat pada tar af α sebesar 15 persen. Harga riil gula di tingkat petani berpengaruh positif terhadap luas areal perkebunan tebu rakyat dengan nilai koefisien dugaan sebesar 0.02218. Hal ini berarti bahwa peningkatan harga riil gula di tingkat petani sebesar Rp 1ton akan meningkatkan luas areal tebu rakyat sebesar 0.02218 Ha, ceteris paribus. Perubahan harga riil gabah di tingkat petani berpengaruh secara negatif terhadap luas areal perkebunan tebu rakyat dengan nilai koefisien dugaan sebesar 0.04157. Hal ini berarti bahwa peningkatan perubahan harga riil gabah di tingkat petani sebesar Rp 1ton akan menurunkan luas areal tebu rakyat sebesar 0.04157 Ha, ceteris paribus . Harga riil pupuk urea berpengaruh secara negatif terhadap luas areal perkebunan tebu rakyat dengan nilai koefisien dugaan sebesar 0.08622. Hal ini berarti bahwa peningkatan harga riil pupuk urea sebesar Rp 1ton akan menurunkan luas areal tebu rakyat sebesar 0.08622 Ha, ceteris paribus. Perubahan kapasitas produksi pabrik gula berpengaruh positif terhadap luas areal perkebunan tebu rakyat dengan nilai koefisien dugaan sebesar 1.19524. Hal ini berarti bahwa peningkatan perubahan kapasitas produksi pabrik gula sebesar 1 tonhari akan meningkatkan luas areal tebu rakyat sebesar 1.195236 Ha, ceteris paribus. Upah riil tenaga kerja sektor perkebunan tidak berpengaruh nyata secara statistik pada taraf α sebesar 15 persen terhadap luas areal perkebunan tebu rakyat. Hal ini dikarenakan banyak petani yang menggunakan tenaga kerja dalam keluarga. Kegiatan usaha dengan status pekerjaan sebagai tenaga kerja keluarga terjadi karena permasalahan ketersediaan tenaga kerja di luar keluarga yang terbatas sehingga ketersediaan tenaga kerja di dalam keluarga dimanfaatkan untuk kegiatan produktif membantu keluarga dan sesuai dengan kemampuan yang dimiliki Sugiarto, 2011.

6.2.2. Luas Areal Perkebunan Tebu Negara

Koefisien determinasi R 2 dari persamaan luas areal perkebunan tebu negara sebesar 0.52995. Hal ini berarti bahwa 52.995 persen keragaman luas areal perkebunan tebu negara dapat dijelaskan oleh keragaman variabel-variabel penjelas dalam persamaan, sementara 47.005 52.995 persen keragaman luas areal perkebunan tebu negara dijelaskan oleh keragaman variabel lain yang tidak terdapat dalam persamaan tersebut. Variabel-variabel penjelas secara bersama- sama mampu menjelaskan dengan baik variabel endogen luas areal perkebunan tebu negara yaitu dengan nilai prob-F sebesar 0.0224 Tabel 19. Hasil estimasi parameter luas areal perkebunan tebu negara menunjukkan bahwa dari lima variabel penjelas yang digunakan dalam persamaan, terdapat tiga variabel yang berpengaruh nyata yaitu harga riil gula di tingkat pedagang besar tahun sebelumnya, harga riil pupuk urea, dan upah riil tenaga kerja sektor perkebunan. Suku bunga kredit riil tahun sebelumnya dan luas areal perkebunan tebu negara tahun sebelumnya tidak berpengaruh nyata terhadap luas areal perkebunan tebu negara pada taraf α sebesar 15 persen. Tabel 21. Hasil Estimasi Parameter Luas Areal Perkebunan Tebu Negara di Indonesia Tahun 1990-2012 Variabel Parameter Estimasi Elastisitas Prob T Nama Variabel SR LR Intercept 97971.48 - - 0.0035 Intercept LPBGR 0.00712 0.36932 0.37347 0.0947 Harga riil gula di tingkat pedagang besar tahun sebelumnya RpTon LSBKR -67.90860 -0.00613 -0.00620 0.4124 Suku bunga kredit riil tahun sebelumnya PPUR -0.01825 -0.30732 -0.31076 0.0170 Harga riil pupuk urea RpTon UTKR -1.24576 -0.19322 -0.19539 0.0112 Upah riil tenaga kerja sektor perkebunan RpHari LLATN 0.01110 - - 0.4792 Luas areal perkebunan tebu negara tahun sebelumnya Ha R-Sq 0.52995 F Value 3.61 Adj R-Sq 0.38306 Pr F 0.0224 DW Stat 2.2750 DH Stat -3.3934 Keterangan : taraf signifikansi yang digunakan α = 0.15 Harga riil gula di tingkat pedagang besar tahun sebelumnya berpengaruh positif terhadap luas areal perkebunan tebu negara dengan nilai koefisien dugaan sebesar 0.00712. Hal ini berarti bahwa peningkatan harga riil gula di tingkat pedagang besar tahun sebelumnya sebesar Rp 1ton akan meningkatkan luas areal tebu negara sebesar 0.00712 Ha, ceteris paribus. Harga riil pupuk urea berpengaruh secara negatif terhadap luas areal perkebunan tebu negara dengan nilai koefisien dugaan sebesar 0.01825. Hal ini berarti bahwa peningkatan perubahan harga riil pupuk urea sebesar Rp 1ton akan menurunkan luas areal tebu negara sebesar 0.01825 Ha, ceteris paribus. Upah riil tenaga kerja sektor perkebunan berpengaruh secara negatif terhadap luas areal perkebunan tebu negara dengan nilai koefisien dugaan sebesar 1.24576. Hal ini berarti bahwa peningkatan upah tenaga kerja sebesar Rp 1 hari akan menurunkan luas areal tebu negara sebesar 1.24576 Ha, ceteris paribus. Suku bunga kredit riil tahun sebelumnya tidak berpengaruh nyata secara statistik pada taraf α sebesar 15 persen terhadap luas areal perkebunan tebu negara. Hal ini dikarenakan peningkatan luas areal perkebunan tebu negara lebih ditentukan oleh kebijakan pemerintah sehingga tidak mengandalkan perbankan sebagai salah satu sumber permodalan Rahman, 2013. Luas areal perkebunan